PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN
PENELITIAN
(Penyusunan Validitas
dan Reliabilitas)
I.
PENDAHULUAN
Salah satu tahap
penting dalam penelitian adalah kegiatan pengumpulan data. Sekalipun demikian,
sebelum hal tersebut dilakukan, peneliti harus benar-benar memahami berbagai
hal yang berkaitan dengan data, baik jenis, sumber, teknik dan instrumen
pengumpulannya. Dengan penelitian kuantitatif data merupakan alat bukti dalam
pengujian hipotesis. Penelitian kuantitatif bersifat prediktif dan
deterministik dengan penekanan pada analisis yang menggunakan arus pikir
deduktif. penelitian kuantitatif mengharuskan penyusunan teori dengan kerangka
berpikir tegas dan pasti dalam bentuk hipotesis sebelum kegiatan pengumpulan
data (Imam Suprayogo,2001:161).
Hal tersebut berbeda
dengan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif meletakkan data penelitian
bukan sebagai alat dasar pembuktian, tetapi sebagai modal dasar bagi pemahaman.[1]
Data atau informasi yang dihimpun itu harus dapat dipergunakan untuk menguji
hipotesis penelitian (kalau ada) dan sekurang-kurangnya mampu menjawab atau
memecahkan masalah yang hendak di ungkapkan. Dengan kata lain hasil penelitian
tidak dipandang ilmiah, apabila tidak mempergunakan instrumen yang memenuhi
persyaratan validitas, reliabilitas dan dapat di pertanggung jawabkan.[2]
Harapan penulis,
apa yang tersaji pada makalah ini dapat menyibak hal-hal yang harus
diperhatikan dan seharusnya menjadi pedoman bagi peneliti tentang pengumpulan
data dan instrumen penelitian.
II.
PEMBAHASAN
A.
Tentang
Pengumpulan Data
Pengumpulan Data
Terdapat dua hal
utama yang mempengarui kualitas data hasil penelitian yaitu, kualitas instrumen
penelitian dan kualitas pengumpulan data, kualitas instrumen penelitian
berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan
data-data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel,
apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan
datanya.[3]
Dalam
pengumpulan data perlu diperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan berikut
ini.
a.
Jenis Data
a. Data
apa yang dibutuhkan ?
b. Dimana
data itu dapat ia peroleh ?
c. Bagaimana
ia memperolehnya ?
d. Apakah
data semacam atau sebanyak itu sudah sepadan atau belum untuk memecahkan
persoalan research-nya ?
Pertanyaan
tentang data apa yang dibutuhkan, berkaitan dengan jenis data yang dibutuhkan.
Jenis data harus disesuaikan dengan permasalahan yang sedang diteliti, karena
jenis data merupakan poin-poin dari masalah yang akan diteliti dan sekaligus
kunci menemukan jawaban masalah. Jenis data yang dibutuhkan sangat bergantung
pada tujuan research. Jika research hendak dilakukan di bidang
sosial, tentunya data sosial yang sangat dibutuhkan, misalnya tentang
kemiskinan, kebodohan, dan ketimpangan sosial. Jika jenis datanya berkaitan
dengan psikologi, yang dibutuhkan harus berkaitan dengan psikologi, misalnya
tentang pesimisme, prasangka, temperamen, motif dan sebagainya. Dalam bidang
pendidikan misalnya prestasi belajar, efektivitas suatu metode, jenis alat-alat
pelajaran, macam-macam permainan dan sebagainya.
Dalam hubungan
ini, yang perlu diperhatikan adalah jenis data kualitatif dan kuantitatif.
Sebagian data dapat diselidiki secara langsung misalnya jumlah guru ngaji,
penghasilan, lamanya pendidikan, lamanya waktu belajar, banyaknya absensi,
jumlah anak dalam keluarga dan sebagainya. Sebagian data lagi hanya dapat di
selidiki secara tidak langsung seperti ketangkasan, kemahiran, rasa terharu,
kecakapan, kecerdasan, aktivitas, rasa sosial dan sebagainya.
b.
Sumber Data
Sumber data
terdiri atas: (1) sumber data primer; (2) sumber data sekunder.[4]
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.[5]
Menurut
Iskandar, data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui pengumpulan atau
pengolahan data yang bersifat studi dokumentasi berupa penelaah terhadap
dokumen pribadi, resmi kelembagaan,refrensi-refrensi atau peraturan (literatur
laporan, tulisan dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan fokus
permasalahan penelitian). Sumber data sekunder dapat dimanfaatkan untuk
menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan tentang masalah penelitian.[6]
Teknik
Pengumpulan Data
Ada
beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi dan studi
dokumen.[7]
A.
Interview (Wawancara)
Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan
diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya
pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi, Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan
bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode
interview dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut:
1.
Bahwa subyek
(responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2.
Bahwa apa yang
dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
3.
Bahwa
interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti
kepadanya adalah sama dengan apa yang di maksudkan oleh peneliti.
Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan
melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.
1.
Wawancara
Terstruktur
Wawancara
terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Oleh karena itu dala melakukan wawancara, pengumpul data telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini
setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Dalam melakukan
wawancara selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka
pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar,
brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi
lancar. Berikut ini diberikan contoh wawancara terstruktur, tentang tanggapan
masyarakat terhadap berbagai pelayanan pemerintah Kabupaten tertentu yang
diberikan kepada masyarakat. Pewawancara melingkari salah satu jawaban yang
diberikan responden.
1.
Bagaimanakah
tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan pendidikan di Kabupaten ini ?
a. Sangat
Bagus
b. Bagus
c. Tidak
bagus
d. Sangat
tidak bagus
2.
Bagaimanakah
tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan bidang kesehatan di Kabupaten ini ?
a. Sangat
bagus
b. Bagus
c. Tidak
bagus
2.
Wawancara Tidak
Terstruktur
Wawancara tidak
terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Contoh :
Bagaimanakah
pendapat Bapak/Ibu terhadap kebijakan pemerintah terhadap Perguruan Tinggi
Berbadan Hukum? Dan bagaimana peluang masyarakat miskin dalam memperoleh
pendidikan tinggi bermutu?
Wawancara baik
yang dilakukan dengan face to face maupun yang menggunakan pesawat
telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi, oleh karena itu pewawancara perlu
memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan
dimana harus melakukan wawancara.[9]
B.
Kuesinoner
(Angket)
Kuesioner
merupakan instrumen didalam teknik komunikasi tidak langsung. Dengan instrumen
(alat) ini data yang dapat dihimpun bersifat informasi dengan atau tanpa
penjelasan/interpretasi berupa pendapat, buah pikiran, penilaian, ungkapan
perasaan dan lain-lain. Kuesioner (angket) sebagai alat pengumpul data adalah
sejumlah pertanyaan tertulis,yang harus dijawab secara tertulis pula oleh
responden sehubungan dengan itu angket dapat disebut juga sebagai interview
tertulis.[10]
Karena angket
dijawab atau diisi sendiri oleh responden dan peneliti tidak selalu bertemu
langsung dengan responden, maka dalam penyusunan angket perlu di perhatikan
beberapa hal.
Pertama,
sebelum butir-butir pertanyaan atau pernyataan ada pengantar dan petunjuk
pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas,
menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (populer), kalimat tidak terlalu
panjang dan tidak beranak-cucu. Dalam butir-butir pertanyaan atau pernyataan
tertutup sebaiknya hanya berisi satu pesan (message) sederhana, sedang
dalam pertanyaan terbuka bisa berisi satu pesan kompleks atau lebih dari satu
pesan yang tidak terlalu kompleks.
Ketiga,
untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur disediakan
kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya.[11]
C.
Observasi
Observasi
sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila di bandingkan
dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan
kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada
orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno Hadi (1986))
mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di
antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan
prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar.[12]
Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat
dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.[13]
a.
Observasi
Terstruktur
Observasi
terstruktur adalah observasi yang telah di rancang secara sistematis, tentang
apa yang di amati, kapan dan di mana tempatnya. Jadi observasi terstrutur
dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang
akan di amati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen
penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Misalnya peneliti
akan melakukan pengukuran terhadap kerja pegawai yang bertugas dalam pelayanan
IMB (ijin Mendirikan Bangunan), maka peneliti dapat menilai setiap prilaku dan
ucapan dengan menggunakan instrumen yang di gunakan untuk mengukur kinerja
karyawan tersebut.
b.
Observasi Tidak
Terstruktur
Observasi tidak
terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang
apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara
pasti tentang apa yang akan di amati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak
menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan. Dalam suatu pameran produk industri dari berbagai negara, peneliti
belum tahu pasti apa yang akan di amati. Oleh karena itu peneliti dapat
melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan
kemudian di buat kesimpulan.[14]
D.
Studi
Dokumenter
Studi dokumenter
(documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-doumen,baik dokumen tertulis, gambar maupun
elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun yang sesuai dengan tujuan dan fokus
masalah. Kalau fokus penelitiannya berkenaan dengan kebijakan pendidikan. Dan
tujuannnya mengkaji kebijakan-kebijakan pendidikan untuk pengembangan karakter
bangsa, maka yang di cari adalah dokumen-dokumen undang-undang, Kepres bangsa,
PP, Kepmen, kurikulum, pedoman-pedoman sampai dengan juklak dan juknis yang
berkenaan dengan kebijakan pengembangan karakter bangsa.[15]
B.
Instrumen
Penelitian
Validitas dan
Reliabilitas Instrumen
Dalam penelitian
diperlukan instrumen penelitian yang telah memenuhi persyaratan tertentu.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian minimal ada dua
macam, yaitu validitas dan reliabilitas. Bagi instrumen tertentu seperti tes
hasil belajar ditambahkan persyaratan daya pembeda dan tingkat kesulitan butir
soal, bagi skala deskriptif ditambahkan persyaratan daya pembeda dan normalitas
sebaran respon.
Validitas Instrumen
Validitas
instrumen menunjukan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau
aspek yang di ukur. Beberapa karakteristik dari validitas :
Pertama,
validitas sebenarnya menunjuk kepada hasil dari penggunaan instrumen tersebut
bukan pada instrumennya. Suatu instrumen dikatakan valid atau memiliki
validitas bila instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang
akan diukur.
Kedua,
validitas menunjukan suatu derajat atau tingkatan validitasnya tinggi, sedang
atau rendah, bukan valid dan tidak valid. Ketiga, validitas instrumen
juga memiliki spesifikasi tidak berlaku umum.
Ada beberapa
macam validitas, yaitu validitas isi, konstruk, dan kriteria.
1.
Validitas Isi (content
validity), berkenaan dengan isi dan format dari instrumen. Apakah instrumen
tepat mengukur hal yang ingin diukur, apakah butir-butir pertanyaan telah
mewakili aspek-aspek yang akan diukur. Apakah pemilihan format instrumen cocok
untuk mengukur segi tersebut?
2.
Validitas
Konstruk (construct validity), berkenaan dengan konstruk atau struktur
dan karakteritis psikologis aspek yang akan diukur dengan instrumen.
3.
Validitas
Kriteria (criterion validity), berkenaan dengan tingkat ketetapan
instrumen mengukur segi yang akan di ukur dibandingkan dengan hasil pengukuran
dengan instrumen lain yang menjadi kreteria. Instrumen yang menjadi kreteria
adalah instrumen yang sudah standar.
Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas
berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Suatu
instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut
digunakan untuk mengukur aspek yang di ukur beberapa kali hasilnya sama atau
relatif sama. Minimal ada metode untuk menguji reliabilitas suatu instrumen,
pertama metode Tes-Retes, dan kedua metode Paruh. Dalam metode Tes-Retes (uji
coba) dilakukan dua atau tiga kali terhadap sampel yang sama. Hasilnya dihitung
dengan uji korelasi menggunakan rumus Product Moment dari Pearson. Bila
korelasi atau r-nya signifikan maka instrumen tersebut memiliki reliabilitas
yang memadai dan bisa digunakan untuk pengukuran selanjutnya. Dalam metode
Paruh, pengukuran uji coba hanya dilakukan satu kali, skor dari nomor-nomor
butir pertanyaan (soal) ganjil dikorelasikan dengan skor dari butir-butir soal
genap. Penafsirannya sama dengan pada Tes-Retes.[16]
Penyusunan
Instrumen
Dalam penelitian
bidang pendidikan, teknik pengumpulan data yang lazim di gunakan adalah
menggunakan instrumen yang sempurna, wawancara, observasi, dokumentasi, seperti
pada tabel di bawah.
no
|
Metode
|
Jenis Instrumen
|
1.
2.
3.
4.
|
Angket
(questionnaire)
Wawancara
Observasi/Pengamatan
Dokumen
|
a.
Angket/Inventory
b. Pedoman Wawancara
c. Panduan Observasi
d. Daftar Dokumen
|
Adapun
yang menentukan hasil penelitian yang baik adalah tergantung dengan instrumen
yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut. Dalam membuat instrumen atau
alat ukur penelitian ada prinsip-prinsip yang di pakai dalam mengukur
variabel-variabel yang di teliti yaitu:
1)
Definisi
konseptual: Definisi yang di beri oleh para pakar-pakar yang berhubungan denga
variabel-variabel penelitian.
2)
Definisi
operasional: Definisi yang hendak diteliti oleh peneliti, definisi ini di ukur
mengikuti perspektif peneliti.
3)
Uji vaiditas dan
reliabilitas instrumen penelitian.
4)
Analisa
instrumen
5)
Revisi atau
perubahan.
Adapun
langkah-langkah yang harus ditempuh peneliti untuk menyusun instrumen
penelitian adalah:
(1)
Mengidentifikasikan
variabel-variabel yang diteliti
(2)
Menjabarkan variabel
menjadi dimensi-dimensi
(3)
Mencari
indikator setiap dimensi
(4)
Mendiskripsikan
kisi-kisi instrumen
(5)
Merumuskan
item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
Bentuk Instrumen
Instrumen test bersifat mengukur,
karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternatif jawabannya memiliki
standar jawaban tertentu, benar-salah ataupun skala jawaban. Instrumen yang
berisi jawaban benar-salah dapat berbentuk tes pilihan jamak (multiple
choice), benar-benar (true false), menjodohkan (matching choire),
jawaban singkat (short answer) ataupun tes isian (completion test).
Instrumen yang berisi jawaban skala, mengikuti bentuk skala sikap dari Likert,
berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif
ataupun skala garis.
Contoh Skala
Deskriptif
Kesungguhan
belajar
|
BS
|
B
|
C
|
K
|
KS
|
Kemampuan
menyatakan pendapat
|
BS
|
B
|
C
|
K
|
KS
|
Kemampuan
menganalisis masalah
|
BS
|
B
|
C
|
K
|
KS
|
Instrumen penelitian yang bersifat
menghimpun, dapat berbentuk pertanyaan atau pertanyaan dengan jawaban
berstruktur atau terbuka.
[18]
Contoh
pertanyaan/pernyataan dengan jawaban berstruktur :
(1) Siapa
yang dilibatkan dalam penyusunan rencana pembinaan guru ?
a. Kepala
sekolah
b. Ketua
komite sekolah
c. Pengurus
komite sekolah
d. Wakil-wakil
dari guru
Instrumen berbentuk
pertanyaan/pernyataan dengan jawaban terbuka, dapat dibedakan antara yang
jawabannya terbuka sama sekali dengan yang jawabannya diarahkan pada hal-hal
tertentu.
Contoh dari
pertanyaan/pernyataan yang jawabannya sangat terbuka
(1) Bagaimana
anda merencanakan kegiatan pembinaan guru?
(2) Bagaimana
anda melaksanakan kegiatan pembinaan guru?
Contoh
pertanyaan/pernyataan dengan jawaban lebih terarah
(1) Bagaimana
anda merencanakan pembinaan guru?
a. Apa
tujuan pembinaan?
b. Segi-segi
apa yang dibina?
c. Bagaimana
cara pembinaannya?
d. Siapa
yang dilibatkan dalam pembinaan tersebut?
Bentuk Data
Instrumen tes
Dengan instrumen berbentuk tes atau
instrumen yang bersifat mengukur dapat di peroleh data kuantitatif ordinal,
interval dan rasio.
Pada contoh macam-macam alat hiburan
yang dimiliki, diperoleh data ordinal berikut:[19]
Alat
hiburan
|
Angka
Ranking
|
Rasio
|
1
|
Radio
kaset
|
2
|
Tv
ukuran kecil (14 inci)
|
3
|
Tv
ukuran sedang (16-17 inci)
|
4
|
Tv
ukuran besar (21 inci ke atas)
|
5
|
Angka ranking bisa menjadi skor/interval bila jarak antara
kelompok yang diranking sama, seperti pada contoh gaji guru pegawai :
Gaji
pegawai dalam rentang skala lima ratus ribuan
|
Angka
Interval
|
Rp
500.00 ke bawah
|
1
|
Rp
501.000 sampai Rp 1.000.000.
|
2
|
Rp
1.001.000 sampai Rp 1.500.000.
|
3
|
Rp
1.501.000 sampai Rp 2.000.000
|
4
|
Rp
2.001.000 ke atas
|
5
|
Angka interval merupakan skor,
karena jarak interval gaji tersebut sama (lima ratus ribuan), sehingga jarak
intervalnya pun sama. Angka interval ini bisa dijumlahkan, dirata-ratakan untuk
kemudian di analisis dengan statistik inferensial parametrik.
Instrumen Nontes
Pada instrumen nontes atau bersifat
menghimpun dengan jawaban berstruktur, jawaban tersebut dapat dujumlahkan
sehingga diperoleh angka. Angka tersebut bukan skor atau data ordinal interval
atau rasio, tetapi data manual, yaitu frekuensi atau jumlah jawaban. Pada
instrumen nontes dengan jawaban terbuka, data yang diperoleh pada umumnya
adalah data naratif deskriptif, bisa deskriptif kualitatif ataupun kuantitatif
terkait dengan narasi. Dalam studi dokumenter, kemungkinan diperoleh data angka
yang bisa diolah menjadi data nominal, ordinal, interval dan rasio.[20]
III.
KESIMPULAN
Dari uraian yang
di paparkan maka dapat disimpulkan bahwa dalam pengumpulan data perlu diperhatikan
jenis data dan sumber data. Adapun teknik pengumpulan data bisa dengan
wawancara, angket, observasi dan studi dokumen. Wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Angket dapat disebut juga
sebagai interview tertulis. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi
dengan orang, maka teknik pengumpulan data dengan observasi tidak terbatas pada
orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sedangkan studi dokumenter
adalah menghimpun dan menganalisis dokumen-doumen,baik dokumen tertulis, gambar
maupun elektronik sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.
Suatu instrumen
dikatakan valid atau memiliki validitas bila instrumen tersebut benar-benar
mengukur aspek atau segi yang akan diukur, menunjukan suatu derajat atau
tingkatan validitasnya tinggi, sedang atau rendah, bukan valid dan tidak valid.
dan validitas instrumen juga memiliki spesifikasi tidak berlaku umum. Berkaitan
dengan reliabilitas maka, suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang
memadai, bila instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang di ukur
beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Iskandar,
Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: GP.Press,2008.
Mahmud, Metode
Penelitian Pendidikan, Bandung: CV.Pustaka Setia,2011.
Nawawi Hadari dan
Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press,2006.
Sugiyono,
Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta,2009.
Saebani,Beni
Ahmad, Metode Penelitian,
Bandung: CV. Pustaka Setia,2008.
Sukmadinata,Nana
Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2009.
[1] Mahmud, Metode Penelitian
Pendidikan,(Bandung: CV.Pustaka Setia,2011),hlm.145.
[2] Hadari Nawawi dan Martini
Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press,2006 ),hlm.177.
[3] Sugiyono, Metode Penelitian
Pendidikan,(Bandung: Alfabeta,2009),hlm.193.
[4] Beni Ahmad Saebani,Metode
Penelitian,(Bandung: CV. Pustaka Setia,2008),hlm.107-108.
[5] Sugiyono,loc.cit.
[6] Iskandar,Metodologi
Penelitian Pendidikan dan Sosial,(Jakarta: GP.Press,2008),hlm.77.
[7] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode
Penelitian Pendidikan,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2009),hlm.216.
[8] Sugiyono,op.cit.,hlm.194-195.
[9] Ibid,hlm.197-198.
[10] Hadari Nawawi dan Martini
Hadari, op.cit.,hlm.119-120.
[11]
Nana Syaodih Sukmadinata,op.cit.,hlm.219-220.
[12]
Sugiyono,op.cit.,hlm.203.
[13] Ibid,hlm.204.
[14] Ibid,hlm.205.
[15] Nana Syaodih Sukmadinata,op.cit.,hlm.221-222
[16]
Nana Syaodih Sukmadinata,op.cit.,hlm.228-230.
[17]
Iskandar,op.cit.,hlm.77-79.
[18]
Nana Syaodih Sukmadinata,op.cit.,hlm.230.
[19] Ibid,hlm.231.
[20] Ibid,hlm.232-233.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan