Khamis, 4 Julai 2013

Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian



PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN
(Penyusunan Validitas dan Reliabilitas)

I.              PENDAHULUAN
Salah satu tahap penting dalam penelitian adalah kegiatan pengumpulan data. Sekalipun demikian, sebelum hal tersebut dilakukan, peneliti harus benar-benar memahami berbagai hal yang berkaitan dengan data, baik jenis, sumber, teknik dan instrumen pengumpulannya. Dengan penelitian kuantitatif data merupakan alat bukti dalam pengujian hipotesis. Penelitian kuantitatif bersifat prediktif dan deterministik dengan penekanan pada analisis yang menggunakan arus pikir deduktif. penelitian kuantitatif mengharuskan penyusunan teori dengan kerangka berpikir tegas dan pasti dalam bentuk hipotesis sebelum kegiatan pengumpulan data (Imam Suprayogo,2001:161).
Hal tersebut berbeda dengan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif meletakkan data penelitian bukan sebagai alat dasar pembuktian, tetapi sebagai modal dasar bagi pemahaman.[1] Data atau informasi yang dihimpun itu harus dapat dipergunakan untuk menguji hipotesis penelitian (kalau ada) dan sekurang-kurangnya mampu menjawab atau memecahkan masalah yang hendak di ungkapkan. Dengan kata lain hasil penelitian tidak dipandang ilmiah, apabila tidak mempergunakan instrumen yang memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas dan dapat di pertanggung jawabkan.[2]
Harapan penulis, apa yang tersaji pada makalah ini dapat menyibak hal-hal yang harus diperhatikan dan seharusnya menjadi pedoman bagi peneliti tentang pengumpulan data dan instrumen penelitian.
II.                PEMBAHASAN
A.                Tentang Pengumpulan Data
Pengumpulan Data
Terdapat dua hal utama yang mempengarui kualitas data hasil penelitian yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data-data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.[3]
Dalam pengumpulan data perlu diperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan berikut ini.
a.              Jenis Data
a.       Data apa yang dibutuhkan ?
b.      Dimana data itu dapat ia peroleh ?
c.       Bagaimana ia memperolehnya ?
d.      Apakah data semacam atau sebanyak itu sudah sepadan atau belum untuk memecahkan persoalan research-nya ?
Pertanyaan tentang data apa yang dibutuhkan, berkaitan dengan jenis data yang dibutuhkan. Jenis data harus disesuaikan dengan permasalahan yang sedang diteliti, karena jenis data merupakan poin-poin dari masalah yang akan diteliti dan sekaligus kunci menemukan jawaban masalah. Jenis data yang dibutuhkan sangat bergantung pada tujuan research. Jika research hendak dilakukan di bidang sosial, tentunya data sosial yang sangat dibutuhkan, misalnya tentang kemiskinan, kebodohan, dan ketimpangan sosial. Jika jenis datanya berkaitan dengan psikologi, yang dibutuhkan harus berkaitan dengan psikologi, misalnya tentang pesimisme, prasangka, temperamen, motif dan sebagainya. Dalam bidang pendidikan misalnya prestasi belajar, efektivitas suatu metode, jenis alat-alat pelajaran, macam-macam permainan dan sebagainya.
Dalam hubungan ini, yang perlu diperhatikan adalah jenis data kualitatif dan kuantitatif. Sebagian data dapat diselidiki secara langsung misalnya jumlah guru ngaji, penghasilan, lamanya pendidikan, lamanya waktu belajar, banyaknya absensi, jumlah anak dalam keluarga dan sebagainya. Sebagian data lagi hanya dapat di selidiki secara tidak langsung seperti ketangkasan, kemahiran, rasa terharu, kecakapan, kecerdasan, aktivitas, rasa sosial dan sebagainya.
b.             Sumber Data
Sumber data terdiri atas: (1) sumber data primer; (2) sumber data sekunder.[4] Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.[5] Menurut Iskandar, data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui pengumpulan atau pengolahan data yang bersifat studi dokumentasi berupa penelaah terhadap dokumen pribadi, resmi kelembagaan,refrensi-refrensi atau peraturan (literatur laporan, tulisan dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan fokus permasalahan penelitian). Sumber data sekunder dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan tentang masalah penelitian.[6]
Teknik Pengumpulan Data                   
            Ada beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi dan studi dokumen.[7]
A.           Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi, Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut:
1.      Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2.      Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
3.      Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang di maksudkan oleh peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.
1.      Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dala melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Dalam melakukan wawancara selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Berikut ini diberikan contoh wawancara terstruktur, tentang tanggapan masyarakat terhadap berbagai pelayanan pemerintah Kabupaten tertentu yang diberikan kepada masyarakat. Pewawancara melingkari salah satu jawaban yang diberikan responden.
1.      Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan pendidikan di Kabupaten ini ?
a.       Sangat Bagus
b.      Bagus
c.       Tidak bagus
d.      Sangat tidak bagus
2.      Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan bidang kesehatan di Kabupaten ini ?
a.       Sangat bagus
b.      Bagus
c.       Tidak bagus
d.      Sangat tidak bagus.[8]

2.             Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Contoh :
Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu terhadap kebijakan pemerintah terhadap Perguruan Tinggi Berbadan Hukum? Dan bagaimana peluang masyarakat miskin dalam memperoleh pendidikan tinggi bermutu?
Wawancara baik yang dilakukan dengan face to face maupun yang menggunakan pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi, oleh karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara.[9]
B.            Kuesinoner (Angket)
Kuesioner merupakan instrumen didalam teknik komunikasi tidak langsung. Dengan instrumen (alat) ini data yang dapat dihimpun bersifat informasi dengan atau tanpa penjelasan/interpretasi berupa pendapat, buah pikiran, penilaian, ungkapan perasaan dan lain-lain. Kuesioner (angket) sebagai alat pengumpul data adalah sejumlah pertanyaan tertulis,yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden sehubungan dengan itu angket dapat disebut juga sebagai interview tertulis.[10]
Karena angket dijawab atau diisi sendiri oleh responden dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan responden, maka dalam penyusunan angket perlu di perhatikan beberapa hal.
Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau pernyataan ada pengantar dan petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas, menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (populer), kalimat tidak terlalu panjang dan tidak beranak-cucu. Dalam butir-butir pertanyaan atau pernyataan tertutup sebaiknya hanya berisi satu pesan (message) sederhana, sedang dalam pertanyaan terbuka bisa berisi satu pesan kompleks atau lebih dari satu pesan yang tidak terlalu kompleks.
Ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya.[11]
C.           Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila di bandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno Hadi (1986)) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.[12] Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.[13]
a.              Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah di rancang secara sistematis, tentang apa yang di amati, kapan dan di mana tempatnya. Jadi observasi terstrutur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan di amati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Misalnya peneliti akan melakukan pengukuran terhadap kerja pegawai yang bertugas dalam pelayanan IMB (ijin Mendirikan Bangunan), maka peneliti dapat menilai setiap prilaku dan ucapan dengan menggunakan instrumen yang di gunakan untuk mengukur kinerja karyawan tersebut.
b.             Observasi Tidak Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan di amati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Dalam suatu pameran produk industri dari berbagai negara, peneliti belum tahu pasti apa yang akan di amati. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian di buat kesimpulan.[14]
D.           Studi Dokumenter
Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-doumen,baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Kalau fokus penelitiannya berkenaan dengan kebijakan pendidikan. Dan tujuannnya mengkaji kebijakan-kebijakan pendidikan untuk pengembangan karakter bangsa, maka yang di cari adalah dokumen-dokumen undang-undang, Kepres bangsa, PP, Kepmen, kurikulum, pedoman-pedoman sampai dengan juklak dan juknis yang berkenaan dengan kebijakan pengembangan karakter bangsa.[15]
B.            Instrumen Penelitian
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Dalam penelitian diperlukan instrumen penelitian yang telah memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian minimal ada dua macam, yaitu validitas dan reliabilitas. Bagi instrumen tertentu seperti tes hasil belajar ditambahkan persyaratan daya pembeda dan tingkat kesulitan butir soal, bagi skala deskriptif ditambahkan persyaratan daya pembeda dan normalitas sebaran respon.
Validitas Instrumen
Validitas instrumen menunjukan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang di ukur. Beberapa karakteristik dari validitas :
Pertama, validitas sebenarnya menunjuk kepada hasil dari penggunaan instrumen tersebut bukan pada instrumennya. Suatu instrumen dikatakan valid atau memiliki validitas bila instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang akan diukur.
Kedua, validitas menunjukan suatu derajat atau tingkatan validitasnya tinggi, sedang atau rendah, bukan valid dan tidak valid. Ketiga, validitas instrumen juga memiliki spesifikasi tidak berlaku umum.
Ada beberapa macam validitas, yaitu validitas isi, konstruk, dan kriteria.
1.      Validitas Isi (content validity), berkenaan dengan isi dan format dari instrumen. Apakah instrumen tepat mengukur hal yang ingin diukur, apakah butir-butir pertanyaan telah mewakili aspek-aspek yang akan diukur. Apakah pemilihan format instrumen cocok untuk mengukur segi tersebut?
2.      Validitas Konstruk (construct validity), berkenaan dengan konstruk atau struktur dan karakteritis psikologis aspek yang akan diukur dengan instrumen.
3.      Validitas Kriteria (criterion validity), berkenaan dengan tingkat ketetapan instrumen mengukur segi yang akan di ukur dibandingkan dengan hasil pengukuran dengan instrumen lain yang menjadi kreteria. Instrumen yang menjadi kreteria adalah instrumen yang sudah standar.
Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang di ukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama. Minimal ada metode untuk menguji reliabilitas suatu instrumen, pertama metode Tes-Retes, dan kedua metode Paruh. Dalam metode Tes-Retes (uji coba) dilakukan dua atau tiga kali terhadap sampel yang sama. Hasilnya dihitung dengan uji korelasi menggunakan rumus Product Moment dari Pearson. Bila korelasi atau r-nya signifikan maka instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai dan bisa digunakan untuk pengukuran selanjutnya. Dalam metode Paruh, pengukuran uji coba hanya dilakukan satu kali, skor dari nomor-nomor butir pertanyaan (soal) ganjil dikorelasikan dengan skor dari butir-butir soal genap. Penafsirannya sama dengan pada Tes-Retes.[16]
Penyusunan Instrumen
Dalam penelitian bidang pendidikan, teknik pengumpulan data yang lazim di gunakan adalah menggunakan instrumen yang sempurna, wawancara, observasi, dokumentasi, seperti pada tabel di bawah.
no
Metode
Jenis Instrumen
1.
2.
3.
4.
Angket (questionnaire)
Wawancara
Observasi/Pengamatan
Dokumen
a.         Angket/Inventory
b.    Pedoman Wawancara
c.    Panduan Observasi
d.     Daftar Dokumen
            Adapun yang menentukan hasil penelitian yang baik adalah tergantung dengan instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut. Dalam membuat instrumen atau alat ukur penelitian ada prinsip-prinsip yang di pakai dalam mengukur variabel-variabel yang di teliti yaitu:
1)      Definisi konseptual: Definisi yang di beri oleh para pakar-pakar yang berhubungan denga variabel-variabel penelitian.
2)      Definisi operasional: Definisi yang hendak diteliti oleh peneliti, definisi ini di ukur mengikuti perspektif peneliti.
3)      Uji vaiditas dan reliabilitas instrumen penelitian.
4)      Analisa instrumen
5)      Revisi atau perubahan.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh peneliti untuk menyusun instrumen penelitian adalah:
(1)   Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti
(2)   Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
(3)   Mencari indikator setiap dimensi
(4)   Mendiskripsikan kisi-kisi instrumen
(5)   Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
(6)   Petunjuk pengisian instrumen.[17]
Bentuk Instrumen
            Instrumen test bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternatif jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar-salah ataupun skala jawaban. Instrumen yang berisi jawaban benar-salah dapat berbentuk tes pilihan jamak (multiple choice), benar-benar (true false), menjodohkan (matching choire), jawaban singkat (short answer) ataupun tes isian (completion test). Instrumen yang berisi jawaban skala, mengikuti bentuk skala sikap dari Likert, berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif ataupun skala garis.
Contoh Skala Deskriptif
Kesungguhan belajar
BS
B
C
K
KS
Kemampuan menyatakan pendapat
BS
B
C
K
KS
Kemampuan menganalisis masalah
BS
B
C
K
KS
            Instrumen penelitian yang bersifat menghimpun, dapat berbentuk pertanyaan atau pertanyaan dengan jawaban berstruktur atau terbuka. [18]
Contoh pertanyaan/pernyataan dengan jawaban berstruktur :
(1)   Siapa yang dilibatkan dalam penyusunan rencana pembinaan guru ?
a.       Kepala sekolah
b.      Ketua komite sekolah
c.       Pengurus komite sekolah
d.      Wakil-wakil dari guru
                        Instrumen berbentuk pertanyaan/pernyataan dengan jawaban terbuka, dapat dibedakan antara yang jawabannya terbuka sama sekali dengan yang jawabannya diarahkan pada hal-hal tertentu.
Contoh dari pertanyaan/pernyataan yang jawabannya sangat terbuka
(1)   Bagaimana anda merencanakan kegiatan pembinaan guru?
(2)   Bagaimana anda melaksanakan kegiatan pembinaan guru?
Contoh pertanyaan/pernyataan dengan jawaban lebih terarah
(1)   Bagaimana anda merencanakan pembinaan guru?
a.       Apa tujuan pembinaan?
b.      Segi-segi apa yang dibina?
c.       Bagaimana cara pembinaannya?
d.      Siapa yang dilibatkan dalam pembinaan tersebut?
Bentuk Data
Instrumen tes
            Dengan instrumen berbentuk tes atau instrumen yang bersifat mengukur dapat di peroleh data kuantitatif ordinal, interval dan rasio.
            Pada contoh macam-macam alat hiburan yang dimiliki, diperoleh data ordinal berikut:[19]
Alat hiburan
Angka Ranking
Rasio
1
Radio kaset
2
Tv ukuran kecil (14 inci)
3
Tv ukuran sedang (16-17 inci)
4
Tv ukuran besar (21 inci ke atas)
5
            Angka ranking  bisa menjadi skor/interval bila jarak antara kelompok yang diranking sama, seperti pada contoh gaji guru pegawai :
Gaji pegawai dalam rentang skala lima ratus ribuan
Angka Interval
Rp 500.00 ke bawah
1
Rp 501.000 sampai Rp 1.000.000.
2
Rp 1.001.000 sampai Rp 1.500.000.
3
Rp 1.501.000 sampai Rp 2.000.000
4
Rp 2.001.000 ke atas
5
            Angka interval merupakan skor, karena jarak interval gaji tersebut sama (lima ratus ribuan), sehingga jarak intervalnya pun sama. Angka interval ini bisa dijumlahkan, dirata-ratakan untuk kemudian di analisis dengan statistik inferensial parametrik.
Instrumen Nontes
            Pada instrumen nontes atau bersifat menghimpun dengan jawaban berstruktur, jawaban tersebut dapat dujumlahkan sehingga diperoleh angka. Angka tersebut bukan skor atau data ordinal interval atau rasio, tetapi data manual, yaitu frekuensi atau jumlah jawaban. Pada instrumen nontes dengan jawaban terbuka, data yang diperoleh pada umumnya adalah data naratif deskriptif, bisa deskriptif kualitatif ataupun kuantitatif terkait dengan narasi. Dalam studi dokumenter, kemungkinan diperoleh data angka yang bisa diolah menjadi data nominal, ordinal, interval dan rasio.[20]

III.        KESIMPULAN
Dari uraian yang di paparkan maka dapat disimpulkan bahwa dalam pengumpulan data perlu diperhatikan jenis data dan sumber data. Adapun teknik pengumpulan data bisa dengan wawancara, angket, observasi dan studi dokumen. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Angket dapat disebut juga sebagai interview tertulis. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka teknik pengumpulan data dengan observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sedangkan studi dokumenter adalah menghimpun dan menganalisis dokumen-doumen,baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.
Suatu instrumen dikatakan valid atau memiliki validitas bila instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang akan diukur, menunjukan suatu derajat atau tingkatan validitasnya tinggi, sedang atau rendah, bukan valid dan tidak valid. dan validitas instrumen juga memiliki spesifikasi tidak berlaku umum. Berkaitan dengan reliabilitas maka, suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang di ukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama.

IV.        DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: GP.Press,2008.
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV.Pustaka Setia,2011.
Nawawi Hadari dan Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2006.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta,2009.
Saebani,Beni Ahmad,  Metode Penelitian, Bandung: CV. Pustaka Setia,2008.
Sukmadinata,Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.Remaja  Rosdakarya,2009.



[1] Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: CV.Pustaka Setia,2011),hlm.145.
[2] Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2006 ),hlm.177.
[3] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: Alfabeta,2009),hlm.193.
[4] Beni Ahmad Saebani,Metode Penelitian,(Bandung: CV. Pustaka Setia,2008),hlm.107-108.
[5] Sugiyono,loc.cit.
[6] Iskandar,Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial,(Jakarta: GP.Press,2008),hlm.77.
[7] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2009),hlm.216.
[8] Sugiyono,op.cit.,hlm.194-195.
[9] Ibid,hlm.197-198.
[10] Hadari Nawawi dan Martini Hadari, op.cit.,hlm.119-120.
[11] Nana Syaodih Sukmadinata,op.cit.,hlm.219-220.
[12] Sugiyono,op.cit.,hlm.203.
[13] Ibid,hlm.204.
[14] Ibid,hlm.205.
[15] Nana Syaodih Sukmadinata,op.cit.,hlm.221-222
[16] Nana Syaodih Sukmadinata,op.cit.,hlm.228-230.
[17] Iskandar,op.cit.,hlm.77-79.
[18] Nana Syaodih Sukmadinata,op.cit.,hlm.230.
[19] Ibid,hlm.231.
[20] Ibid,hlm.232-233.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan