Khamis, 11 Julai 2013

Golongan Yang Berhak Menerima Zakat



احكام زكاة الفطر فى مذهب الشافعى
Hukum-Hukum Zakat Fitrah Dalam Madzhab Syafi’i

Golongan Yang Berhak Menerima Zakat
            Golongan yang  berhak menerima zakat ada 8 sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an.

اِنَّمَاالصَّدَقَتُ لِلْفُقَرَآءِوَالْمَسَكِيْنِ وَالْعَمِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفىِ الرِقَابِ وَالْغَرِمِيْنَ وَفىِ سَبِيْلِ اللهِ وَابْنِ السَّبِيْلِ فَرِيْضَةً مِنَ اللهِ وَاللهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ 

Artinya :
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil zakat, para mu’allaf, yang dilunakan  hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai ketetapan kewajiban dari  Allah. Dan  Allah Maha Mengetahui ,Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah : 60).[1]
1)      Fuqara’ (faqir) adalah orang yang tidak memiliki harta benda atau  pekerjaan sama sekali atau mempunyai pekerjaan namun tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.
2)      Masakin (miskin) adalah orang yang memiliki harta benda atau pekerjaan namun tiduk bisa mencukupi hidupnya.
3)      Amilin (amil) adalah orang-orang yang diangkat (di pekerjakan) oleh Imam atau pemerintah untuk menarik zakat dan menyerahkannya kepada orang yang berhak menerimanya, dan tidak mendapat bayaran dari baitul mal atau Negara. Orang-orang yang termasuk amil zakat di antaranya adalah  bagian pendataan zakat, penarik  zakat, pembagi zakat dan yang lainnya.[2]
4)      Mu’allaf, golongan ini terbagi menjadi 4 macam ,yakni :
-          Orang yang baru masuk Islam dan niatnya masih lemah
-          Orang yang baru masuk Islam dan niatnya sudah kuat, disamping itu  ia memiliki pengaruh di kalangan kaumnya, sehingga dengan memberikan zakat kepadanya dapat di harapkan masuk islamnya orang-orang dari kaum tersebut.
-          Orang yang membela kaum (muslimin) dari kejahatan orang-orang kafir.
-          Orang yang membela kaum (muslimin) dari keburukan orang-orang yang enggan mengeluarkan zakat.
5)   Riqab (budak Mukatab) adalah budak yang di janjikan meredeka oleh tuannya setelah melunasi sejumlah tebusan yang sudah disepakati bersama dan juga di bayar secara berangsur.
6)   Gharimin, golongan ini terbagi menjadi 3 macam yakni:
-          Orang yang memiliki tanggungan hutang untuk mendamaikan pihak yang bertikai.
-          Orang yang berhutang untuk keperluan dirinya sendiri atau untuk keluarganya dengan tujuan di gunakan pada perkara yang mubah. Apabila berhutang untuk tujuan maksiat maka hukumnya tafsil :
a.       Jika di tasharufkan pada maksiat dan tidak taubat ,maka tidak berhak menerima zakat.
b.      Jika ternyata di tasharufkan pada maksiat namun telah taubat  dan di duga kesungguhan taubatnya oleh orang yang zakat, maka berhak menerima zakat.
c.       Jika ternyata di tasharufkan pada perkara yang mubah ,maka berhak menerima zakat.
-          Orang yang berhutang untuk menanggung beban hutang orang lain.[3]
7)   Sabilillah, adalah orang yang berperang di jalan Allah dan tidak mendapatkan gaji. Mereka mendapatkan bagian zakat sesuai dengan kebutuhan dirinya dan keluarganya selama berangkat, pulang dan mukim, sekalipun dia termasu korang kaya. Apabila tidak jadi berperang maka dia harus mengembalikanzakat yang telah dia terima, demikian pula harus mengembalikan kelebihannya setelah berperang.
8)   Ibnu Sabil, adalah orang yang memulai bepergian dari daerah tempat zakat (baladuzzakat) atau melewati daerah tempat zakat. Disyaratkan bepergiannya bukanlah maksiat, atau tujuan tidak di benarkan dalam agama.[4]
Golongan Yang Tidak Berhak Menerima Zakat
.           Golongan orang yang tidak berhak menerima zakat ada lima ,yakni :
1)      Orang kaya.yaitu orang yang memiliki harta benda atau pekerjaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.
2)      Budak  atau hamba sahaya selain (budak mukatab).
3)      Keturunan dari bani Hasyim dan bani Muthalib.
4)      Orang kafir.
5)      Orang yang menjadi tanggungan nafaqahnya. Artinya tidak boleh memberikan zakat kepadanya atas nama fakir miskin. Namun apabila sebagai  orang yang berperang membela agama Allah “Ghuzat” atau orang yang berhutang “Gharim” maka di perbolehkan.[5]


DAFTAR PUSTAKA
Al-Baijuri, Ibrahim, Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Ibni Qasim al-Ghazi, Baerut: Dar al-Fikr, 1994.
Al-Hadhrami, Sa’id bin Muhammad Ba’asyan, Busyra al-Karim, Indonesia: Dar al-Kutub al-Arabiyah,[tth].       
RI,Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Juz 1-30, Surabaya:Danakarya,2004.
Syatha, Abu Bakar, I’anah at-Thalibin,  Beirut: Dar al-Fikr,1993.
                                          



[1] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Juz 1-30, (Surabaya:Danakarya,2004).
[2] Ibrahim al-Baijuri, Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Ibni Qasim al-Ghazi, (Baerut: Dar al-Fikr, 1994),hlm.420-421, lihat juga Sa’id bin Muhammad Ba’asyan al-Hadhrami, Busyra al-Karim,(Indonesia :Dar al-Kutub al-Arabiyah,tth),juz ii,hlm.58-59.
[3]Abu Bakar Syatha,  I’anah at-Thalibin, (Beirut: Dar al-Fikr,1993),juz ii.,hlm.215-216. Iihat juga, Ibrahim al-Baijuri,op.cit.,hlm.421-422.
[4] Abu Bakar Syatha,op.cit.,hlm.219, lihat juga, Ibrahim al-Baijuri,op.cit.,hlm.423.
[5] Ibid,hlm.424-425

Tiada ulasan:

Catat Ulasan