Isnin, 22 Julai 2013

Kedudukan Dan Mengeraskan Bacaan Basmalah


Kedudukan Basmalah Dalam Ayat Al-Qur'an
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
            Para sahabat memulai bacaan Kitabullah dengan basmalah, dan para ulama sepakat bahwa basmalah merupakan salah satu ayat dari surat An-Naml, kemudian mereka berselisih pendapat apakah basmalah merupakan ayat tersendiri pada permulaan tiap-tiap surat, ataukah hanya ditulis pada tiap-tiap permulaan surat saja. Atau apakah basmalah merupakan sebagian dari satu ayat pada tiap-tiap surat, atau memang demikian dalam surat al-Fatihah, tidak pada yang lainnya, ataukah basmalah sengaja ditulis untuk memisahkan antara satu surat dengan yang lainnya, sedangkan ia sendiri bukan merupakan suatu ayat. Mengenai masalah ini banyak pendapat yang dikatakan oleh ulama, baik salaf maupun khalaf. Pembahasannya secara panjang lebar bukan di-terangkan dalam kitab ini. Di dalam kitab Sunan Abu Daud dengan sanad yang sahih dari Ibnu Abbas ra. disebutkan bahwa Rasulullah SAW. dahulu belum mengetahui pemisah di antara surat-surat sebelum diturunkan kepadanya:
 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
            Hadis ini diketengahkan pula oleh Imam Hakim, yaitu Abu Abdullah an-Naisaburi, di dalam kitab Mustadraknya, dia meriwayatkannya secara mursal dari Sa'id ibnu Jubair.
            Di dalam kitab Shahih Ibn Khuzaimah disebutkan dari Ummu Salamah ra,bahwa Rasulullah SAW, membaca basmalah pada permulaan surat al-Fatihah dalam shalatnya, dan beliau menganggapnya sebagai salah satu ayatnya, tetapi hadis yang melalui riwayat Umar ibnu Harun Balkhi, dari Ibn Juraij, dari Ibn Abu Mulaikah, dari Ummu Salamah ini di dalam sanadnya terkandung kclemahan (dha’if). Imam Daruqutni ikut meriwayatkannya melalui Abu Hurairah secara marfu’ .Hal semisalnya juga di riwayatkan dari Ali dan Ibn Abbas serta selain keduanya.
            Di antara orang-orang yang mengatakan bahwa basmalah merupakan salah satu ayat dari tiap surat kecuali surat Bara’ah (surat At-Taubah) adalah Ibn Abbas, Ibn Umar, Ibnu Zubair, dan Abu Hurairah sedangkan dari kalangan tabi'in ialah Ata, Tawus, Sa'id ibn  Jubair. dan Makhul az-Zuhri. Pendapat inilah yang dipegang oleh Abdullah ibn Mubarak, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad ibn Hanbal dalam salah satu riwayat yang bersumber darinya, dan Ishaq ibn Rahawaih serta Abu Ubaid Al-Qasim ibnu Salam.
            Imam Malik dan Imam Abu Hanifah serta murid-muridnya mengatakan bahwa basmalah bukan merupakan salah satu ayat dari surat al-Fatihah, bukan pula bagian dari surat-surat lainnya.  Imam Syafi’i dalam salah satu pendapat yang dikemukakan oleh sebagian jalur mazhabnya menyatakan bahwa basmalah merupakan salah satu ayat dari al-Fatihah, tetapi bukan merupakan bagian dari surat lainnya. Diriwayatkan pula dari Imam Syafi’i bahwa basmalah adalah bagian dari satu ayat yang ada dalam permulaan tiap surat. Akan tetapi, kedua pendapat tersebut gharib (aneh).
            Dawud mengatakan bahwa basmalah merupakan ayat tersendiri dalam permulaan tiap surat, dan bukan merupakan bagian darinya. Pendapat ini merupakan salah satu riwayat dari Imam Ahmad ibn Hanbal, diriwayatkan pula oleh Abu Bakar Ar-Razi, dari Abul Hasan al-Karkhi, yang keduanya merupakan pentolan murid-murid Imam Abu Hanifah. Demikianlah pendapat-pendapat yang berkaitan dengan kedudukan basmalah sebagai salah satu ayat dari al-Fatihah atau tidaknya. 

Mengeraskan Bacaan Basmalah
           Masalah pengerasan bacaan basmalah sesungguhnya merupakan cabang dari masalah di atas. Dengan kata lain, barang siapa berpendapat bahwa basmalah bukan merupakan suatu ayat dari al-Fatihah, maka dia tidak mengeraskan bacaannya. Demikian pula halnya bagi orang yang sejak awalnya berpendapat bahwa basmalah merupakan ayat tersendiri. Orang yang mengatakan bahwa basmalah merupakan suatu ayat dari permulaan setiap surat, berselisih pendapat mengenai pengerasan bacaannya.

            Madzhab Syafi’i mengatakan bahwa bacaan basmalah dikeraskan bersama surat al-Fatihah, dan dikeraskan pula bersama surat lainnya. Pendapat ini bersumber dari berbagai kalangan ulama dari kalangan para sahabat, para tabi'in, dan para imam kaum muslim, baik yang salaf maupun khalaf.  Dari kalangan sahabat yang mengeraskan bacaan basmalah ialah Abu Hurairah, Ibn Umar, Ibn Abbas, dan Mu'awiyah. Bacaan keras basmalah ini diriwayatkan oleh Ibn Abdul Bar dan Imam Baihaqi, dari Umar dan Ali. Apa yang dinukil oleh al-Khatib dari empat orang khalifah yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali merupakan pendapat yang gharib.
            Dari kalangan tabi'in yang mengeraskan bacaan basmalah ialah Sa'id ibn Jubair, Ikrimah, Abu Qilabah, az-Zuhri, Ali ibn al-Husain dan anaknya (yaitu Muhammad serta Sa'id ibnu Musayyab), Ata, Ta-wus, Mujahid, Salim, Muhammad ibn Ka'b Al-Qurazi, Ubaid dan Abu Bakar ibn Muhammad ibn Amr ibnu Hazm, Abu Wail dan Ibnu Sirin, Muhammad ibn Munkadir, Ali ibn Abdullah ibn Abbas dan anaknya (Muhammad), Nafi' maula ibn Umar, Zaid ibn Aslam, Umar ibn Abdul Aziz, Al-Azraq ibnu Qais, Habib ibnu Abu Sabit, Abusy Sya-sa, Mak-hul, dan Abdullah ibn Ma'qal ibn Muqarrin. Sedangkan Imam Baihaqi menambahkan Abdullah ibn Safwan, dan Muhammad ibn Hanafiyyah menambahkan Ibn Abdul Bar dan Amr ibn Dinar.  Hujah yang mereka pegang dalam mengeraskan bacaan basmalah adalah "Karena basmalah merupakan bagian dari surat al-Fatihah, maka bacaan basmalah dikeraskan pula sebagaimana ayat-ayat surat al-Fatihah lainnya".
            Telah diriwayatkan pula oleh Imam Nasai di dalam kitab Sunan-nya, oleh Ibn Khuzaimah serta Ibn Hibban dalam kitab Shahihnya masing-masing, juga oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadraknya melalui Abu Hurairah, bahwa ia melakukan shalat dan mengeraskan bacaan basmalahnya, setelah selesai dari shalatnya itu Abu Hurairah berkata, "Sesungguhnya aku adalah orang yang shalatnya paling mirip dengan shalat Rasulullah Saw. di antara kalian”.  Hadis ini dinilai shahih oleh Imam Daruqutni, Imam Khatib, Imam Baihaqi, dan lain-lainnya.
            Abu Daud dan Turmudzi meriwayatkan melalui Ibn Abbas, bahwa Rasulullah Saw. pemah membuka shalatnya dengan bacaan bismilahirrahmanir rahim. Kemudian Turmudzi mengatakan bahwa sanadnya tidak mengandung kelemahan. Hadis yang sama diriwayatkan pula oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadraknya melalui Ibn Abbas yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw, mengeraskan bacaan bismillahirrahmanirrahim. Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadis tersebut shahih.
            Di dalam Shahih Bukhari disebutkan melalui Anas ibn Malik bahwa ia pernah ditanya mengenai bacaan yang dilakukan oleh Nabi Saw, maka ia menjawab bahwa bacaan Nabi Saw. panjang, beliau membaca bismillahir rahmanirrahim dengan bacaan panjang pada bismillah dan ar-Rahman serta ar-Rahim. Dengan kata lain, beliau Saw. mengeraskan bacaan basmalahnya. Di dalam Musnad Imam Ahmad dan Sunan Abu Daud, Shahih Ibnu Khuzaimah dan Mustadrak Imam Hakim, disebutkan melalui Ummu Salamah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membacanya dengan cara berhati-hati pada setiap ayat, yaitu:
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين الرحمن الرحيم مالك يوم الدين
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang menguasai hari pembalasan

            Ad-Daruqutni mengatakan bahwa sanad hadis ini shahih. Imam Abu Abdullah asy-Syafi’i meriwayatkan, begitu pula Imam Hakim dalam kitab Mustadraknya melalui Anas, bahwa Mu'awiyah pemah shalat di Madinah; ia meninggalkan bacaan basmalah, maka orang-orang yang hadir (bermakmum kepadanya) dari kalangan Muhajirin memprotesnya. Ketika ia melakukan salat untuk yang kedua kalinya, barulah ia membaca basmalah. Semua hadis dan atsar yang kami ketengahkan di atas sudah cukup. dijadikan sebagai dalil yang dapat diterima guna menguatkan pendapat ini tanpa lainnya. Bantahan dan riwayat yang gharib serta penelusuran jalur, ulasan, kelemahan-kelemahan serta penilaiannya akan dibahas pada bagian lain.
            Segolongan ulama lainnya mengatakan bahwa bacaan basmalah dalam shalat tidak boleh dikeraskan. Hal inilah yang terbukti dilakukan oleh empat orang khalifah, Abdullah ibn Mughaffal, dan beberapa golongan dari ulama salaf, kalangan tabi'in dan ulama khalaf, kemudian dipegang oleh madzhab Abu Hanifah, Imam Sauri, dan Ahmad ibn Hanbal. Menurut Imam Malik, basmalah tidak boleh dibaca sama sekali, baik dengan suara keras maupun perlahan. Mereka mengatakan demikian berdasarkan sebuah hadis di dalam Shahih Muslim melalui Siti Aisyah ra. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membuka shalatnya dengan takbiratul ihram dan membuka bacaannya dengan al-hamdulillahi rabbil 'alamin (yakni tanpa basmalah).
            Di dalam kitab Shahihain yang menjadi dalil mereka disebutkan melalui Anas ibn Malik yang mengatakan: “Aku shalat di belakang Nabi Saw., Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Mereka membuka (bacaannya) dengan al-hamdulillahi rabbil 'alamin. Menurut riwayat Imam Muslim, mereka tidak mengucapkan bismillahir rahmanirrahim, baik pada permulaan ataupun pada akhir bacaannya. Hal yang sama disebutkan pula dalam kitab-kitab Sunan melalui Abdullah ibnu Mughaffal ra. Demikianlah dalil-dalil yang dijadikan pegangan oleh para imam dalam masalah ini, semuanya berdekatan, karena pada kesimpulannya mereka sangat sepakat bahwa shalat orang yang mengeraskan bacaan basmalah dan yang memelankannya adalah sah.

[Tafsir Ibn Katsir,juz 1.hlm.116-118]

{ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) } .
افتتح بها الصحابةُ كتاب الله، واتّفق العلماء على أنها بعض آية من سورَة النمل، ثمّ اختلفوا: هل هي آية مستقلة في أوّل كل سورة، أو من أول كل سورة كتبت في أوّلها، أو أنها بعض آية من أوّل كل سورة، أو أنها كذلك في الفاتحة دون غيرها، أو أنها [إنما] (2) كتبت للفصل، لا أنها (3) آية؟ على أقوال للعلماء سلفًا وخلفًا، وذلك مبسوط في غير هذا الموضع.
وفي سنن أبي داود بإسناد صحيح، عن ابن عباس، رضي الله عنهما، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان لا يعرف فصل السورة حتى ينزل عليه { بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } وأخرجه الحاكم أبو عبد الله النيسابوري في مستدركه أيضًا (4) ، وروي مرسلا عن سعيد بن جُبَير. وفي صحيح ابن خزيمة، عن أم سلمة: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قرأ البسملة في أول الفاتحة في الصلاة وعدّها آية، لكنه من رواية عمر بن هارون البلخي، وفيه ضعف، عن ابن جُرَيْج، عن ابن أبي مُلَيْكَة، عنها (5) .وروى له الدارقطني متابعًا، عن أبي هريرة مرفوعًا (6) . وروى مثله عن علي وابن عباس وغيرهما (7) .وممن حكي عنه أنها آية من كل سورة إلا براءة: ابن عباس، وابن عمر، وابن الزبير، وأبو هريرة، وعليّ. ومن التابعين: عطاء، وطاوس، وسعيد بن جبير، ومكحول، والزهري، وبه يقول عبد الله بن المبارك، والشافعي، وأحمد بن حنبل، في رواية عنه، وإسحاق بن رَاهوَيه، وأبو عبيد القاسم بن سلام، رحمهم الله.
__________
(1) ورواه البخاري في التاريخ الكبير (2/208) والطبري في تفسيره (1/217) من طريق ابن إسحاق، وأطنب العلامة أحمد شاكر في الكلام عليه في حاشية تفسير الطبري.
(2) في و: "أطم وأعظم"، وفي أ: "أعظم وأعظم".
(3) في جـ،:"أغرب".
(4) في جـ، ط: "ناس".
(5) هو كعب بن مالك، والبيت في اللسان، مادة "ريب".
(6) زيادة من جـ، ط، أ، و.
(7) في جـ، ط، ب: "منزل".
(1/116)


وقال مالك وأبو حنيفة وأصحابهما: ليست آية من الفاتحة ولا من غيرها من السور، وقال الشافعي في قول، في بعض طرق مذهبه: هي آية من الفاتحة وليست من غيرها، وعنه أنها بعض آية من أول كل سورة، وهما غريبان.
وقال داود: هي آية مستقلة في أول كل سورة لا منها، وهذه رواية عن الإمام أحمد بن حنبل. وحكاه أبو بكر الرازي، عن أبي الحسن الكرخي، وهما من أكابر أصحاب أبي حنيفة، رحمهم الله (1) .هذا ما يتعلق بكونها من الفاتحة أم لا. فأمَّا ما يتعلق بالجهر بها، فمفرّع على هذا؛ فمن رأى أنها ليست من الفاتحة فلا يجهر بها، وكذا من قال: إنها آية من (2) أوّلها، وأمَّا من قال بأنها من أوائل السور فاختلفوا؛ فذهب الشافعي، رحمه الله، إلى أنه يجهر بها مع الفاتحة والسورة، وهو مذهب طوائف من الصحابة والتابعين وأئمة المسلمين سلفًا وخلفًا (3) ، فجهر بها من الصحابة أبو هريرة، وابن عمر، وابن عباس، ومعاوية، وحكاه ابن عبد البر، والبيهقي عن عمر وعليّ، ونقله الخطيب عن الخلفاء الأربعة، وهم: أبو بكر وعمر وعثمان وعليّ، وهو غريب. ومن التابعين عن سعيد بن جبير، وعِكْرِمة، وأبي قِلابة، والزهري، وعليّ بن الحسين، وابنه محمد، وسعيد بن المسيب، وعطاء، وطاوس، ومجاهد، وسالم، ومحمد بن كعب القرظي، وأبي بكر بن محمد بن عمرو بن حزم، وأبي وائل، وابن سيرين، ومحمد بن المنْكَدِر، وعلي بن عبد الله بن عباس، وابنه محمد، ونافع مولى ابن عمر، وزيد بن أسلم، وعمر بن عبد العزيز، والأزرق بن قيس، وحبيب بن أبي ثابت، وأبي الشعثاء، ومكحول، وعبد الله بن مَعْقِل بن مُقَرِّن. زاد البيهقيّ: وعبد الله بن صفوان، ومحمد بن الحنفية. زاد ابن عبد البر: وعمرو بن دينار.
والحُجَّة في ذلك أنها بعض الفاتحة، فيجهر بها كسائر أبعاضها، وأيضًا فقد روى النسائي في سننه وابن خزيمة وابن حبان في صحيحيهما، والحاكم في مستدركه، عن أبي هريرة أنه صلى فجهر في قراءته بالبسملة، وقال بعد أن فرغ: إني لأشبهكم صلاة برسول الله صلى الله عليه وسلم. وصححه الدارقطني والخطيب والبيهقي وغيرهم (4) .
وروى أبو داود والترمذي، عن ابن عباس: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يفتتح الصلاة ببسم الله الرحمن الرحيم. ثم قال الترمذي: وليس إسناده بذاك (5) .
وقد رواه الحاكم في مستدركه، عن ابن عباس قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يجهر ببسم الله الرحمن الرحيم، ثم قال: صحيح (6) وفي صحيح البخاري، عن أنس بن مالك أنه سئل عن قراءة
__________
(1) زيادة من جـ، ط.
(2) في جـ، ب: "نور".
(3) في جـ: "يعني نورا للمؤمنين".
(4) في جـ: "يتعوذون".
(5) زيادة من جـ، ط، ب.
(6) في ب: "البأس".
(1/117)


رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: كانت قراءته مدا، ثم قرأ بسم الله الرحمن الرحيم، يمد بسم الله، ويمد الرحمن، ويمد الرحيم (1) .
وفي مسند الإمام أحمد، وسنن أبي داود، وصحيح ابن خزيمة، ومستدرك الحاكم، عن أم سلمة، قالت (2) : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يقطع قراءته: بسم الله الرحمن الرحيم. الحمد لله رب العالمين. الرحمن الرحيم. مالك يوم الدين. وقال الدارقطني: إسناده صحيح (3) .
وروى الشافعي، رحمه الله، والحاكم في مستدركه، عن أنس: أن معاوية صلى بالمدينة، فترك البسملة، فأنكر عليه من حضره من المهاجرين ذلك، فلما صلى المرّة الثانية بسمل (4) .
وفي هذه الأحاديث، والآثار التي أوردناها كفاية ومقنع في الاحتجاج لهذا القول عما عداها، فأما المعارضات والروايات الغريبة، وتطريقها، وتعليلها وتضعيفها، وتقريرها، فله موضع آخر.
وذهب آخرون إلى أنه لا يجهر بالبسملة في الصلاة، وهذا هو الثابت عن الخلفاء الأربعة وعبد الله بن مغفل، وطوائف من سلف التابعين والخلف، وهو مذهب أبي حنيفة، والثوري، وأحمد بن حنبل.
وعند الإمام مالك: أنه لا يقرأ البسملة بالكلية، لا جهرًا ولا سرًا، واحتجوا بما في صحيح مسلم، عن عائشة، رضي الله عنها، قالت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يفتتح الصلاة بالتكبير، والقراءة بالحمد لله رب العالمين (5) . وبما في الصحيحين، عن أنس بن مالك، قال: صلَّيْتُ خلف النبيّ صلى الله عليه وسلم، وأبي بكر وعمر وعثمان، فكانوا يستفتحون بالحمد لله رب العالمين. ولمسلم: لا يذكرون بسم الله الرحمن الرحيم في أوّل قراءة ولا في آخرها (6) . ونحوه في السنن عن عبد الله بن مُغَفَّل، رضي الله عنه (7) .
فهذه مآخذ الأئمة، رحمهم الله، في هذه المسألة وهي قريبة؛ لأنهم أجمعوا على صحة صلاة من جهر بالبسملة ومن أسر، ولله الحمد والمنة

Tiada ulasan:

Catat Ulasan