Selasa, 23 Julai 2013

Keutamaan Basmallah



Keutamaan Basmalah
            Imam Abu Muhammad Abdur Rahman ibn Abu Hatim mengatakan di didalam kitab tafsirnya, bahwa “telah menceritakan kepada kami ayahku, telah rnenceritakan kepada kami Ja'far ibn Musafir, telah menceritakan kepada kami Zaid ibn al-Mubarak as-San'ani, telah menceritakan kepada kami Salam ibn Wahb al-Jundi, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Tawus, dari Ibn Abbas, bahwa Utsman bin Affan bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang basmalah. beliau menjawab:
هو اسم من أسماء الله، وما بينه وبين اسم الله الأكبر، إلا كما بين سواد العينين وبياضهما من القرب 
Basmalah merupakan salah satu dari nama-nama Allah; antara dia dan asma Allahu Akbar jaraknya tiada lain hanyalah seperti antara bagian hitam dari bola mata dan bagian putihnya karena saking dekatnya”.
            Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Abu Bakar ibn Murdawaih, dari Sulaiman ibn Ahmad, dari Ali ibn al-Mubarak, dari Zaid ibn al-Mubarak.  Al-Hafiz ibn Murdawaih meriwayatkan melalui dua jalur, dari Ismail ibn Iyasy, dari Ismail ibn Yahya, dari Mis'ar, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
 إن عيسى ابن مريم أسلمته أمه إلى الكتَّاب ليعلمه، فقال المعلم: اكتب، قال  ما أكتب؟ قال: بسم الله، قال له عيسى: وما باسم الله؟ قال المعلم: ما أدري  . قال له عيسى: الباء بَهاءُ الله، والسين سناؤه، والميم مملكته، والله إله الآلهة، والرحمن رحمن الدنيا والآخرة، والرحيم رحيم الآخرة

"Sesungguhnya Isa ibn Maryam as. diserahkan oleh ibunya kepada guru tulis untuk diajar menulis. Kemudian si guru berkata kepadanya, Tulislah !, Isa as. bertanya, Apa yang haras aku tulis?  Si guru menjawab :”Bismillah. Isa bertanya kepadanya: “Apakah arti bismillah itu? Si guru menjawab: Aku tidak tahu. Isa menjawab:  “Huruf ba artinya cahaya Allah, huruf sin artinya sinar-Nya, huruf mim artinya kerajaan-Nya, dan Allah adalah Tuhan semua yang di-anggap tuhan. Ar-Rahman artinya Yang Maha Pcngasih di dunia dan di akhirat, sedangkan Ar-Rahim artinya Yang Maha Penyayang di akhirat”.
            Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir melalui hadis Ibrahim ibn Ala yang dijuluki dengan sebutan Ibn Zabriq, dari Ismail ibn Iyasy, dari Ismail ibn Yahya, dari Ibn Abu Mulaikah, dari seseorang yang menceritakannya, dari Ibn Mas'ud dan Mis'ar, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pemah bersabda. Kemudian ia menuturkan hadis ini, tetapi predikatnya garib (aneh) sekali. Barangkali berpredikat shahih sampai kepada orang selain Rasulullah Saw., dan barangkali hadis ini termasuk salah satu dari hadis israiliyat, bukan dari hadis yang marfu'. Juwaibir meriwayatkannya pula sebelum dia, dari Dahhak. Ibn Murdawaih meriwayatkan dari hadis Yazid ibn Khalid, dari Sulaiman ibn Buraidah; sedangkan menurut riwayat lain dari Abdul Karim Abu Umayyah, dari Abu Buraidah, dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
أنزلت عليّ آية لم تنزل على نبي غير سليمان بن داود وغيري، وهي بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Telah diturunkan kepadaku suatu ayat yang belum pernah diturunkan kepada seorang nabipun selain Sulaiman ibn Dawud dan aku sendiri, yaitu bismillahir rahmanir rahim”.
            Ibn Murdawaih meriwayatkannya pula berikut sanadnya melalui Abdul Karim Al-Kabir ibn al-Mu'afa ibn Imran, dari ayahnya, dari Umar ibn Zar, dari Ata ibn Abu Rabah, dari Jabir ibn Abdullah yang menceritakan bahwa ketika diturunkan kalimat:
 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Maka seluruh awan lari ke arah timur, angin hening tak bertiup, sedangkan lautan menggelora, semua binatang mendengar melalui telinga mereka, dan semua setan dirajam dari langit. Pada saat itu Allah Swt. bersumpah dengan menyebut keagungan dan kemuliaan-Nya bahwa tidak sekali-kali asma-Nya (yang ada dalam basmalah) diucapkan terhadap sesuatu melainkan Dia pasti memberkatinya.
            Waki' mengatakan dari al-A'masy, dari Abu Wa'il, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa barang siapa yang ingin diselamat-kan oleh Allah dari Malaikat Zabaniyah yang jumlahnya sembilan belas (Zabaniyah adalah juru penyiksa neraka), hcndaklah ia mem-baca: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ , maka Allah akan menjadikan sebuah surga baginya pada setiap huruf dari basmalah untuk menggantikan setiap Malaikat Zabaniah. Hal ini diketengahkan oleh Ibn Atiyyah dan al-Qurtubi, diperkuat dan didukung oleh Ibn Atiyyah dengan sebuah hadis yang mengatakan:
            "Sesungguhnya aku melihat lebih dari tiga puluh malaikat berebutan (mencatat) perkataan seorang lelaki yang mcngucapkan:
ربنا ولك الحمد حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه
(Wahai Tuhan kami, bagi-Mulah segala puji dengan pujian yang sebanyak-banyaknya, baik lagi diberkati), mengingat jumlah semua hurufya ada sembilan belas." Dan dalil-dalil lainnya.
            Imam Ahmad ibn Hanbal di dalam kitab Musnadnya mengata-kan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah mcnceritakan kepada kami Syu'bah, dari Asim yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar dari Abu Tamim yang menceritakan hadis dari orang yang pernah membonceng Nabi Saw. Si pembonceng menceritakan: Unta kendaraan Nabi Saw, terperosok, maka aku mengatakan: "celakalah setan”, Maka Nabi Saw. Bersabda: "Janganlah kamu katakan 'celakalah setan” karena sesungguhnya jika kamu katakan demikian, maka ia makin membesar, lalu mengatakan: “Dengan kekuatanku niscaya aku dapat mengalahkannya”.  Tetapi jika kamu katakan:  Dengan nama Allah  niscaya si setan makin mengecil hingga bentuknya menjadi sebesar lalat".
            Demikian menurut riwayat Imam Ahmad, Imam Nasai di dalam kitab al-Yaumu wa al-Lailah dan Ibnu Murdawaih di dalam kitab Tafsir-nya, telah meriwayatkan melalui hadis Khalid al-Hazza, dari Abu Ta-mimah (yaitu Al-Hujaimi), dari Ab al-Malih ibn Usamah ibnu Umair, dari ayahnya yang menceritakan bahwa ia pernah membonceng Nabi Saw. Selanjutnya dia menuturkan hadis hingga sampai pada sabda Nabi Saw, yang mengatakan: Jangan kamu katakan demikian, karena sesungguhnya setan nanti akan makin membesar hingga bentuknya seperti rumah. Tetapi katakanlah, "Bismillah" (dengan menyebut nama Allah), karena sesungguh-nya dia akan mengecil hingga bentuknya seperti lalat. Demikian itu terjadi berkat kalimah bismillah. Karena itu, pada permulaan setiap perbuatan dan ucapan disunatkan terlebih dahulu membaca basmalah.Membaca basmalah disunatkan pada permulaan khotbah, berdasarkan sebuah hadis yang mengatakan:
كل أمر لا يبدأ فيه ببسم الله الرحمن الرحيم، فهو أجذم
“Setiap perkara yang tidak dimulai dengan bacaan bismillahirrahmanir rahim maka perkara itu kurang sempurna”. 
[Tafsir Ibn Katsir,juz 1,hlm.118-120] 


قال الإمام العالم الحبر العابد أبو محمد عبد الرحمن بن أبي حاتم، رحمه الله، في تفسيره:
حدثنا أبي، حدثنا جعفر بن مسافر، حدثنا زيد بن المبارك الصنعاني، حدثنا سلام بن وهب الجَنَديّ، حدثنا أبي، عن طاوس، عن ابن عباس؛ أن عثمان بن عفان سأل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن بسم الله الرحمن الرحيم. فقال: "هو اسم من أسماء الله، وما بينه وبين اسم الله الأكبر، إلا كما بين سواد العينين وبياضهما (1) من القرب".
وهكذا رواه أبو بكر بن مَرْدُويه، عن سليمان بن أحمد، عن عليّ بن المبارك، عن زيد بن المبارك، به (2) .
وقد روى الحافظ ابن مَرْدُويه من طريقين، عن إسماعيل بن عياش، عن إسماعيل بن يحيى، عن مِسْعَر، عن عطية، عن أبي سعيد، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إن عيسى ابن مريم أسلمته أمه إلى الكتَّاب ليعلمه، فقال المعلم: اكتب، قال (3) ما أكتب؟ قال: بسم الله، قال له عيسى: وما باسم الله؟ قال المعلم: ما أدري (4) . قال له عيسى: الباء بَهاءُ الله، والسين سناؤه، والميم مملكته، والله إله الآلهة، والرحمن رحمن الدنيا والآخرة، والرحيم رحيم الآخرة".
وقد رواه ابن جرير من حديث إبراهيم بن العلاء الملقب: زِبْرِيق، عن إسماعيل بن عياش، عن إسماعيل بن يحيى، عن ابن أبي مُلَيْكة، عمن حدثه، عن ابن مسعود، ومسعر، عن عطية، عن أبي سعيد، عن النبيّ صلى الله عليه وسلم، فذكره (5) . وهذا غريب جدًا، وقد يكون صحيحًا إلى من دون رسول الله صلى الله عليه وسلم، ويكون من الإسرائيليات لا من المرفوعات، والله أعلم.
وقد روى جُوَيبر (6) ، عن الضحَّاك، نحوه من قبله.
وقد روى ابن مَرْدُويه، من حديث يزيد بن خالد، عن سليمان بن بريدة، وفي رواية عن عبد الكريم أبي (7) أمية، عن ابن بريدة، عن أبيه؛ أن رسول الله (8) صلى الله عليه وسلم قال: "أنزلت عليّ آية لم تنزل على نبي غير سليمان بن داود وغيري، وهي بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ" (9) .
وروي بإسناده عن عبد الكبير (10) بن المعافى بن عمران، عن أبيه، عن عمر بن ذَرّ، عن عطاء بن أبي رباح، عن جابر بن عبد الله، قال: لما نزل { بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } هرب الغيم إلى المشرق، وسكنت الرياح، وهاج البحر، وأصغت البهائم بآذانها، ورُجِمت الشياطين من السماء،
__________
(1) تفسير ابن أبي حاتم (1/34) والمستدرك (2/260).
(2) زيادة من جـ، ط، ب، أ، و.
(3) في هـ: "أسد".
(4) في جـ: "فعدنا".
(5) في جـ: "أأحد".
(6) المسند (4/106) قال الحافظ ابن حجر في الإصابة (4/33): "واختلف فيه على الأوزاعي، فقال الأكثر: عن أسيد عن خالد بن دريك عن ابن محيريز. وقال ابن شماسة: عن الأوزاعي عن أسيد عن صالح بن محمد حدثني أبو جمعة به" وقال في فتح الباري (7/6): "إسناده حسن".
(7) في جـ: "انصرفنا".
(8) ورواه الطبراني في المعجم الكبير (4/23) عن بكر بن سهل عن عبد الله بن صالح به.
(9) ورواه الطبراني في المعجم الكبير (4/23) من طريق ضمرة بن ربيعة به.
(10) جزء الحسن بن عرفة برقم (19).
(1/119)


وحلف الله تعالى بعزته وجلاله (1) ألا يسمى اسمه على شيء إلا بارك فيه (2) .
[وقال وكيع عن الأعمش عن أبي وائل عن ابن مسعود قال: من أراد أن ينجيه الله من الزبانية التسعة عشر فليقرأ: بسم الله الرحمن الرحيم، ليجعل الله له من كل حرف منها جنة من كل واحد، ذكره ابن عطية والقرطبي (3) ووجهه ابن عطية ونصره بحديث: "فقد رأيت بضعة وثلاثين ملكا يبتدرونها" (4) لقول الرجل: ربنا ولك الحمد حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه، من أجل أنها بضعة وثلاثون حرفا وغير ذلك] (5) .
وقال الإمام أحمد بن حنبل في مسنده: حدثنا محمد بن جعفر، حدثنا شعبة، عن عاصم، قال: سمعت أبا تميمة يحدث، عن رديف النبي صلى الله عليه وسلم قال: عثر بالنبي صلى الله عليه وسلم، فقلت: تَعِس الشيطان. فقال النبي صلى الله عليه وسلم: "لا تقل تعس الشيطان. فإنك إذا قلت: تعس الشيطان تعاظم، وقال: بقوتي صرعته، وإذا قلت: باسم الله، تصاغر حتى يصير مثل الذباب".
هكذا وقع في رواية الإمام أحمد (6) وقد روى (7) النسائي في اليوم والليلة، وابن مَرْدُويه في تفسيره، من حديث خالد الحذاء، عن أبي تميمة هو الهجيمي، عن أبي المليح بن أسامة بن عمير، عن أبيه، قال: كنت رديف النبي صلى الله عليه وسلم فذكره وقال: "لا تقل هكذا، فإنه يتعاظم حتى يكون كالبيت، ولكن قل: بسم الله، فإنه يصغر حتى يكون كالذبابة" (8) .فهذا من تأثير بركة بسم الله؛ ولهذا تستحب في أوّل كل عمل وقول. فتستحب في أوّل الخطبة لما جاء: "كل أمر (9) لا يبدأ فيه ببسم الله الرحمن الرحيم، فهو أجذم" 


__________
(1) مسند أبي يعلى (1/147) والمستدرك (4/85) وتعقب الذهبي الحاكم فقال: "بل ضعفوه".
(2) رواه البزار في مسنده (2840) "كشف الأستار" من طريق سعيد بن بشير، عن قتادة، عن أنس رضي الله عنه، وقال: "غريب من حديث أنس".
(3) في هـ: "نويلة".
(4) في جـ: "المسجد الأقصى".
(5) في جـ، ط: "بيت الله".
(6) في طـ، ب، أ، و: "مستقبلوا".
(7) تفسير ابن أبي حاتم (1/36) وفي إسناده إسحاق بن إدريس قال البخاري: "تركه الناس". وقال ابن معين: "يضع الحديث". ورواه الطبراني في المعجم الكبير (24/207) من طريق إبراهيم بن حمزة الزبيري، عن إبراهيم بن جعفر عن أبيه به نحوه.
(8) في جـ، ط: "إقام".
(9) في جـ، ط، ب: "تمام".
(10) في طـ: "إقام".

(1/120)


 

Isnin, 22 Julai 2013

Kedudukan Dan Mengeraskan Bacaan Basmalah


Kedudukan Basmalah Dalam Ayat Al-Qur'an
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
            Para sahabat memulai bacaan Kitabullah dengan basmalah, dan para ulama sepakat bahwa basmalah merupakan salah satu ayat dari surat An-Naml, kemudian mereka berselisih pendapat apakah basmalah merupakan ayat tersendiri pada permulaan tiap-tiap surat, ataukah hanya ditulis pada tiap-tiap permulaan surat saja. Atau apakah basmalah merupakan sebagian dari satu ayat pada tiap-tiap surat, atau memang demikian dalam surat al-Fatihah, tidak pada yang lainnya, ataukah basmalah sengaja ditulis untuk memisahkan antara satu surat dengan yang lainnya, sedangkan ia sendiri bukan merupakan suatu ayat. Mengenai masalah ini banyak pendapat yang dikatakan oleh ulama, baik salaf maupun khalaf. Pembahasannya secara panjang lebar bukan di-terangkan dalam kitab ini. Di dalam kitab Sunan Abu Daud dengan sanad yang sahih dari Ibnu Abbas ra. disebutkan bahwa Rasulullah SAW. dahulu belum mengetahui pemisah di antara surat-surat sebelum diturunkan kepadanya:
 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
            Hadis ini diketengahkan pula oleh Imam Hakim, yaitu Abu Abdullah an-Naisaburi, di dalam kitab Mustadraknya, dia meriwayatkannya secara mursal dari Sa'id ibnu Jubair.
            Di dalam kitab Shahih Ibn Khuzaimah disebutkan dari Ummu Salamah ra,bahwa Rasulullah SAW, membaca basmalah pada permulaan surat al-Fatihah dalam shalatnya, dan beliau menganggapnya sebagai salah satu ayatnya, tetapi hadis yang melalui riwayat Umar ibnu Harun Balkhi, dari Ibn Juraij, dari Ibn Abu Mulaikah, dari Ummu Salamah ini di dalam sanadnya terkandung kclemahan (dha’if). Imam Daruqutni ikut meriwayatkannya melalui Abu Hurairah secara marfu’ .Hal semisalnya juga di riwayatkan dari Ali dan Ibn Abbas serta selain keduanya.
            Di antara orang-orang yang mengatakan bahwa basmalah merupakan salah satu ayat dari tiap surat kecuali surat Bara’ah (surat At-Taubah) adalah Ibn Abbas, Ibn Umar, Ibnu Zubair, dan Abu Hurairah sedangkan dari kalangan tabi'in ialah Ata, Tawus, Sa'id ibn  Jubair. dan Makhul az-Zuhri. Pendapat inilah yang dipegang oleh Abdullah ibn Mubarak, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad ibn Hanbal dalam salah satu riwayat yang bersumber darinya, dan Ishaq ibn Rahawaih serta Abu Ubaid Al-Qasim ibnu Salam.
            Imam Malik dan Imam Abu Hanifah serta murid-muridnya mengatakan bahwa basmalah bukan merupakan salah satu ayat dari surat al-Fatihah, bukan pula bagian dari surat-surat lainnya.  Imam Syafi’i dalam salah satu pendapat yang dikemukakan oleh sebagian jalur mazhabnya menyatakan bahwa basmalah merupakan salah satu ayat dari al-Fatihah, tetapi bukan merupakan bagian dari surat lainnya. Diriwayatkan pula dari Imam Syafi’i bahwa basmalah adalah bagian dari satu ayat yang ada dalam permulaan tiap surat. Akan tetapi, kedua pendapat tersebut gharib (aneh).
            Dawud mengatakan bahwa basmalah merupakan ayat tersendiri dalam permulaan tiap surat, dan bukan merupakan bagian darinya. Pendapat ini merupakan salah satu riwayat dari Imam Ahmad ibn Hanbal, diriwayatkan pula oleh Abu Bakar Ar-Razi, dari Abul Hasan al-Karkhi, yang keduanya merupakan pentolan murid-murid Imam Abu Hanifah. Demikianlah pendapat-pendapat yang berkaitan dengan kedudukan basmalah sebagai salah satu ayat dari al-Fatihah atau tidaknya. 

Mengeraskan Bacaan Basmalah
           Masalah pengerasan bacaan basmalah sesungguhnya merupakan cabang dari masalah di atas. Dengan kata lain, barang siapa berpendapat bahwa basmalah bukan merupakan suatu ayat dari al-Fatihah, maka dia tidak mengeraskan bacaannya. Demikian pula halnya bagi orang yang sejak awalnya berpendapat bahwa basmalah merupakan ayat tersendiri. Orang yang mengatakan bahwa basmalah merupakan suatu ayat dari permulaan setiap surat, berselisih pendapat mengenai pengerasan bacaannya.

            Madzhab Syafi’i mengatakan bahwa bacaan basmalah dikeraskan bersama surat al-Fatihah, dan dikeraskan pula bersama surat lainnya. Pendapat ini bersumber dari berbagai kalangan ulama dari kalangan para sahabat, para tabi'in, dan para imam kaum muslim, baik yang salaf maupun khalaf.  Dari kalangan sahabat yang mengeraskan bacaan basmalah ialah Abu Hurairah, Ibn Umar, Ibn Abbas, dan Mu'awiyah. Bacaan keras basmalah ini diriwayatkan oleh Ibn Abdul Bar dan Imam Baihaqi, dari Umar dan Ali. Apa yang dinukil oleh al-Khatib dari empat orang khalifah yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali merupakan pendapat yang gharib.
            Dari kalangan tabi'in yang mengeraskan bacaan basmalah ialah Sa'id ibn Jubair, Ikrimah, Abu Qilabah, az-Zuhri, Ali ibn al-Husain dan anaknya (yaitu Muhammad serta Sa'id ibnu Musayyab), Ata, Ta-wus, Mujahid, Salim, Muhammad ibn Ka'b Al-Qurazi, Ubaid dan Abu Bakar ibn Muhammad ibn Amr ibnu Hazm, Abu Wail dan Ibnu Sirin, Muhammad ibn Munkadir, Ali ibn Abdullah ibn Abbas dan anaknya (Muhammad), Nafi' maula ibn Umar, Zaid ibn Aslam, Umar ibn Abdul Aziz, Al-Azraq ibnu Qais, Habib ibnu Abu Sabit, Abusy Sya-sa, Mak-hul, dan Abdullah ibn Ma'qal ibn Muqarrin. Sedangkan Imam Baihaqi menambahkan Abdullah ibn Safwan, dan Muhammad ibn Hanafiyyah menambahkan Ibn Abdul Bar dan Amr ibn Dinar.  Hujah yang mereka pegang dalam mengeraskan bacaan basmalah adalah "Karena basmalah merupakan bagian dari surat al-Fatihah, maka bacaan basmalah dikeraskan pula sebagaimana ayat-ayat surat al-Fatihah lainnya".
            Telah diriwayatkan pula oleh Imam Nasai di dalam kitab Sunan-nya, oleh Ibn Khuzaimah serta Ibn Hibban dalam kitab Shahihnya masing-masing, juga oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadraknya melalui Abu Hurairah, bahwa ia melakukan shalat dan mengeraskan bacaan basmalahnya, setelah selesai dari shalatnya itu Abu Hurairah berkata, "Sesungguhnya aku adalah orang yang shalatnya paling mirip dengan shalat Rasulullah Saw. di antara kalian”.  Hadis ini dinilai shahih oleh Imam Daruqutni, Imam Khatib, Imam Baihaqi, dan lain-lainnya.
            Abu Daud dan Turmudzi meriwayatkan melalui Ibn Abbas, bahwa Rasulullah Saw. pemah membuka shalatnya dengan bacaan bismilahirrahmanir rahim. Kemudian Turmudzi mengatakan bahwa sanadnya tidak mengandung kelemahan. Hadis yang sama diriwayatkan pula oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadraknya melalui Ibn Abbas yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw, mengeraskan bacaan bismillahirrahmanirrahim. Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadis tersebut shahih.
            Di dalam Shahih Bukhari disebutkan melalui Anas ibn Malik bahwa ia pernah ditanya mengenai bacaan yang dilakukan oleh Nabi Saw, maka ia menjawab bahwa bacaan Nabi Saw. panjang, beliau membaca bismillahir rahmanirrahim dengan bacaan panjang pada bismillah dan ar-Rahman serta ar-Rahim. Dengan kata lain, beliau Saw. mengeraskan bacaan basmalahnya. Di dalam Musnad Imam Ahmad dan Sunan Abu Daud, Shahih Ibnu Khuzaimah dan Mustadrak Imam Hakim, disebutkan melalui Ummu Salamah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membacanya dengan cara berhati-hati pada setiap ayat, yaitu:
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين الرحمن الرحيم مالك يوم الدين
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang menguasai hari pembalasan

            Ad-Daruqutni mengatakan bahwa sanad hadis ini shahih. Imam Abu Abdullah asy-Syafi’i meriwayatkan, begitu pula Imam Hakim dalam kitab Mustadraknya melalui Anas, bahwa Mu'awiyah pemah shalat di Madinah; ia meninggalkan bacaan basmalah, maka orang-orang yang hadir (bermakmum kepadanya) dari kalangan Muhajirin memprotesnya. Ketika ia melakukan salat untuk yang kedua kalinya, barulah ia membaca basmalah. Semua hadis dan atsar yang kami ketengahkan di atas sudah cukup. dijadikan sebagai dalil yang dapat diterima guna menguatkan pendapat ini tanpa lainnya. Bantahan dan riwayat yang gharib serta penelusuran jalur, ulasan, kelemahan-kelemahan serta penilaiannya akan dibahas pada bagian lain.
            Segolongan ulama lainnya mengatakan bahwa bacaan basmalah dalam shalat tidak boleh dikeraskan. Hal inilah yang terbukti dilakukan oleh empat orang khalifah, Abdullah ibn Mughaffal, dan beberapa golongan dari ulama salaf, kalangan tabi'in dan ulama khalaf, kemudian dipegang oleh madzhab Abu Hanifah, Imam Sauri, dan Ahmad ibn Hanbal. Menurut Imam Malik, basmalah tidak boleh dibaca sama sekali, baik dengan suara keras maupun perlahan. Mereka mengatakan demikian berdasarkan sebuah hadis di dalam Shahih Muslim melalui Siti Aisyah ra. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membuka shalatnya dengan takbiratul ihram dan membuka bacaannya dengan al-hamdulillahi rabbil 'alamin (yakni tanpa basmalah).
            Di dalam kitab Shahihain yang menjadi dalil mereka disebutkan melalui Anas ibn Malik yang mengatakan: “Aku shalat di belakang Nabi Saw., Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Mereka membuka (bacaannya) dengan al-hamdulillahi rabbil 'alamin. Menurut riwayat Imam Muslim, mereka tidak mengucapkan bismillahir rahmanirrahim, baik pada permulaan ataupun pada akhir bacaannya. Hal yang sama disebutkan pula dalam kitab-kitab Sunan melalui Abdullah ibnu Mughaffal ra. Demikianlah dalil-dalil yang dijadikan pegangan oleh para imam dalam masalah ini, semuanya berdekatan, karena pada kesimpulannya mereka sangat sepakat bahwa shalat orang yang mengeraskan bacaan basmalah dan yang memelankannya adalah sah.

[Tafsir Ibn Katsir,juz 1.hlm.116-118]

{ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) } .
افتتح بها الصحابةُ كتاب الله، واتّفق العلماء على أنها بعض آية من سورَة النمل، ثمّ اختلفوا: هل هي آية مستقلة في أوّل كل سورة، أو من أول كل سورة كتبت في أوّلها، أو أنها بعض آية من أوّل كل سورة، أو أنها كذلك في الفاتحة دون غيرها، أو أنها [إنما] (2) كتبت للفصل، لا أنها (3) آية؟ على أقوال للعلماء سلفًا وخلفًا، وذلك مبسوط في غير هذا الموضع.
وفي سنن أبي داود بإسناد صحيح، عن ابن عباس، رضي الله عنهما، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان لا يعرف فصل السورة حتى ينزل عليه { بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } وأخرجه الحاكم أبو عبد الله النيسابوري في مستدركه أيضًا (4) ، وروي مرسلا عن سعيد بن جُبَير. وفي صحيح ابن خزيمة، عن أم سلمة: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قرأ البسملة في أول الفاتحة في الصلاة وعدّها آية، لكنه من رواية عمر بن هارون البلخي، وفيه ضعف، عن ابن جُرَيْج، عن ابن أبي مُلَيْكَة، عنها (5) .وروى له الدارقطني متابعًا، عن أبي هريرة مرفوعًا (6) . وروى مثله عن علي وابن عباس وغيرهما (7) .وممن حكي عنه أنها آية من كل سورة إلا براءة: ابن عباس، وابن عمر، وابن الزبير، وأبو هريرة، وعليّ. ومن التابعين: عطاء، وطاوس، وسعيد بن جبير، ومكحول، والزهري، وبه يقول عبد الله بن المبارك، والشافعي، وأحمد بن حنبل، في رواية عنه، وإسحاق بن رَاهوَيه، وأبو عبيد القاسم بن سلام، رحمهم الله.
__________
(1) ورواه البخاري في التاريخ الكبير (2/208) والطبري في تفسيره (1/217) من طريق ابن إسحاق، وأطنب العلامة أحمد شاكر في الكلام عليه في حاشية تفسير الطبري.
(2) في و: "أطم وأعظم"، وفي أ: "أعظم وأعظم".
(3) في جـ،:"أغرب".
(4) في جـ، ط: "ناس".
(5) هو كعب بن مالك، والبيت في اللسان، مادة "ريب".
(6) زيادة من جـ، ط، أ، و.
(7) في جـ، ط، ب: "منزل".
(1/116)


وقال مالك وأبو حنيفة وأصحابهما: ليست آية من الفاتحة ولا من غيرها من السور، وقال الشافعي في قول، في بعض طرق مذهبه: هي آية من الفاتحة وليست من غيرها، وعنه أنها بعض آية من أول كل سورة، وهما غريبان.
وقال داود: هي آية مستقلة في أول كل سورة لا منها، وهذه رواية عن الإمام أحمد بن حنبل. وحكاه أبو بكر الرازي، عن أبي الحسن الكرخي، وهما من أكابر أصحاب أبي حنيفة، رحمهم الله (1) .هذا ما يتعلق بكونها من الفاتحة أم لا. فأمَّا ما يتعلق بالجهر بها، فمفرّع على هذا؛ فمن رأى أنها ليست من الفاتحة فلا يجهر بها، وكذا من قال: إنها آية من (2) أوّلها، وأمَّا من قال بأنها من أوائل السور فاختلفوا؛ فذهب الشافعي، رحمه الله، إلى أنه يجهر بها مع الفاتحة والسورة، وهو مذهب طوائف من الصحابة والتابعين وأئمة المسلمين سلفًا وخلفًا (3) ، فجهر بها من الصحابة أبو هريرة، وابن عمر، وابن عباس، ومعاوية، وحكاه ابن عبد البر، والبيهقي عن عمر وعليّ، ونقله الخطيب عن الخلفاء الأربعة، وهم: أبو بكر وعمر وعثمان وعليّ، وهو غريب. ومن التابعين عن سعيد بن جبير، وعِكْرِمة، وأبي قِلابة، والزهري، وعليّ بن الحسين، وابنه محمد، وسعيد بن المسيب، وعطاء، وطاوس، ومجاهد، وسالم، ومحمد بن كعب القرظي، وأبي بكر بن محمد بن عمرو بن حزم، وأبي وائل، وابن سيرين، ومحمد بن المنْكَدِر، وعلي بن عبد الله بن عباس، وابنه محمد، ونافع مولى ابن عمر، وزيد بن أسلم، وعمر بن عبد العزيز، والأزرق بن قيس، وحبيب بن أبي ثابت، وأبي الشعثاء، ومكحول، وعبد الله بن مَعْقِل بن مُقَرِّن. زاد البيهقيّ: وعبد الله بن صفوان، ومحمد بن الحنفية. زاد ابن عبد البر: وعمرو بن دينار.
والحُجَّة في ذلك أنها بعض الفاتحة، فيجهر بها كسائر أبعاضها، وأيضًا فقد روى النسائي في سننه وابن خزيمة وابن حبان في صحيحيهما، والحاكم في مستدركه، عن أبي هريرة أنه صلى فجهر في قراءته بالبسملة، وقال بعد أن فرغ: إني لأشبهكم صلاة برسول الله صلى الله عليه وسلم. وصححه الدارقطني والخطيب والبيهقي وغيرهم (4) .
وروى أبو داود والترمذي، عن ابن عباس: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يفتتح الصلاة ببسم الله الرحمن الرحيم. ثم قال الترمذي: وليس إسناده بذاك (5) .
وقد رواه الحاكم في مستدركه، عن ابن عباس قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يجهر ببسم الله الرحمن الرحيم، ثم قال: صحيح (6) وفي صحيح البخاري، عن أنس بن مالك أنه سئل عن قراءة
__________
(1) زيادة من جـ، ط.
(2) في جـ، ب: "نور".
(3) في جـ: "يعني نورا للمؤمنين".
(4) في جـ: "يتعوذون".
(5) زيادة من جـ، ط، ب.
(6) في ب: "البأس".
(1/117)


رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: كانت قراءته مدا، ثم قرأ بسم الله الرحمن الرحيم، يمد بسم الله، ويمد الرحمن، ويمد الرحيم (1) .
وفي مسند الإمام أحمد، وسنن أبي داود، وصحيح ابن خزيمة، ومستدرك الحاكم، عن أم سلمة، قالت (2) : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يقطع قراءته: بسم الله الرحمن الرحيم. الحمد لله رب العالمين. الرحمن الرحيم. مالك يوم الدين. وقال الدارقطني: إسناده صحيح (3) .
وروى الشافعي، رحمه الله، والحاكم في مستدركه، عن أنس: أن معاوية صلى بالمدينة، فترك البسملة، فأنكر عليه من حضره من المهاجرين ذلك، فلما صلى المرّة الثانية بسمل (4) .
وفي هذه الأحاديث، والآثار التي أوردناها كفاية ومقنع في الاحتجاج لهذا القول عما عداها، فأما المعارضات والروايات الغريبة، وتطريقها، وتعليلها وتضعيفها، وتقريرها، فله موضع آخر.
وذهب آخرون إلى أنه لا يجهر بالبسملة في الصلاة، وهذا هو الثابت عن الخلفاء الأربعة وعبد الله بن مغفل، وطوائف من سلف التابعين والخلف، وهو مذهب أبي حنيفة، والثوري، وأحمد بن حنبل.
وعند الإمام مالك: أنه لا يقرأ البسملة بالكلية، لا جهرًا ولا سرًا، واحتجوا بما في صحيح مسلم، عن عائشة، رضي الله عنها، قالت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يفتتح الصلاة بالتكبير، والقراءة بالحمد لله رب العالمين (5) . وبما في الصحيحين، عن أنس بن مالك، قال: صلَّيْتُ خلف النبيّ صلى الله عليه وسلم، وأبي بكر وعمر وعثمان، فكانوا يستفتحون بالحمد لله رب العالمين. ولمسلم: لا يذكرون بسم الله الرحمن الرحيم في أوّل قراءة ولا في آخرها (6) . ونحوه في السنن عن عبد الله بن مُغَفَّل، رضي الله عنه (7) .
فهذه مآخذ الأئمة، رحمهم الله، في هذه المسألة وهي قريبة؛ لأنهم أجمعوا على صحة صلاة من جهر بالبسملة ومن أسر، ولله الحمد والمنة