KAJIAN
TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
1. PENDAHULUAN
Penelitian (research)
merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan.
Hasil penelitian tidak pernah dimaksudkan sebagai suatu pemecahan (solusi)
langsung dari permasalahan yang dihadapi , karena penelitihan merupakan bagian
dari uasaha pemecahan masalah yang lebih besar. Fungsi penelitian adalah mencarikan
penjelasan dari jawaban terhadap permasalahan serta menghasilkan alternatif
bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah.[1] Penelitian ilmiah harus
memuat unsur-unsur berfikir ilmiah, yaitu terungkap adanya persoalan dan
masalah, termasuk mengajukan dugaan-dugaan sementara (hipotesis), adanya
informasi, bukti atau data yang logis untuk dianalisis dan diakhiri dengan
suatu kesimpulan berikut implikasinya.[2]
Untuk menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi
dari hasil penelitian, maka peneliti harus rajin membaca. Orang harus membaca
dan membaca dan menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin agar ia dapat
menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya.[3]
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah
sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang
membuahkan hipotesis, kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara
terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan.[4]
Mudah-mudahan makalah ini dapat menguak tentang kajian
teori dan kerangka berpikir yang erat kaitannya dengan Penelitian.
I.
PEMBAHASAN
A.
kajian Teori
Kebutuhan Terhadap Teori
Seorang
peneliti membutuhkan teori yang menjadi dalil bagi dasar-dasar pijakan penelitian.
Teori dapat menjadi dasar dan rangka suatu ilmu pengetahuan. Teori yang ilmiah
adalah teori yang dapat dijadikan pijakan untuk melakukan pengelohan data,
mulai sistem pengumpulan data yang dimaksudkan akan diketahui relevansinya
dengan teori atau sebaliknya bertentangan dengan teori. Teori ini merupakan
semacam tolok ukur realitas yang sedang diteliti.[5]
Pengertian Teori
Setiap
penelitian selalu menggunakan teori. Seperti dinyatakan oleh Neumen (2003) “Researchers
Use theory differently in various types of research, but some type of theory is
present in most social research” Kerlinger (1978) mengemukakan bahwa Theory
is a set of interrelated construct (concepts), definitions that present a systematic view of phenomena by specifying relations
among variables, with purpose of explaning and
predicting the phenomena. Teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), devinisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara
sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena.[6]
Suatu teori dalam penelitian bisa
saja berfungsi sebagai argumentasi, pembahasan, atau alasan. Teori biasanya
membantu menjelaskan (atau memprediksi) fenomena yang muncul di dunia.[7]
Berkenaan
dengan pendidikan (pendidikan Islam), ada dua istilah yang penting dikemukakan,
yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan
paedagogiek berarti ilmu pendidikan (Ngalim Purwanto, 1999:3). Paedagogiek
adalah ilmu yang menyelidiki dan merenungkan gejala-gejala perbuatan mendidik.
Secara materiil, inti paedagogiek adalah teori-teori pendidikan.
Istilah
teori memiliki tiga pengertian ,yaitu :
1.
Suatu hipotesis tentang masalah
2.
Lawan dari praktik, yaitu pengetahuan yang disusun
secara sistematis dari kesimpulan umum yang relative
3.
Lawan dari hukum-hukum dan observasi, suatu dedukasi
dari aksioma dan teorema suatu system yang pasti (tidak perlu di uji), secara
relative kurang problematic dan lebih banyak diterima dan diyakini
Dalam Dictionary Americana dijelaskan bahwa
teori adalah :
1.
Susunan yang sistematis tentang fakta-fakta yang
berkaitan dengan dalil-dalil nyata
2.
Penjelasan hipotesis tentang fenomena atau hipotesis
yang belum teruji secara empiris
3.
Eksposisi tentang prinsip-prinsip umum atau abstrak
ilmu humaniora yang berasal dari praktik
4.
Rencana atau system yang dapat dijadikan metode
bertindak ,doktrin atau hukum yang hanya didasarkan atas renungan spekulatif.[8]
Kneller,
mengemukakan dua pengertian tentang teori. Pertama teori adalah empiris,
dalam arti sebagai suatu hasil pengujian terhadap hipotesis melalui observasi
dan eksperimen. Cara berpikir yang digunakan adalah metode induktif. Makna
teori disini identik dengan makna teori yang dikembangkan dalam sains. Kedua,
teori dapat diperoleh melalui berpikir sistematis spekulatif dengan menggunakan
metode deduktif. Teori merupakan seperangkat berpikir koheren, yang sesuai
dengan teori koherensi tentang kebenaran, koherensi merupakan teori kebenaran
yang mendasarkan diri pada kriteria konsistensi argumentasi. Jika terdapat
konsistensi dalam berpikir, kesimpulan yang di tariknya adalah benar,
sebaliknya jika terdapat argumentasi yang bersifat tidak konsisten, kesimpulan
yang ditariknya adalah salah.[9]
Mark 1963, dalam (Sitirahayu
Haditono, 1999) ,membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud
ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara
lain :
1. Teori
yang deduktif: memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran
spekulatif ke arah data akan diterangkan
2. Teori
yang induktif: adalah cara menerangkan dari data kearah teori. Dalam bentuk
ekstrim titik pandang yang posivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist
3. Teori
yang fungsional: disini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan
perkiraan teoritis, yaitu data mempengarui pembentukan teori dan pembentukan
teori kembali mempengarui data.
Berdasarkan data tersebut di atas
secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu teori adalah suatu
konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh
melalui ,jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya,
bila tidak, dia bukan suatu teori.[10]
Fungsi
dan Peranan Teori dalam Penelitian
Redja Mudyahardjo (2002)
mengemukakan bahwa ,sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep yang
terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan.
Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak pemikiran
pendidikan ,dan ada pula yang berperan sebagai definisi atau keterangan yang
menyatakan makna. Asumsi pokok pendidikan adalah :
1. Pendidikan
adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari
individu yang belajar dan lingkungan belajarnya.
2. Pendidikan
adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik
atau norma-norma yang baik
3. Pendidikan
adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian
kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar,
tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
Apabila istilah teori dihubungkan dengan
pendidikan, secara sederhana teori pendidikan dapat diartikan sebagai berikut;
teori pendidikan pada dasarnya merupakan sejumlah pernyataan deskriptif yang
menjelaskan sesuatu dan hubungannya dengan sesuatu yang lain dalam wilayah
pendidikan, teori pendidikan berfungsi sebagai hipotesis dalam praktik
pendidikan; dan teori pendidikan dapat disusun dan dibangun dengan menggunakan
berbagai pendekatan pengetahuan yang dimiliki manusia, diantaranya yang utama
adalah melalui pendekatan filsafat dan sains.[11]
Dalam kaitannya dengan kegiatan
penelitian, maka fungsi teori yang pertama di gunakan untuk memperjelas
dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti.
Fungsi teori yang kedua (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta)
adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian , karena
pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif.
Selanjutnya fungsi teori yang ketiga (kontrol) digunakan mencandra dan
membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan
saran dalam upaya pemecahan masalah.[12]
Menurut Moh. Nazir, teori adalah
alat dari ilmu (tool of saince). Dilain pihak, teori juga merupakan alat
penolong teori, sebagai alat dari ilmu , teori mempunyai peranan sebagai
berikut :
a. Teori
mendefinisikan orientasi utama dari ilmu dengan cara memberikan definisi
terhadap jenis-jenis data yang akan dibuat abstraksinya.
b. Teori
memberikan rencana (scheme) konseptual, dengan rencana mana
fenomena-fenomena yang relevan disistematikan, diklasifikasikan dan
dihubung-hubungkan.
c. Teori
memberi ringkasan terhadap fakta dalam bentuk generalisasi empiris dan sistem
generalisasi.
d. Teori
memberikan prediksi terhadap fakta.
Deskripsi
Teori
Deskrepsi teori dalam suatu
penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar
pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan
variabel yang diteliti. Berapa jumlah
kelompok teori yang perlu dikemukakan/dideskripsikan, akan tergantung pada
luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang
diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan
dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok
teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan tiga variabel independen dan
satu dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka
akan semakin banyak teori yang perlu dikemukakan.
Deskripsi teori paling tidak berisi
tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui
pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai refrensi,
sehingga ruang lingkup ,kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel
yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Teori-teori yang dideskripsikan
dalam proposal maupun laporan penelitian dapat digunakan sebagai indikator
apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang diteliti atau tidak.
Variabel-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari
segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar variabel yang diteliti,
menunjukan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian.
Untuk menguasai teori, maupun
generalisasi-generalisasi dari hasil penelitian, maka harus rajin membaca.
Orang harus membaca dan membaca, dan menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin
agar ia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya. Membaca
merupakan ketrampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk (Sumadi Suryabrata,
1996).
Langkah-langkah untuk dapat
melakukan pendeskripsian adalah sebagai berikut :
1. Tetapkan
nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2. Cari
sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah, laporan
penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi).
3. Lihat
daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel
yang akan di teliti
4. Cari
devinisi setiap variabel yang akan di teliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih devinisi yang
sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca
seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan
analisa, renungkan, dan batlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap
sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan
teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber kedalam bentuk tulisan
dengan bahasa sendiri.sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan
sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.[14]
B. KERANGKA BERFIKIR
Dari pengkajian pustaka dapat
ditemukan berbagai konsep dan teori yang dibutuhkan dalam penelitian yang akan
dilaksanakan. Teori biasanya berhubungan dengan objek tertentu dalam cakupan bidang
ilmu tertentu; dan dihubungkan dengan nama perumus teori tersebut. Teori
merupakan serangkaian pernyataan sistematis yang bersifat abstrak tentang
subjek tertentu. Subjek dapat berupa pemikiran, pendapat, nilai-nilai,
norma-norma, pranata sosial, peristiwa-peristiwa, dan perilaku manusia. Ia
dijadikan landasan dalam perumusan kerangka berpikir (Cik Hasan Bisri,1999:
40).[15]
Kerangka berpikir adalah penjelasan
sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan kita. Kerangka
berpikir disusun berdasarkan tinjauan pustakan dan hasil penelitian yang
relevan.[16]
Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuan,
adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir
yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berfikir
merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai
teori yang telah di deskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis
dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel
yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya
digunakan untuk merumuskan hipotesis.[17]
Kerangka berpikir merupakan bagian
dari penelitian yang menggambarkan alur pikiran penelitian dalam memberikan
penjelasan kepada orang lain, mengapa dia mempunyai anggapan seperti yang
diutarakan dalam hipotesis
Sebuah kerangka berpikir dikatakan
baik apabila memuat beberapa hal berikut :
1. Paparan
sistematis tentang variabel-variabel yang diteliti.
2. Paparan
sistematis yang menunjukan dan menjelaskan pertautan atau hubungan
antarvariabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari.
3. Paparan
sistematis yang menunjukan dan menjelaskan hubungan antarvariabel, baik positif
atau negatif, berbentuk simetris, kausal, atau timbal balik (interaktif).
4. Paparan
sistematis dari variabel pada penelitian kuantitatif, menyertakan penjelasan
terukur berupa indikator-indikator masing-masing variabel.
5. Kerangka
berpikir tersebut dinyatakan dalam bentuk skema berpikir (model penelitian)
sehingga cara kerja teoretis penelitian dapat dipahami.
Kerangka berpikir dapat berupa
kerangka teori dan kerangka penalaran logis, kerangka teori tersebut merupakan
uraian ringkas tentang teori yang digunakan dan cara menggunakan teori tersebut
dalam menjawab pertanyaan penelitian, kerangka berpikir bersifat operasional,
yang diturunkan dari satu atau beberapa teori, atau dari pernyataan-pernyataan
yang logis. Ia berhubungan dengan masalah penelitian dan menjadi pedoman dalam
perumusan hipotesis yang akan diajukan (Cik Hasan Bisri,1999:40).[18]
Proses
Penyusunan Kerangka Berpikir Untuk Merumuskan Hipotesis
1.
Menetapkan
Variabel yang diteliti
Untuk
menemukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka
berfikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dulu
variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama
setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan
dikemukakan.
1.
Membaca Buku dan
Hasil Penelitihan (HP)
Setelah
variabel ditentukan ,maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil
penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks,
ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan
penelitian, journal ilmiah, Skripsi, Tesis dan Disertasi.
2.
Deskripsi Teori
dan Hasil Penelitian (HP)
Dari
buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori yang
berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah dikemukakan, deskripsi
teori berisi tentang, devinisi tehadap masing-masing variabel yang diteliti,
uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara
variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu.
3.
Analisis Kritis
terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Pada
tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan
hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan
mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu
betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi
teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian didalam
negeri.
4.
Analisis
Komparatif Terhadap Teori dan Hasil penelitian
Analisis
komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori
yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui
analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori
lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.
5.
Sintesa
Kesimpulan
Melalui
analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang
relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat
melakukan sinresa atau kesimpulan sementara, perpaduan sintesa antara variabel
satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang
selanjutnya dapat digunakan merumuskan hipotesis.
6.
Kerangka
Berpikir
Setelah
sintesa atau kesimpulan dapat dirumuskan maka selanjutnya disusun kerangka
berpikir. Kerangka berpikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berpikir yang
asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. Kerangka berpikir asosiatif
dapat menggunakan kalimat: jika begini maka akan begitu, jika
guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi. Jika kepemimpinan kepala sekolah
baik, maka iklim kerja sekolah akan baik. Jika kebijakan pendidikan
dilaksanakan secara baik dan konsisten, maka kualitas SDM di Indonesia akan
meningkat pada gradasi yang tinggi.
7.
Hipotesis
Berdasarkan
kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis bila kerangka berpikir
berbunyi “jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi”, maka
hipotesisnya berbunyi ada hubungan yang positif dan signifikan antara
kompetensi guru dengan hasil belajar” Bila kerangka berpikir berbunyi “karena
lembaga pendidikan A menggunakan teknologi pembelajaran yang tinggi, maka
kualitas hasil belajar akan lebih tinggi bila di bandingkan dengan lembaga
pendidikan B yang teknologi pembelajarannya rendah.” Maka hipotesisnya berbunyi
“Terdapat perbedaan kualitas hasil belajar yang signifikan antara lembaga
pendidikan A dan B, atau hasil belajar lembaga pendidikan A lebih tinggi bila
dibandingkan dengan lembaga pendidikan B.
III.
KESIMPULAN
Teori
adalah seperangkat konstruk (konsep), devinisi, dan proposisi yang berfungsi
untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar
variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak pemikiran
pendidikan ,dan ada pula yang berperan sebagai definisi atau keterangan yang
menyatakan makna.
Kerangka
berpikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur pikiran
penelitian dalam memberikan penjelasan kepada orang lain, mengapa dia mempunyai
anggapan seperti yang diutarakan dalam hipotesis. Karena kerangka pemikiran
yang bisa meyakinkan sesama ilmuan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam
membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa
hipotesis.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin,Metode Penelitian
,Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2001.
Cresw ell,Johnw, Research Design (Pendekatan
Kualitatif ,Kuantitatif dan Mixed), Penerjemah Ahmad Fawaid, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2012.
Mahmudi, Metode
Penelitian Pendidikan, Bandung:CV Pustaka Setia,2011.
Nazir, Moh,Metode
Penelitian, Jakarta:Ghalia Indonesia,1988.
Saebani ,
Beni Ahmad, Metode
Penelitian, Bandung:
CV Pustaka Setia,2008.
Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta,2009.
Usman , Husaini, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:
PT Bumi Aksara,2008.
[1] Saifuddin Azwar,Metode
Penelitian (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2001),hlm.1.
[4] Ibid,hlm.92.
[5]
Beni Ahmad Saebani,, Metode Penelitian (Bandung: CV Pustaka
Setia,2008),hlm.81.
[7] Johnw Creswell, Research
Design (Pendekatan Kualitatif ,Kuantitatif dan Mixed), Penerjemah
Ahmad Fawaid, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012),hlm.79.
[9] Ibid
[10] Sugiyono,op.cit.,hlm.80-81.
[11] Mahmud,op.cit.,hlm.44.
[12] Sugiyono,op.cit.,hlm.88.
[13] Moh.Nazir,Metode Penelitian
(Jakarta:Ghalia Indonesia,1988),hlm.22.
[14] Ibid,hlm.89-90.
[15] Mahmud,op.cit.,hlm.127.
[16] Husaini Usman, Metodologi
Penelitian Sosial (Jakarta: PT Bumi Aksara,2008),hlm.34.
[17] Sugiyono,op.cit.,hlm.92.
[18] Mahmud,op.cit.,hlm.129.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan