Khamis, 4 Julai 2013

Kajian Teori Dan Kerangka Berpikir



KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

1.      PENDAHULUAN
      Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Hasil penelitian tidak pernah dimaksudkan sebagai suatu pemecahan (solusi) langsung dari permasalahan yang dihadapi , karena penelitihan merupakan bagian dari uasaha pemecahan masalah yang lebih besar. Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dari jawaban terhadap permasalahan serta menghasilkan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah.[1] Penelitian ilmiah harus memuat unsur-unsur berfikir ilmiah, yaitu terungkap adanya persoalan dan masalah, termasuk mengajukan dugaan-dugaan sementara (hipotesis), adanya informasi, bukti atau data yang logis untuk dianalisis dan diakhiri dengan suatu kesimpulan berikut implikasinya.[2]
            Untuk menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi dari hasil penelitian, maka peneliti harus rajin membaca. Orang harus membaca dan membaca dan menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin agar ia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya.[3]
            Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis, kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan.[4]
            Mudah-mudahan makalah ini dapat menguak tentang kajian teori dan kerangka berpikir yang erat kaitannya dengan Penelitian.
I.              PEMBAHASAN

A.                kajian Teori
Kebutuhan Terhadap Teori
            Seorang peneliti membutuhkan teori yang menjadi dalil bagi dasar-dasar pijakan penelitian. Teori dapat menjadi dasar dan rangka suatu ilmu pengetahuan. Teori yang ilmiah adalah teori yang dapat dijadikan pijakan untuk melakukan pengelohan data, mulai sistem pengumpulan data yang dimaksudkan akan diketahui relevansinya dengan teori atau sebaliknya bertentangan dengan teori. Teori ini merupakan semacam tolok ukur realitas yang sedang diteliti.[5]
Pengertian Teori
            Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Seperti dinyatakan oleh Neumen (2003) “Researchers Use theory differently in various types of research, but some type of theory is present in most social research” Kerlinger (1978) mengemukakan bahwa Theory is a set of interrelated construct (concepts), definitions that  present a systematic  view of phenomena by specifying relations among variables, with purpose of explaning and  predicting the phenomena. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), devinisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.[6]
            Suatu teori dalam penelitian bisa saja berfungsi sebagai argumentasi, pembahasan, atau alasan. Teori biasanya membantu menjelaskan (atau memprediksi) fenomena yang muncul di dunia.[7]
            Berkenaan dengan pendidikan (pendidikan Islam), ada dua istilah yang penting dikemukakan, yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan (Ngalim Purwanto, 1999:3). Paedagogiek adalah ilmu yang menyelidiki dan merenungkan gejala-gejala perbuatan mendidik. Secara materiil, inti paedagogiek adalah teori-teori pendidikan.
             Istilah teori memiliki tiga pengertian ,yaitu :
1.      Suatu hipotesis tentang masalah
2.      Lawan dari praktik, yaitu pengetahuan yang disusun secara sistematis dari kesimpulan umum yang relative
3.      Lawan dari hukum-hukum dan observasi, suatu dedukasi dari aksioma dan teorema suatu system yang pasti (tidak perlu di uji), secara relative kurang problematic dan lebih banyak diterima dan diyakini
Dalam Dictionary Americana dijelaskan bahwa teori adalah :
1.      Susunan yang sistematis tentang fakta-fakta yang berkaitan dengan dalil-dalil nyata
2.      Penjelasan hipotesis tentang fenomena atau hipotesis yang belum teruji secara empiris
3.      Eksposisi tentang prinsip-prinsip umum atau abstrak ilmu humaniora yang berasal dari praktik
4.      Rencana atau system yang dapat dijadikan metode bertindak ,doktrin atau hukum yang hanya didasarkan atas renungan spekulatif.[8]
            Kneller, mengemukakan dua pengertian tentang teori. Pertama teori adalah empiris, dalam arti sebagai suatu hasil pengujian terhadap hipotesis melalui observasi dan eksperimen. Cara berpikir yang digunakan adalah metode induktif. Makna teori disini identik dengan makna teori yang dikembangkan dalam sains. Kedua, teori dapat diperoleh melalui berpikir sistematis spekulatif dengan menggunakan metode deduktif. Teori merupakan seperangkat berpikir koheren, yang sesuai dengan teori koherensi tentang kebenaran, koherensi merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri pada kriteria konsistensi argumentasi. Jika terdapat konsistensi dalam berpikir, kesimpulan yang di tariknya adalah benar, sebaliknya jika terdapat argumentasi yang bersifat tidak konsisten, kesimpulan yang ditariknya adalah salah.[9]
            Mark 1963, dalam (Sitirahayu Haditono, 1999) ,membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain :
1.      Teori yang deduktif: memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif ke arah data akan diterangkan
2.      Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data kearah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang posivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist
3.      Teori yang fungsional: disini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengarui pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengarui data.
            Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui ,jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori.[10]
Fungsi dan Peranan Teori dalam Penelitian
            Redja Mudyahardjo (2002) mengemukakan bahwa ,sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak pemikiran pendidikan ,dan ada pula yang berperan sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok pendidikan adalah :
1.      Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya.
2.      Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik
3.      Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
            Apabila istilah teori dihubungkan dengan pendidikan, secara sederhana teori pendidikan dapat diartikan sebagai berikut; teori pendidikan pada dasarnya merupakan sejumlah pernyataan deskriptif yang menjelaskan sesuatu dan hubungannya dengan sesuatu yang lain dalam wilayah pendidikan, teori pendidikan berfungsi sebagai hipotesis dalam praktik pendidikan; dan teori pendidikan dapat disusun dan dibangun dengan menggunakan berbagai pendekatan pengetahuan yang dimiliki manusia, diantaranya yang utama adalah melalui pendekatan filsafat dan sains.[11]
            Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama di gunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian , karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ketiga (kontrol) digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.[12]
            Menurut Moh. Nazir, teori adalah alat dari ilmu (tool of saince). Dilain pihak, teori juga merupakan alat penolong teori, sebagai alat dari ilmu , teori mempunyai peranan sebagai berikut :
a.      Teori mendefinisikan orientasi utama dari ilmu dengan cara memberikan definisi terhadap jenis-jenis data yang akan dibuat abstraksinya.
b.      Teori memberikan rencana (scheme) konseptual, dengan rencana mana fenomena-fenomena yang relevan disistematikan, diklasifikasikan dan dihubung-hubungkan.
c.      Teori memberi ringkasan terhadap fakta dalam bentuk generalisasi empiris dan sistem generalisasi.
d.     Teori memberikan prediksi terhadap fakta.
e.      Teori memperjelas celah-celah didalam pengetahuan kita.[13]
Deskripsi Teori
            Deskrepsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel  yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan/dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan tiga variabel independen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang perlu dikemukakan.
            Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai refrensi, sehingga ruang lingkup ,kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
            Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang diteliti atau tidak. Variabel-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar variabel yang diteliti, menunjukan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian.
            Untuk menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi dari hasil penelitian, maka harus rajin membaca. Orang harus membaca dan membaca, dan menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin agar ia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya. Membaca merupakan ketrampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk (Sumadi Suryabrata, 1996).
            Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian adalah sebagai berikut :
1.      Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2.      Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah, laporan penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi).
3.      Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang akan di teliti
4.      Cari devinisi setiap variabel yang akan di teliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih devinisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5.      Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan analisa, renungkan, dan batlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6.      Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber kedalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri.sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.[14]

B.    KERANGKA BERFIKIR
            Dari pengkajian pustaka dapat ditemukan berbagai konsep dan teori yang dibutuhkan dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Teori biasanya berhubungan dengan objek tertentu dalam cakupan bidang ilmu tertentu; dan dihubungkan dengan nama perumus teori tersebut. Teori merupakan serangkaian pernyataan sistematis yang bersifat abstrak tentang subjek tertentu. Subjek dapat berupa pemikiran, pendapat, nilai-nilai, norma-norma, pranata sosial, peristiwa-peristiwa, dan perilaku manusia. Ia dijadikan landasan dalam perumusan kerangka berpikir (Cik Hasan Bisri,1999: 40).[15]
            Kerangka berpikir adalah penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan kita. Kerangka berpikir disusun berdasarkan tinjauan pustakan dan hasil penelitian yang relevan.[16] Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah di deskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.[17]
            Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur pikiran penelitian dalam memberikan penjelasan kepada orang lain, mengapa dia mempunyai anggapan seperti yang diutarakan dalam hipotesis
               Sebuah kerangka berpikir dikatakan baik apabila memuat beberapa hal berikut :
1.      Paparan sistematis tentang variabel-variabel yang diteliti.
2.     Paparan sistematis yang menunjukan dan menjelaskan pertautan atau hubungan antarvariabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari.
3.      Paparan sistematis yang menunjukan dan menjelaskan hubungan antarvariabel, baik positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal, atau timbal balik (interaktif).
4.      Paparan sistematis dari variabel pada penelitian kuantitatif, menyertakan penjelasan terukur berupa indikator-indikator masing-masing variabel.
5.      Kerangka berpikir tersebut dinyatakan dalam bentuk skema berpikir (model penelitian) sehingga cara kerja teoretis penelitian dapat dipahami.
            Kerangka berpikir dapat berupa kerangka teori dan kerangka penalaran logis, kerangka teori tersebut merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan dan cara menggunakan teori tersebut dalam menjawab pertanyaan penelitian, kerangka berpikir bersifat operasional, yang diturunkan dari satu atau beberapa teori, atau dari pernyataan-pernyataan yang logis. Ia berhubungan dengan masalah penelitian dan menjadi pedoman dalam perumusan hipotesis yang akan diajukan (Cik Hasan Bisri,1999:40).[18]
Proses Penyusunan Kerangka Berpikir Untuk Merumuskan Hipotesis
1.               Menetapkan Variabel yang diteliti
               Untuk menemukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berfikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan.
1.                  Membaca Buku dan Hasil Penelitihan (HP)
           Setelah variabel ditentukan ,maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian, journal ilmiah, Skripsi, Tesis dan Disertasi.
2.                  Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP)
            Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah dikemukakan, deskripsi teori berisi tentang, devinisi tehadap masing-masing variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu.
3.                  Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian
            Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian didalam negeri.
4.                  Analisis Komparatif Terhadap Teori dan Hasil penelitian
            Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.
5.                  Sintesa Kesimpulan
            Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat melakukan sinresa atau kesimpulan sementara, perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang selanjutnya dapat digunakan merumuskan hipotesis.
6.                  Kerangka Berpikir
            Setelah sintesa atau kesimpulan dapat dirumuskan maka selanjutnya disusun kerangka berpikir. Kerangka berpikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berpikir yang asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. Kerangka berpikir asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka akan begitu, jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi. Jika kepemimpinan kepala sekolah baik, maka iklim kerja sekolah akan baik. Jika kebijakan pendidikan dilaksanakan secara baik dan konsisten, maka kualitas SDM di Indonesia akan meningkat pada gradasi yang tinggi.
7.                  Hipotesis
              Berdasarkan kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis bila kerangka berpikir berbunyi “jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi”, maka hipotesisnya berbunyi ada hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi guru dengan hasil belajar” Bila kerangka berpikir berbunyi “karena lembaga pendidikan A menggunakan teknologi pembelajaran yang tinggi, maka kualitas hasil belajar akan lebih tinggi bila di bandingkan dengan lembaga pendidikan B yang teknologi pembelajarannya rendah.” Maka hipotesisnya berbunyi “Terdapat perbedaan kualitas hasil belajar yang signifikan antara lembaga pendidikan A dan B, atau hasil belajar lembaga pendidikan A lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga pendidikan B.
III.        KESIMPULAN
            Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), devinisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak pemikiran pendidikan ,dan ada pula yang berperan sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan makna.
            Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur pikiran penelitian dalam memberikan penjelasan kepada orang lain, mengapa dia mempunyai anggapan seperti yang diutarakan dalam hipotesis. Karena kerangka pemikiran yang bisa meyakinkan sesama ilmuan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis.

IV.        DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin,Metode Penelitian ,Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2001.
Cresw   ell,Johnw, Research Design (Pendekatan Kualitatif ,Kuantitatif dan Mixed), Penerjemah Ahmad Fawaid, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012.
Mahmudi, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:CV Pustaka Setia,2011.
Nazir,  Moh,Metode Penelitian, Jakarta:Ghalia Indonesia,1988.
Saebani , Beni Ahmad, Metode Penelitian, Bandung: CV Pustaka Setia,2008.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta,2009.
Usman , Husaini, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT Bumi Aksara,2008.



[1] Saifuddin Azwar,Metode Penelitian (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2001),hlm.1.
[2] Mahmud , Metode Penelitian Pendidikan (Bandung:CV Pustaka Setia,2011),hlm.25.
[3] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta,2009),hlm.89.
[4] Ibid,hlm.92.
[5] Beni Ahmad Saebani,, Metode Penelitian (Bandung: CV Pustaka Setia,2008),hlm.81.
[6] Sugiyono, op.cit.,hlm.80.
[7] Johnw Creswell, Research Design (Pendekatan Kualitatif ,Kuantitatif dan Mixed), Penerjemah Ahmad Fawaid, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012),hlm.79.
[8] Mahmud ,op.cit.,hlm.42.
[9] Ibid
[10] Sugiyono,op.cit.,hlm.80-81.
[11] Mahmud,op.cit.,hlm.44.
[12] Sugiyono,op.cit.,hlm.88.
[13] Moh.Nazir,Metode Penelitian (Jakarta:Ghalia Indonesia,1988),hlm.22.
[14] Ibid,hlm.89-90.
[15] Mahmud,op.cit.,hlm.127.
[16] Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT Bumi Aksara,2008),hlm.34.
[17] Sugiyono,op.cit.,hlm.92.
[18] Mahmud,op.cit.,hlm.129.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan