Sabtu, 28 Jun 2014

Tarawih Patas

Bagaimana pelaksanaan shalat tarawih di daerah anda ?
cepat laksana patas atau alon-alon asal kelakon laksana naik becak ? hemmm, andalah yang tahu...!!
Quthbu al-Irsyad Sayyidina Abdullah bin Alwi al-Haddad, sebagaimana dikutip oleh Muhammad Syata',[1] mengatakan  :
"Hindarilah pelaksanaan shalat dengan amat cepat seperti yang biasa dilakukan kebanyakan orang yang bodoh dalam melakukan shalat tarawih, yang karena sangat cepatnya mungkin mereka melewatkan sebagian rukun, seperti tanpa thuma’ninah di dalam ruku’ dan sujud, atau membaca surat al-Fatihah tidak dengan sebenarnya karena tergesah-gesa, sehingga shalat salah seorang di antara mereka tidak dinilai oleh Allah Swt. Sebagai shalat yang berpahala, tetapi mereka tidak dianggap meninggalkan shalat. Orang tersebut salam (menutup shalat) dengan bangga (karena bisa melaksanakannya secara cepat). Hal itu dan sejenisnya termasuk tipu daya syetan yang paling besar kepada orang yang beriman untuk merusak amal ibadah yang ia kerjakan. Karena itu, berhati-hatilah dan waspadalah wahai saudara-saudaraku.
Apabila anda melaksanakan shalat tarawih dan shalat yang lain maka sempurnakanlah berdirinya, bacaan fatihahnya, ruku’nya, sujudnya, khusu’nya, hudhur-nya, rukun-rukunnya dan adabnya. Janganlah anda menjadikan setan sebagai penguasa diri anda, karena setan tidak mampu mengusai orang-orang yang beriman yang bertawakkal kepada Allah Swt., maka beradalah di dalam kelompok mereka, karena setan itu mampu menguasai orang-orang yang menolongnya dan orang-orang yang menyekutukan Allah Swt. Janganlah anda termasuk orang-orang ini". 
قاَلَ قُطْبُ اْلإِرْشَادِ سَيِّدُنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عَلْوِي اْلحَدَّادُ فيِ النَّصَائِحِ وَلْيَحْذَرْ مِنَ التَّخْفِيْفِ اْلمُفْرِطِ الَّذِيْ يَعْتَادُهُ كَثِيرٌ مِنَ اْلجَهَلَةِ فيِ صَلاَِتهِمْ لِلتَّرَاوِيْحِ حَتىَّ رُبمَّاَ يَقَعُوْنَ بِسَبَبِهِ فيِ اْلإِخْلاَلِ بِشَيْءٍ مِنَ اْلوَاجِبَاتِ مِثْلِ تَرْكِ الطُّمَأْنِيْنَةِ فيِ الرُّكُوْعِ وَالسُّجُوْدِ وَتَرْكِ قِرَاءَةِ اْلفَاتِحَةِ عَلىَ الْْوَجْهِ الًّذِيْ لاَ بُدَّ مِنْهُ بِسَبَبِ اْلعَجَلَةِ فَيَصِيْرُ أَحَدُهُمْ عِنْدَ اللهِ لاَ هُوَ صَلَّى فَفَازَ بِالثَّوَابِ وَلاَ هُوَ تَرَكَ فَاعْتَرَفَ بِالتَّقْصِيرْ ِوَسَلَّمَ مِنَ اْلإِعْجَابِ وَهَذِهِ وَمَا أَشْبَهَهَا مِنْ أَعْظَمِ مَكَايِدِ الشَّيْطَانِ ِلأَهْلِ اْلإِيمْاَنِ يُبْطِلُ عَمَلَ اْلعَامِلِ مِنْهُمْ عَمِلَهُ مَعَ فِعْلِهِ لِلْعَمَلِ فَاحْذَرُوْا مِنْ ذَلِكَ وََتنَبَّهُوْا لَهُ مَعَاشِرَ اْلإِخْوَانِ وَإِذَا صَلَّيْتُمْ التَّرَوِايْحَ وَغَيْرَهَا مِنَ الصَّلَوَاتِ فَأَتمُِّوْا اْلقِيَامَ وَاْلقِرَاءَةَ وَالرُّكُوْعَ وَالسُّجُوْدَ وَاْلخُشُوْعَ وَاْلحُضُوْرَ وَسَائِرَ اْلأَرْكَانِ وَاْلآدَابِ وَلاَ تَجْعَلُوْا لِلشَّيْطَانِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَإِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانُ عَلَى اَّلذِيْنَ آمَنُوْا وَعَلَى رَبهِِّمْ يَتَوَكَّلُوْنَ فَكُوْنُوْا مِنْهُمْ إِنمَّاَ سُلْطَانُهُ عَلَى اَّلذِيْنَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُوْنَ فَلاَ تَكُوْنُوْا مِنْهُمْ اهـ



[1] Abu Bakar Muhammad Syatha,  I’anah at-Thalibin, (Beirut: Dar al-Fikr,1993),juz i,hlm.306-307

Prediksi Lailatul Qadar Menurut Ulama Sufi




           
Malam ke berapakah lailatul qadr ? dan apakah lailatul qadr dapat di ketahui kapan terjadinya ? Pertanyaan ini mungkin mengusik hati, makanya  penulis tertarik untuk menampilkan pada kajian ini.

Penjelasan mengenai lailatul qadr dapat dijumpai pada firman Allah SWT ( al-Qur’an surah al-Qadr:1-5)
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ١- وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ٢- لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ -٣- تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ ٤- سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ -٥
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Roh (Jibril) dengan izin Tuhan-nya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.
Apabila dihitung secara matematis, seribu bulan sama dengan delapan 83 bulan. Jadi, barangsiapa yang berhasil meraih lailatul qadr, malam yang penuh kemuliaan ini maka, amal kebaikannya akan dilipatgandakan oleh Allah, hingga hitungan ini, serta segala dosa yang telah diperbuatnya akan diampuni oleh-Nya.
Dalam tafsirnya al-Qurthubi menuturkan, Imam Atha’ berkata dari Ibnu Abbas bahwa, di sebutkan :
Suatu ketika Rasulullah SAW, mendengar kisah tentang seorang laki-laki dari Bani Israil. Dalam kisah tersebut, laki-laki dari Bani Israil itu disifati sebagai seseorang yang selalu menyandang senjata di bahunya. Ia adalah seorang mujahid ( berjihad di jalan Allah selama seribu bulan).  Mendengar kisah tersebut Rasulullah merasa takjub dan teringat akan umatnya yang rata-rata berusia pendek. Oleh sebab itu Rasulullah pun kemudian berandai-andai seumpama saja umatnya dikarunia panjang umur seperti umat Nabi sebelumnya pasti mereka juga akan dapat lebih banyak beribadah kepada Allah. Kemudian Rasulullah SAW berkeluh kesah:
"Wahai Tuhanku, Engkau lah yang telah menjadikan umatku sebagai umat yang berusia paling pendek sehingga mereka pun memiliki amal yang paling sedikit."
Sebagai balasannya, kemudian Allah SWT memberikan lailatul qadar sebagai karunia istimewa yang diberikan kepada umat Nabi Muhammad SAW.[1]
            Di antara tanda-tanda datangnya lailatul qadr ialah malamnya, langit nampak bersih, tidak nampak awan sedikit pun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas dan siang harinya matahari bersinar tidak terlalu panas dengan cuaca sangat sejuk.
Allah SWT merahasiakan kapan atau tanggal berapa kepastian lailatul qadr, ini bertujuan untuk memotivasi manusia agar selalu terus beribadah kepada-Nya di semua malam dibulan Ramadhan, sebagaimana Allah merahasiakan kapan tepatnya waktu ijabah pada hari jum’at dan waktu malam, shalat wustha pada shalat 5 waktu,demikian pula Allah tidak merahasiakan nama yang paling agung diantara semua nama dari asma’ul husna. Dan juga Allah tidak memberitahukan kapan tepatnya kiamat itu terjadi, hal ini bertujuan agar manusia senantiasa beribadah pada-Nya, tanpa terpaku pada hari tertentu.
Ridhanya Allah terletak pada nilai ketaatan seseorang pada-Nya, sehingga seorang yang taat, pasti akan melaksanakan ibadah pada semua malam atau hari di bulan Ramadhan, dan Allah sangat murka pada kemaksiatan, tentunya seseorang akan selalu meninggalkan kemaksiatan pada bulan itu. Dan di balik itu semua pada dasarnya ada hikmah dan rahmat, bagi orang-orang yang bisa memanfaatkan momen bulan Ramadhan.[2] Walaupun demikian, sinyal atau petunjuk berdasarkan hadis Nabi menyebutkan bahwa, peristiwa lailatul qadr terjadi pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan.[3]
Adalah Sa’id bin Muhammad Ba’asyan al-Hadhrami, dalam kitabnya menuturkan, ada 40 qaul ulama yang membahas kapan terjadinya lailatul qadr. Sedangkan Imam Syafi’i sendiri cenderung memilih malam 21 dan 23 Ramadhan, berdasarkan hadis yang menyebutkan bahwa, Nabi Muhammad SAW melihat lailatul qadr pada malam tersebut.[4]
Sementara itu, Syihabuddin al-Qalyubi dalam kitabnya[5] menulis tentang tuntunan atau cara untuk dapat mengetahui lailatul qadr, yang ia rangkum dalam sebuah syi’ir berikut ini :
يا سائلى عن ليلة  القدر التى        فى عشر رمضان الأخير حلت
فإنها   فى   مفردات   العشر        تعرف  فى  يوم  ابتداء   الشهر
فبالأحد والأربعا فى التاسعة        وبجمعة    مع الثلاثا    السابعة
وإن بدا  الخميس  فالخامسة        وإن     بدا     بالسبت    فالثالثة
وإن بدا الإثنين فهى الحادى        هذا   عن     الصوفية    الزهاد
Wahai yang memintaku untuk dapat  mengetahui lailatul qadr di sepuluh terakhir bulan Ramadhan.
Sesungguhnya lailatul qadr jatuh pada malam ganjil di sepuluh terakhir bulan Ramadhan dapat di ketahui dengan hari permulaan Ramadhan.
Apabila Ramadhan di mulai hari ahad atau rabu ,maka lailatul qadr jatuh pada malam ke 29. Jika  jum’at atau selasa maka, malam ke 27.
Apabila Ramadhan di mulai hari kamis,,maka lailatul qadr jatuh pada malam ke 25. Namun jika sabtu ,maka malam ke 23.
Apabila Ramadhan di mulai hari senin, maka lailatul qadr jatuh pada malam ke 21. Demikian ini adalah pendapat dari ulama sufi yang zuhud.[]
Wallahu  A’lam


Daftar Pustaka

Al-Qurthubi, Tafsir al-Jami’ li ahkami al-Qur’an,Riradh: Dar ‘Alim al-Kutub,2003. 
Al-Baghawi, Tafsir Ma’alim al-Tanzil, [Maktabah Syamilah].
Al-Hadhrami, Sa’id bin Muhammad Ba’asyan, Busyra al-Karim, Indonesia: Dar al-Kutub al-Arabiyah,[t.t].        

Al-Qalyubi, Syihabuddin, Qalyubi wa ‘Amirah, Semarang: Toha Putera,[t.t]
_________________

[1] Al-Baghawi, Tafsir Ma’alin al-Tanzil, juz viii, hlm. 490. [Maktabah Syamilah]
[2] Al-Qurthubi, Tafsir Jami’ li ahkam al-Qur’an, (Riyadh: Dar ‘Alim al-Kutub,2003),juz xx,hlm.137.
[3] Abu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari , Shahih Bukhari, hadis no:1916., [Maktabah Syamilah],
حدثني محمد: أخبرنا عبدة، عن هشام بن عروة، عن أبيه، عن عائشة قالت: كان رسول الله صلى الله  عليه وسلم يجاور في العشر الأواخر من رمضان، ويقول: (تحروا ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان)      
                                                                 
[4] Sa’id bin Muhammad Ba’asyan al-Hadhrami, Busyra al-Karim,(Indonesia :Dar al-Kutub al-Arabiyah,t.t),juz ii,hlm.75.
[5] Syihabuddin al-Qalyubi, Qalyubi wa ‘Amirah, (Semarang: Toha Putera,t.t),juz ii,hlm.76.