PROSES MENEMUKAN DATA
HADITS PENDIDIKAN DALAM KITAB HADITS
INDUK KLASIK DAN KITAB SYARAH
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Upaya
mencari hadits terkadang tidak didasarkan pada lafadz matan (materi) hadits, tetapi didasarkan pada topik masalah.
Pencarian matan hadits berdasarkan topik masalah sangat menolong pengkaji
hadits yang ingin memahami petunjuk-petunjuk hadits dalam segala konteksnya.[1]
Hadits-hadits kependidikan sebagai objek penelitihan,
pada daftar metode membukukan kitab-kitab hadits tidak dicantumkan secara
eksplisit adanya metode atau pendekatan pendidikan dalam penulisan kitab
hadits. Akan tetapi ,ada satu metode yakni metode tabwib (topik, atau
bagian) yang pernah di gunakan muhadditsun dalam membukukan hadits.
Tampaknya, satu metode ini dapat digunakan dalam proses membukukan suatu hadits
dalam hal ini hadits-hadits yang bernuansa pendidikan.
Namun, kaitannya dengan persoalan hadits-hadits
kependidikan sebagai objek penelitian, beberapa upaya dapat diarahkan melakukan
hal tersebut. Misalnya ,sejauh ini belum banyak dilakukan penggalian intensif terhadap hadits-hadits dalam sembilan atau 15 kitab
hadits , padahal kitab tersebut merupakan sumber yang kaya dalam studi hadits,
bisa juga di angkat hal-hal yang bersifat perbandingan dari kitab-kitab itu
dalam menguak nuansa pendidikan dalam kitab hadits.Seseorang bisa mencermati
muatan hadits-hadits kependidikan dalam kitab-kitab hadits induk sembilan atau
kitab yang 15, ia juga bisa melanjutkan mengkaji kitab-kitab hadits nukilan,
seperti Riyadl al-Shalihin, dan lain-lain.[2]
Dibawah ini adalah hadits tentang “motivasi mencari ilmu”
dari sekian banyak hadits yang bermuatan pendidikan ,yang terdapat dalam kitab
hadits induk :
حدثنا محمود بن غيلان
حدثنا أبو أسامة عن الأعمش عن أبي صالح عن
أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله
له طريقا الى الجنة[3]
Mudah-mudahan tulisan pada makalah ini dapat menjawab bagaimana proses
menemukan data hadits yang bernuansa pendidikan dalam kitab-kitab hadits induk
, kajiannya difokuskan dalam kitab hadits induk yang enam (kutub al-sittah) berikut
kitab syarahnya.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut,
maka rumusan masalahnya sebagai berikut :
A.Pengertian
Hadits Pendidikan
B.Sekilas Tentang Kitab-Kitab Hadits Induk Dan Syarah
C.Proses Menemukan
Data Hadits Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Hadits
Pendidikan
Di
dunia pendidikan, hadits didudukkan sebagai sumber nilai penting yang melandasi
tujuan pendidikan Islam. Kenyataan itu tegas dan berlaku hingga sekarang, namun
penerapan hadits yang sudah dijadikan sumber nilai itu ,kadang masih disalah pahami.
Hal itu misalnya tradisi suka mengutip hadits maudlu’ oleh dosen,
kutipan hadits yang tidak searah dengan maksud paragraph, uraian yang dogmatis tidak
empirik.Namun,kalau persoalan diatas di
tatap dengan kepala dingin dan dikembalikan kesejumlah rujukan standart hadits,
jawabannya akan positif. Ini dapat di masukan
dikhazanah kontemporer.[4]
Ketika
berbicara tentang pendidikan dalam Islam maka pendidikan dikenal dengan istilah rabba,
‘allama dan addaba, pengertiannya sebagai berikut :
a.Kata kerja rabba
yang masdarnya tarbiyyatan memilki beberapa arti ,antara lain
mengasuh, mendidik dan pemelihara.Disamping kata rabba ada kata-kata yang serumpun
dengannya yaitu rabba yang berarti memiliki, memperbaiki, menambah, rabba juga berarti tumbuh dan berkembang.
b.Kata kerja ‘allama yang masdarnya ta’liman berarti mengajar yang lebih bersifat
pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan.
c.Kata kerja addaba
yang masdarnya ta’diban dapat diartikan mendidik yang secara sempit mendidik
budi pekerti dan secara luas meningkatkan peradaban.[5]
Dalam pembahasan ini tidak ingin diperdebatkan
karena sesungguhnya ketiga istilah tersebut (tarbiyah, ta’lim dan ta’dib) merupakan satu kesatuan yang
saling terkait .Artinya bila pendidikan dinisbatkan pada ta’dib ia harus melalui pengajaran (ta’lim),sehingga dengannya dapat diperoleh ilmu. Agar ilmu dapat
di pahami ,hayati dan selanjutnya diamalkan oleh peserta didik perlu bimbingan
(tarbiyah).[6]
Ada tiga unsur utama
yang harus terdapat dalam pendidikan ,yaitu :
a.Pendidik (orang
tua,guru/ustadz/dosen/ulama/pembimbing)
b.Peserta didik
(anak/santri/mahasiswa/mustami’)
Bertolak
dari pemaparan pendidikan di atas maka, menurut hemat penulis, apabila dikatakan hadits pendidikan ,pengertiannya adalah
hadits-hadits yang mengandung arti pendidikan,baik berupa pengajaran,
bimbingan ,penyampaian, ilmu pengetahuan dan yang terkait dengannya. Selanjutnya pada makalah proses menemukan data hadits
pendidikan yang kami sajikan ini, fokus
pembahasannya adalah hadits yang menunjukan tentang pendidikan, seperti tiga unsur utama yang ada dalam proses pendidikan Islam di
Negara kita.
B.Sekilas Tentang Kitab-Kitab
Hadits Induk Dan Syarah
Kalau
al-Qur’an sudah dibukukan dalam sebuah kitab, maka hadits juga sudah dibukukan
dalam kitab atau kitab-kitab hadits dalam masa yang tidak satu paket dengan
pembukuan al-Qur’an. Hanya saja, yang terakhir ini terbukukan didalam versi
kitab. Ada yang bervariasi induk atau standart karena muatan sanad dan matn-nya
telah melalui tahap seleksi oleh penulis
kitab hadits (yang kemudian menjadi kitab hadits yang baku) sebelum di jadikan
data dan informasi atau fakta suatu kitab hadits (takhrij) oleh
penulisnya sehingga nanti dapat di harap
menjadi hujah yang menyangga nilai-nilai bagi kehidupan.
Ada
pula yang berversi nukilan karena muatannya berisi nukilan hadits yang
diambil dari kitab-kitab hadits yang telah di takhrij oleh penyusun
sebelumnya menjadi fakta yang di muat dalam kitab nukilan haditsnya.
Kitab-kitab hadits induk atau standar itu dalam perjalanan sejarahnya terbagi
dalam tiga kategori, yaitu kitab induk yang lima(al-Kutub al-khamsah),
Kitab Induk yang enam (al-Kutub al-Sittah), dan Kitab Induk yang tujuh (al-Kutub
al-Sab’ah).[8]
Kitab-kitab
yang enam(al-Kutub al-Sittah)yang tergolong
standar atau
tempat merujuk kitab-kitab
yang datang sesudahnya
adalah sebagai berikut :
1.Al-Jami’ al-Shahih susunan
Al-Bukhari (194-256 H)
2.Al-Jami’ al-Shahih susunan Muslim
(204-261 H)
3.Sunan Abu Daud (202-275 H)
4.Sunan al-Turmudzi (209-279 H)
5.Sunan al-Nasa’i (215-303 H)
6.Sunan Ibn Majah (209-273 H).[9]
Kitab-kitab
hadits peringkat pertama sampai dengan kelima disepakati, sedang kitab yang
berperingkat keenam tidak disepakati.[10]
Penetapan status standar dan peringkat untuk kitab-kitab hadits di atas
didasarkan pada kualifikasi umum.Maksudnya ,secara umum hadits-hadits yang
termuat dalam Shahih al-Bukhari,
misalnya memiliki kualitas kesahihan yang lebih tinggi dari pada hadits-hadits
yang termuat di Shahih Muslim, demikian pula hadits-hadits yang termuat
dalam Shahih Muslim pada umumnya kualitasnya lebih tinggi dibandingkan
dengan yang termuat dalam Sunan Abi Daud.
Jadi
penetapan status standar dan peringkat itu tidak dimaksudkan sebagai pengakuan
atau penilaian untuk setiap hadits yang termuat dalam kitab yang bersangkutan
.Tegasnya, tidaklah setiap hadits yang termuat dalam Sunan Abi Daud,
misalnya selalu lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan hadits yang
termuat dalam Shahih Muslim ataupun Shahih al-Bukhari.[11]
Sedangkan Syarah dalam bahasa Arab diambil dari kata kerja syaraha
,yasyrahu yang masdarnya adalah syarhan artinya menjelaskan,
menafsirkan,membuka.[12] Kalau
kajian kamus hadits adalah membahas kaitan kitab kamus dengan usaha menemukan
lafadz matn hadits dalam suatu kitab hadits, maka kajian syarah
hadits membahas kaitan suatu kitab dengan kitab lain yang bersifat
menjelaskan suatu hadits yang tengah dibicarakan, Jelasnya kitab syarah hadits
itu adalah kitab yang memberi keterangan ,ulasan atau penjelasan tentang hadits
dari suatu kitab tertentu, dan didalamnya memiliki informasi yang lebih lengkap
tentang hadits : sanad,matn, mukharrij, penjelasannya , asbab
al-wurudnya (jika memiliki asbab al-wurud), perbandingan dengan hadits lain
dan semisalnya.[13] Selanjutnya pembahasan dalam makalah ini difokuskan pada kitab hadits induk yang
enam diatas dan kitab syarahnya.
C.Proses Menemukan
Data Hadits Pendidikan
Kitab-kitab
Shahih dan Sunan disusun dengan dasar membagi kitab-kitab itu kepada beberapa
bab, umpamanya bab thaharah ,bab wudlu, bab sholat dan seterusnya, maka
tiap-tiap hadits yang berpautan dengan thaharah dimasukkan ke dalam bab
thaharah demikian selanjutnya.[14]Untuk
menemukan data hadits yang menunjukan tentang pendidikan dalam kitab hadits
induk yang enam dan syarahnya maka langkah yang dapat dilakukan adalah :
1.Mencari Pada
Bab-Bab Atau Topik Tentang Ilmu (Bab al- ‘Ilmi).
Menurut penulis, pada umumnya
hadits-hadits yang menunjukan tentang pendidikan banyak dijumpai dalam kitab
hadits pada bab-bab atau judul tentang ilmu. Dalam kitab Shahih Bukhari karya
al-Imam Muhammad bin Isma’il al-Bukhari terdapat kitabul ‘ilmi setelah hadits-hadits
tentang bad’ul wahyi (permulaan wahyu) dan kitab al-iman,
demikian juga dalam Shahih Muslim, Sunan al-Turmudzi, Sunan Abi Daud, Sunan
al-Nasa’i dan Sunan Ibn Majah, terdapat hadits tentang ilmu.
Namun tidak menolak kemungkinan
,bahwa hadits-hadits yang menunjukan tentang pendidikan hanya terdapat pada
bab-bab atau topik tentang ilmu, tetapi mungkin saja masih banyak hadits yang
berkenaan dengan pendidikan yang diletakkan pada bab-bab atau topik yang lain.[15]
2.Mengetahui Versi
Kitab Hadits Berikut Syarahnya
Setelah menemukan
data hadits yang berkenaan dengan pendidikan dalam kitab hadits induk,maka
langkah berikutnya perlu didahului pegetahuan tentang nama syarah suatu kitab tersebut, berikut ini
adalah pengklasifikasinya :
a.Syarah Kitab Shahih
Bukhari
-al-Kawakib
al-Durari, oleh al-Kirmani (775 H).
-Syawahid al-Taudlih,oleh
‘Umar bin ‘Ali (804 H).
-‘Umdat al-Qori,oleh
Muhammad bin Ahmad al-Aini (815 H).
-Fath al-Bari,oleh
Ibnu Hajar al-Asqalani
(852 H).
-Irsyad al-Sari, oleh Muhammad al-Qasthalani (923 H).
b.Syarah Kitab Shahih Muslim
-Shahih Muslim ‘Ala Syarh al-Nawawi, oleh Muhyiddin al-Nawawi.
-al-Minhaj,
oleh al-Nawawi (676 H).
-al-Ikmal,oleh
Qadhi ‘Iyadh.
-Ikmal al-Ikmal,
oleh Az-Zawawi (743 H).
-Ikmal al-I’mal al-Mubin
oleh Abu Abdillah Muhammad Khalaf al-Abi al-Maliki (827 H).
c.Syarah Kitab Sunan Abi Daud
-‘Awn al-Ma’bud,
oleh Syamsul-Haq al-‘Adhim al-Abadi.
-Syarh Zawaid
Abu Dawud,oleh Ibn al-Mulaqqin
(804 H).
d.Syarh Kitab Sunan al-Turmudzi
-Tuhfat al-Akhawadzi bi
Syarh Jami’ al-Turmudzi, oleh Imam Muhammad
‘Abdurrohim al-Barakafuri.
-Syarh Zawahid Jam’
al-Turmudzi, oleh Ibn Mulaqqin (804 H).
-al-Quthb al-Mughtadi,
oleh as-Suyuthi (911 H).
-‘Aridhat al-Ahwadzi fi
Syarh al-Turmudzi, oleh Ibn al-‘Arabi
(596 H).
e.Syarah Kitab Sunan al-Nasa’i
-Syarh (Ta’liq),oleh
as-Suyuthi (911 H).
-Syarh (Ta’liq),oleh
al-Sindi.
f.Syarah Kitab Sunan Ibn Majah
-al-Dibajat,
oleh Kamaluddin al-Damiri (808 H).
-al-Mishbah al-Zujajah,oleh
as-Suyuthi (911 H).
3.Mengetahui Letak Teks
Hadits Versi Kitab Induk Dan Kitab Syarahnya
Pengkajian Islam dengan benar
memerlukan bantuan kitab-kitab bantu untuk memudahkan pencarian bahan dari
sumber ajaran yang ingin ditemukan dan sekaligus memperoleh pemahaman luas dan
lebih lengkap tentang kajian yang ditelusuri. Alat bantu dalam kajian Islam
untuk memperoleh subtansi sumber ajaran itu diantaranya ,dapat berupa kitab al-Mu’jam
, untuk menemukan hadits yang akan di cari dalam versi tertentu dapat pula
berupa kitab syarah hadits untuk menemukan informasi tentang hadits
secara lebih luas dan lebih lengkap.[17]
Menurut
penulis ,setelah mengetahui versi kitab hadits induk berikut nama kitab syarahnya,maka pencarian dilanjutkan pada
tempat atau letak teks hadits versi
kitab induk dengan menyesuaikan dalam kitab syarahnya, (saya ambil contoh
ketika sudah menemukan hadits yang menunjukan tentang pendidikan ada pada
bab-bab atau topik ilmu, maka carilah pada kitab syarahnya sesuai dengan bab-bab
atau topik yang berkaitan).Dengan demikian pemahaman secara relatif mendalam
dan lebih luas tentang hadits yang berkaitan akan didapatkan, sebagaimana
fungsi kitab syarah hadits adalah memberi keterangan, ulasan dan informasi yang
lebih lengkap dari hadits yang dimaksud.
Akhirnya para pencari hadits
pendidikan di tuntut kejeliannya dan ketekunannya. Tentu saja dengan pemahaman
yang benar dan pengetahuan yang mumpuni akan membawa kemudahan dalam memahami
suatu hadits tertentu, sehingga kekeliruan yang banyak di akibatkan kekurang
jelian dapat dihindari.
4.Contoh Hadits
Tentang Pendidikan Dalam Kitab Hadits Induk Dan Syarahnya
A. Hadits Tentang
Pentingnya Ilmu (pendidikan) Dalam Kitab Shahih Bukhari[18]
حدثنا سعيد بن عفير
قال حدثنا ابن وهب عن يونس عن ابن شهاب قال قال حميد بن عبد الرحمن سمعت معاوية خطيبا
يقول: سمعت النبي صلى الله عليه و سلم يقول ( من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين وإنما
أنا قاسم والله يعطي ولن تزال هذه الأمة قائمة على أمر الله لا يضرهم من خالفهم حتى
يأتي أمر الله )
Menceritakan pada
kami Sa’id bin Ufair berkata, menceritakan pada kami Ibn Wahb dari Yunus dari
Ibn Syihab berkata, Humaid bin Abdurrahman berkata, “Saya mendengar Muawiyah
berkhutbah, “Saya mendengar Rosululloh bersabda, “Jika Alloh menghendaki
kebaikan kepada seseorang,maka Dia akan menjadikannya sebagai ahli agama. Saya
hanya membagi-bagikan, sedangkan yang memberi adalah Alloh. Sebagian dari umat
ini akan tetap berpegang teguh pada agama Alloh, tidak ada yang dapat
mempengaruhinya sampai hari kiamat nanti.”
Perawi Dan Kebersambungan Sanad.
النبي
صلى الله عليه و سلم
|
معاوية
|
حميد بن عبد الرحمن
|
ابن شهاب
|
يونس
|
ابن وهب
|
سعيد بن عفير
|
البخارى
|
Kandungan Makna Hadits
-
Keutamaan mendalami agama.
-
Pada hakikatnya yang memberi segala
sesuatu adalah Alloh.
-
Akan selalu ada sebagian orang yang
tetap berpegang teguh kepada kebenaran
(agama
Islam)
Keterangan Makna Hadits Dalam Kitab Syarah Shahih Bukhari[19]
وهذا الحديث مشتمل على ثلاثة
أحكام أحدها فضل التفقه في الدين وثانيها أن المعطي في الحقيقة هو الله وثالثها أن
بعض هذه الأمة يبقى على الحق أبدا فالأول لائق بأبواب العلم والثاني لائق بقسم الصدقات
ولهذا أورده مسلم في الزكاة والمؤلف في الخمس والثالث لائق بذكر أشراط الساعة وقد أورده
المؤلف في الاعتصام لالتفاته إلى مسألة عدم خلو الزمان عن مجتهد وسيأتي بسط القول فيه
هناك وأن المراد بأمر الله هنا الريح التي تقبض روح كل من في قلبه شيء من الإيمان ويبقى
شرار الناس فعليهم تقوم الساعة وقد تتعلق الأحاديث الثلاثة بأبواب العلم بل بترجمة
هذا الباب خاصة من جهة اثبات الخير لمن تفقه في دين الله وأن ذلك لا يكون بالاكتساب
فقط بل لمن يفتح الله عليه به وأن من يفتح الله عليه بذلك لا يزال جنسه موجودا حتى
يأتي أمر الله وقد جزم البخاري بأن المراد بهم أهل العلم بالآثار وقال أحمد بن حنبل
إن لم يكونوا أهل الحديث فلا أدري من هم وقال القاضي عياض أراد أحمد أهل السنة ومن
يعتقد مذهب أهل الحديث وقال النووي يحتمل أن تكون هذه الطائفة فرقة من أنواع المؤمنين
ممن يقيم أمر الله تعالى من مجاهد وفقيه ومحدث وزاهد وآمر بالمعروف وغير ذلك من أنواع
الخير ولا يلزم اجتماعهم في مكان واحد بل يجوز أن يكونوا متفرقين قلت وسيأتي بسط ذلك
في كتاب الاعتصام إن شاء الله تعالى قوله يفقهه أي يفهمه كما تقدم وهي ساكنة الهاء
لأنها جواب الشرط يقال فقه بالضم إذا صار الفقه
له سجية
Hadits tersebut mengandung tiga hukum, pertama keutamaan mendalami agama,
Hadits tersebut mengandung tiga hukum, pertama keutamaan mendalami agama,
kedua, pada hakikatnya yang memberi segala
sesuatu adalah Alloh,ketiga , akan selalu ada sebagian orang yang tetap
berpegang teguh kepada kebenaran (agama Islam). Pelajaran pertama adalah berkaitan dengan bab Ilmu
dan pelajaran ke dua berkaitan dengan permasalahan shadaqat (sedekah),
oleh karena itu Imam Muslim meriwayatkan hadits tersebut dalam bab zakat yaitu
bab Khumus (seperlima rampasan perang).Sedangkan pelajaran ketiga
berkaitan dengan tanda-tanda hari kiamat, maka Imam Bukhari meletakkannya dalam
bab I’tishom (berperang teguh pada agama), karena hal itu mengisyaratkan
bahwa seorang mujtahid akan tetap ada sepanjang masa. Adapun yang dimaksud
dengan أمر الله disini adalah angin yang mencabut jiwa setiap
orang yang beriman dan membiarkan orang-orang jahat tetap hidup, sehingga
mereka akan menyaksikan dahsyatnya hari kiamat.
Ketiga hadits di atas sangat berkaitan dengan bab Ilmu ,karena
hadits tersebut menjelaskan bahwa orang yang mendalami agama Alloh akan selalu
mendapatkan kebaikan, dan hal ini tidak hanya dapat di capai oleh manusia
dengan usaha saja, tetapi dapat di capai juga oleh orang yang hatinya telah di
bukakan oleh Alloh, dan orang semacam ini akan tetap ada sampai hari kiamat
nanti. Imam Bukhari berpendapat, bahwa orang-orang tersebut adalah para ulama
hadits. Ahmad bin Hambal berkata :”jika bukan ulama hadits, maka saya tidak
tahu siapa selain mereka.”
Al-Qodli Iyadh berkata, “Yang
dimaksud oleh Imam Ahmad adalah Ahli Sunnah wal Jama’ah dan orang-orang
yang mengikuti jejak ulama hadits. Dalam hal ini , Imam Ahmad berpendapat bahwa
kelompok tersebut adalah kelompok kaum mukminin yang terdiri dari orang-orang
yang menjalankan perintah Alloh seperti para mujahid (orang-orang yang
berjihad), ahli fiqh, ahli hadits,orang yang zuhud, orang yang melaksanakan
amar ma’ruf nahi munkar dan kebaikan-kebaikan lainnya.”
Maksud يفقهه adalah , Alloh akan menjadikannya sebagai
orang yang memahami agama seperti yang telah di jelaskan. Penggunaan kata خيرا (kebaikan) menggunakan bentuk nakiroh yang
menunjukan arti yang lebih umum, yaitu mencakup kebaikan yang sedikit maupun
yang banyak. Dari hadits ini dapat dipahami secara implisit, bahwa orang yang
tidak mendalami agama atau tidak mempelajari dasar-dasar dan masalah-masalah furu’iyyah
(cabang) dalam Islam, maka ia tidak akan mendapatkan kebaikan.[20]
B.Hadits Tentang Menyampaikan Ilmu Dalam
Kitab Sunan Abi Daud[21]
٣٦٤٣_حدثنا مسدد أخبرنا يحيى عن شعبة حدثنى عمر بن سليمان من ولد
عمر بن الخطاب عن عبد الرحمن بن ابان عن أبيه عن زيد بن ثابت قال سمعت رسول الله
صلى الله عليه وسلم يقول:نضر الله امرأ سمع منا حديثا فحفضه حتى يبلغه فرب حامل
فقه الى من هو افقه منه ورب حامل فقه ليس بفقيه
3643-
Menceritakan pada kami Musaddad, menghabarkan pada kami Yahya dari Syu’bah
menceritakan pada saya Umar bin Sulaiman dari putranya Umar bin Khattab dari
Abdurrahman bin Abana dari Bapaknya dari Zaid bin Tsabit berkata,”Saya
mendengar Rasululloh SAW, bersabda :”Alloh akan memberi kebaikan kepada
orang yang mendengar hadits dari kami, maka menjaganya sampai menyampaikannya
kepada orang lain, sebab banyak orang yang membawa (menyampaikan)ilmu kepada
orang yang lebih mengerti, dan banyak orang yang membawa ilmu (sebenarnya) ia
bukanlah orang yang benar-benar mengerti”.
Perawi Dan
Kebersambungan Sanad
رسول الله صلى الله عليه وسلم
|
زيد بن ثابت
|
أبيه
|
عبد الرحمن بن ابان
|
ولد عمر بن الخطاب
|
عمر بن سليمان
|
شعبة
|
يحيى
|
مسدد
|
ابو داود
|
Kandungan Makna
Hadits
-
Keutamaan menyampaikan ilmu.
-
Alloh memberikan kebaikan kepada
orang yang menyampaikan.
-
Banyak orang yang menyampaikan ilmu
tapi sebenarnya dia tidak mengerti
Ilmu
Keterangan
Makna Hadits Dalam Kitab Syarah Sunan Abi Daud[22]
(نضر الله) قال
الخطابى : معناه الدعاء له بالنضاره وهى
النعمة والبهجة يقال نضرالله ونضره بالتحفيف والتثقيل واجود هما التحفيف
انتهى
قال فى النهاية :نضره ونضره وانضره اى نعمه ويروى بالتحفيف والتشديدد
من النضاره وهى الأصل حسن الوجه والبريق وانما اراد حسن خلقه وقدره انتهى
قال السيوطى : قال
ابو عبد الله محمد بن احمد بن جابر اى
البسه الله نضرة وحسنا وخلوص لون وزينة
وجمالا او اوصله الله لنضرة الجنة نعيما ونضارة
قال المنذرى :والحديث أخرجه الترمذى والنسائى وقال الترمذى
حديث حسن واخرحه ابن ماجه
من حديث عباد الأنصارى من زيد بن ثابت
(فرب) قال العينى رب للتقليل لكنه
كثر فى الاستعمال للتكثير بحيث غلب حتى صارت كأنها حقيقة فيه (حامل فقيه) اى علم
قد يكون فقيها ولا يكون افقه فيحفظه ويبلغه (الى من هو افقه منه) فيستنبط منه
مالايفهمه الحامل (حامل فقه) اى علم (ليس بفقيه) لكن يحصل له الثواب لنفعه
بالنقل.
C.Hadits Tentang Mu’allim
(guru) Dalam Kitab Sunan Ibn Majah[23]
حَدَّثنَا بشر بْن هَلْال الصواف. حَدَّثنَا
داود بْن الزبرقان، عَن بَكْر بْن خنيس، عَن عَبْد الرَّحْمَنبْن زياد، عَن عَبْد
اللّه بْن يزيد، عَن عَبْد اللّه بْن عمرو.
- قَالَ: خرج رَسُول اللّه
صَلى اللّه عَلَيْهِ وَسَلَّمْ ذات يَوْم من بعض حجره. فدخل المسجد. فإِذَا هُوَ
بحلقتين. إحداهما يقرأون الْقُرْآن ويدعون اللّه، والأخرى يتعلمون ويعلمون. فقَالَ
الْنَّبِيّ صَلى اللّه عَلَيْهِ وَسَلَّمْ: ((كُلّ عَلَى خير. هؤلاء يقرأون
الْقُرْآن ويدعون اللّه، فإن شاء أعطاهم وإن شاء منعهم. وهؤلاء يتعلمون ويعلمون.
وإنما بعثت معلما)) فجلس معهم.
229- Menceritakan kepada kami Bisyr
bin Hilal As-Showwaf ,menceritakan kepada kami Dawud bin Az-Zabriqan, dari Bakr
bin Khunais, dari Abdur-Rahman bin Ziyad, dari Abdulloh bin Yazid, dia bekata :
Rasululloh SAW, keluar pada suatu hari, dari salah satu kamarnya kemudian masuk
masjid,maka tiba-tiba terdapat dua kelompok pengajian, yang satunya mereka
membaca Al-Qur’an dan berdoa kepada Alloh dan yang lainnya mereka belajar dan
mengajarkan Al-Qur’an.
Maka Nabi
Muhammad SAW bersabda : “Setiap mereka adalah kebajikan,mereka ini membaca
Al-Qur’an dan berdoa kepada Alloh,maka jika menghendaki, Alloh akan memberikan
mereka, dan bila menghendaki Alloh tidak memberikan mereka,sedangkan mereka ini
adalah belajar dan mengajarkan Al-Qur’an.Dan hanya saja aku di utus sebagai
orang yang mengajarkan”
Kemudian beliau
duduk bersama mereka.
Perawi Dan Kebersambungan Sanad
رَسُول
اللّه صَلى اللّه عَلَيْهِ وَسَلَّم
|
عَبْد
اللّه بْن عمرو
|
عَبْد
اللّه بْن يزيد
|
عَبْد
الرَّحْمَن بن زياد
|
بَكْر
بْن خنيس
|
داود
بْن الزبرقان
|
بشر
بْن هَلْال الصواف
|
ابن
ماجه
|
Kandungan Makna
Hadits
-
Keutamaan mendalami Al-Qu’an.
-
Pada hakikatnya yang memberi segala
sesuatu adalah Alloh.
-
Rasululloh SAW di utus diantaranya
sebagai mu’allim
Keterangan Hadits Dalam Syarah Kitab
Sunan Ibnu Majah[24]
(بحلقين) الحلقة بفتح فسكون هو المشهور وقد جوز كسر اللام
وفتحها وانكر بعضهم الفتح وقال اخرون هو لغة ضعيفة قوله (فإن شاءاعطاهم) اى مطلوبهم إذ لا وجوب
عليه تعالى لكن هذا فيما بعد تنبيه على ان
اعطاء اولئك مطلوبهم كالمتحققين ففيه اشارة الى لون بعيد بينهما وقد اخرج بعضهم
حديث من يرد الله به خيرا على هذا المعنى فقال لايدرى احد أنه اريد له الخير فى
الدنيا الا الفقهاء وكان مبنى على أن المراد من يرد الله خيرا يفقهه لاغيره بناء
على اعتبار مفهوم الشرط لكن هذا المعنى بعيد وهذا الإطلاق لا ينبغى شرعا فليتأمل
وفي قوله انما بعثت معلما اشار بأنهم منه وهو منهم ومن ثمة جلس فيهم وفى الزوائد ضعيف
داوود وبكر وعبد الرحمن ضعفاءكلهم
BAB III
KESIMPULAN
Hadits pendidikan ,pengertiannya adalah hadits-hadits
yang mengandung arti pendidikan,baik berupa pengajaran, bimbingan ,penyampaian,ilmu pengetahuan danyang
terkait dengannya.
Dinamakan kitab
hadits induk (standar) karena muatan sanad dan matn-nya telah
melalui tahap seleksi oleh penulis kitab
hadits (yang kemudian menjadi kitab hadits yang baku)
kitab syarah
hadits adalah
kitab yang memberi keterangan ,ulasan atau penjelasan tentang hadits dari suatu
kitab tertentu, dan didalamnya memiliki informasi yang lebih lengkap tentang
hadits : sanad,matn, mukharrij, penjelasannya , asbab al-wurudnya
(jika memiliki asbab al-wurud), perbandingan dengan hadits lain dan semisalnya.
Langkah yang dapat
dilakukan untuk menemukan data hadits pendidikan dalam kitab hadits induk dan
syarahnya adalah :
1.Mencari pada
bab-bab atau topik tentang ‘ilmu (bab al- ‘ilmi), karena pada umumnya
hadits-hadits yang menunjukan tentang pendidikan banyak dijumpai dalam kitab
hadits pada bab-bab atau judul tentang ilmu.
2.Mengetahui versi
kitab hadits berikut syarahnya.
3.Mengetahui
letak teks hadits versi kitab induk dan kitab syarahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Ilmu Hadits Sejarah
dan Pengantar, Semarang: PT.Pustaka
Rizki Putra,1999.
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Al-Bukhari , Abu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il, Shahih
Bukhari, Semarang: Toha Putera,[tth].
Al-Turmudzi, Abu ‘Isa Muhammad,
Sunan al-Turmudzi, Beirut: Darul Fikri,1974 M/1394 H.
Al-Asqalani, Ibnu
Hajar, Fath al- Baari Syarh Shahih
Bukhari. Kairo: Darul Hadits,
2004 M/1424 H.
Al-Asqalani ,Ibnu Hajar, Fath al -Baari Syarh Shahih Bukhari.Penerjemah
,Gazirah
Abdi Umamah, Jakarta: Pustaka Azam, 2008.
Al-Sijitsani, Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’as, Sunan
Abi Dawud, Indonesia: Maktabah
Dakhlan, [tth].
Al-Abadi,Syamsul-Haq
al-‘Adhim, Awn al-Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud, Beirut: Darul Fikr, [tth].
Al-Sindi,
Imam Abi Hasan al-Hanafi, Syarah Ibn Majah, Beirut: Darul Ma’rifah, 1996 M/1416 H.
Ismail, M. Syuhudi,
Cara Praktis Mencari Hadits, Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1991.
Idri. Studi
Hadis, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Ibnu
Majah, Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, Sunan ibn Majah, Kairo:
Darul Hadits, [tth].
Muchtar, Heri
Jauhari, Fikih Pendidikan, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005.
Munawir, Ahmad Warson, Kamus
Al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Soebahar, M.Erfan, Aktualisasi Hadis Nabi
Di Era Teknologi Informasi, Semarang: Rasail Media Group,2010.
Solahudin,
Agus, Suyadi, Agus, Ulumul Hadis,
Bandung: Pustaka Setia,.2008.
Sahrani,
Sohari, Ulumul Hadits, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Yaqub, Ali Mustafa, Kritik Hadis, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2011.
[2]M.Erfan
Soebahar, Aktualisasi Hadis
Nabi Di Era Teknologi Informasi,Rasail Media Group.Semarang,2010,hlm.56.
[3]Abu ‘Isa
Muhammad al-Turmudzi, Sunan al-Tirmidzi, Darul Fikri,Beirut,1974 M/1394
H.
juz v,hlm.136.
[4]M.Erfan Soebahar,op.cit.,hlm.53.
[6]Ibid.,hlm.26.
[8]M.Erfan
Soebahar, op.cit.,hlm.149-150.
[9]Sohari
Sahrani,Ulumul Hadits, Ghalia Indonesia. Bogor,2010,hlm.69. Lihat juga
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy,Ilmu Hadits Sejarah dan Pengantar,
PT.Pustaka Rizki Putra,Semarang,1999, hlm.83.
[10]Sebagian ulama misalnya Abu
Fadl Muhammad bin Tahir al-Maqdisi (wafat 507 H),menempatkan Sunan Ibnu
Majah sebagai kitab hadits yang berstatus standar pada peringkat keenam.
Sebagian ulama lainnya, misalnya Abu as-Sa’adat Ibnul Asir (wafat 1210 M)
menyebut Kitab Muatta’ Malik sebagai peringkat keenam, sebagian ulama lagi
misalnya, an-Nawawi (wafat 675 H = 1277 M) dan Ibnu Hajar al-Asqalani (wafat
852 H = 1449 M), menyebut Sunan ad-Darimi sebagai kitab hadits berstatus
standar peringkat keenam. (Lihat M.Syuhudi
Ismail, Cara Praktis Mencari Hadits, PT. Bulan Bintang, Jakarta,1991,hlm.10).
[11]Ibid.,hlm.11.
[12]Ahmad Warson
Munawir,Kamus Al-Munawwir,Pustaka Progressif,Surabaya,1997.
[13]M.Erfan
Soebahar, op.cit., hlm.164.
Penulis perlu menyampaikan bahwa
,penulisan kitab-kitab hadits ada berbagai macam tipe, misalnya saja tipe jami’
, secara bahasa jami’ berarti sesuatu yang mencakup mengumpulkan, dan
menggabungkan. Menurut terminologi ahli hadits, jami’ adalah tipe
penyusunan kitab-kitab hadits yang memuat hadits-hadits berbagai macam masalah
keagamaan seperti akidah, hukum, perbudakan, tata cara makan dan minum,
menbepergian dan tinggal dirumah, tafsir, sejarah, perilaku hidup,pekerti baik
dan buruk dan sebagainya, dengan kata lain tipe jami’ ini mencakup
segala aspek keagamaan tidak hanya mencakup terbatas pada bidang fiqih
saja.(Lihat: Idri. Studi Hadis, Kencana Prenada Media
Group,Jakarta,2010,hlm.120).
Sementara ,tipe sunan
merupakan tipe penyusunan kitab hadits berdasar bab-bab fiqh, hanya memuat
hadits-hadits marfu’ saja, agar kitab itu dijadikan sumber hukum bagi para
fuqoha dalam mengambil kesimpulan hukum, atau tipe penyusunan kitab berdasar
bab fiqh yang didalamnya tercampur antara hadits shahih, hasan dan dha’if
dengan memberikan penjelasan tentang kualitas hadits yang bersangkutan.(Ibid,
hlm.118)
Tipe musnad disusun urut
nama perawi pertama, perawi yang menerima dari rasul. Maka segala hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Bakr, umpamanya ,di letakkan di bawah nama Abu Bakr.
Tegasnya nama perawi yang menjadi titel bab. Sehingga orang yang merujuk pada
kitab Musnad ,dan ia akan mencari kitab yang berkaitan dengan bab shalat
misalnya, ia tidak akan mendapatkan hasil apa-apa, sebab dalam kitab Musnad
tidak akan ditemukan bab shalat ,bab zakat dan sebagainya. (Lihat Teungku
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy,loc.cit.
Lihat juga Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis, Pustaka
Firdaus,Jakarta,2011, hlm.77).
Menceritakan pada kami Abdan
mengkhabarkan pada kami Abdulloh mengkhabarkan pada kami Yunus dari Zuhri
,menceritakan kepadaku Hamzah bin Abdulloh bahwa Ibnu Umar berkata “Aku telah
mendengar Rasululloh SAW bersabda :”Ketika aku sedang tidur,aku membawa
segelas susu.Maka aku minum sehingga air memancur keluar dari kukuku,kemudian
aku berikan pada Umar bin Khattab.Mereka bertanya bagaimana Engkau menafsirkan
itu wahai Rasululloh ?beliau menjawab :”ilmu pengetahuan” (Lihat :Abu
‘Abdillah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari , Shahih Bukhari, Toha Putera,Semarang,
[tth],juz.viiii. hlm.45)
[16]M.Erfan Soebahar,
op.cit, hlm.165.
[17]Ibid.,hlm.168.
[19]Ibnu Hajar
al-Asqalani , Fath al- Baari Syarh Shahih Bukhari. Darul Hadits, Kairo,
2004 M/1424 H. juz i,hlm.200.
[20]Ibnu Hajar
al-Asqalani , Fath al -Baari Syarh Shahih Bukhari.Penerjemah, Gazirah
Abdi Umamah,Pustaka Azam, Jakarta,2008,jilid 1,hlm.311.
[21]Abu Dawud
Sulaiman bin al-Asy’as al-Sijitsani, Sunan Abi Daud, Maktabah Dakhlan
Indonesia, [tth],juz iii,hlm.321.
[22]Syamsul-Haq
al-‘Adhim al-Abadi, Awn al-Ma’bud
Syarh Sunan Abi Dawud, Darul Fikr,Beirut, [tth],juz x,hlm.94.
[23]Abu
‘Abdillah Muhammad bin Yazid,al-Qazwini,Sunan ibn Majah,Darul Hadits,
Kairo,[tth]
,juz i,hlm.81.
[24]Imam Abi
Hasan al-Hanafi Al-Sindi,Syarah Ibn Majah, Darul Ma’rifah,Beirut,1996
M/1416 H.juz i,hlm.150.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan