Khamis, 6 Jun 2013

Hadist Pendidikan



PROSES MENEMUKAN DATA HADITS PENDIDIKAN DALAM KITAB HADITS   INDUK KLASIK DAN KITAB SYARAH

BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
             Upaya mencari hadits terkadang tidak didasarkan pada lafadz matan (materi)  hadits, tetapi didasarkan pada topik masalah. Pencarian matan hadits berdasarkan topik masalah sangat menolong pengkaji hadits yang ingin memahami petunjuk-petunjuk hadits dalam segala konteksnya.[1]
             Hadits-hadits kependidikan sebagai objek penelitihan, pada daftar metode membukukan kitab-kitab hadits tidak dicantumkan secara eksplisit adanya metode atau pendekatan pendidikan dalam penulisan kitab hadits. Akan tetapi ,ada satu metode yakni metode tabwib (topik, atau bagian) yang pernah di gunakan muhadditsun dalam membukukan hadits. Tampaknya, satu metode ini dapat digunakan dalam proses membukukan suatu hadits dalam hal ini hadits-hadits yang bernuansa pendidikan.
Namun, kaitannya dengan persoalan hadits-hadits kependidikan sebagai objek penelitian, beberapa upaya dapat diarahkan melakukan hal tersebut. Misalnya ,sejauh ini belum banyak dilakukan penggalian intensif terhadap hadits-hadits dalam sembilan atau 15 kitab hadits , padahal kitab tersebut merupakan sumber yang kaya dalam studi hadits, bisa juga di angkat hal-hal yang bersifat perbandingan dari kitab-kitab itu dalam menguak nuansa pendidikan dalam kitab hadits.Seseorang bisa mencermati muatan hadits-hadits kependidikan dalam kitab-kitab hadits induk sembilan atau kitab yang 15, ia juga bisa melanjutkan mengkaji kitab-kitab hadits nukilan, seperti Riyadl al-Shalihin, dan lain-lain.[2]
          Dibawah ini adalah hadits tentang “motivasi mencari ilmu” dari sekian banyak hadits yang bermuatan pendidikan ,yang terdapat dalam kitab hadits induk :
حدثنا محمود بن غيلان حدثنا أبو أسامة  عن الأعمش عن أبي صالح عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا الى الجنة[3]
                Mudah-mudahan tulisan pada makalah ini dapat menjawab bagaimana proses menemukan data hadits yang bernuansa pendidikan dalam kitab-kitab hadits induk , kajiannya difokuskan dalam kitab hadits induk yang enam (kutub al-sittah) berikut kitab syarahnya.
B.Rumusan Masalah
                        Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalahnya sebagai berikut :
A.Pengertian Hadits Pendidikan
B.Sekilas Tentang Kitab-Kitab Hadits Induk Dan Syarah
C.Proses Menemukan Data Hadits Pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Hadits Pendidikan
            Di dunia pendidikan, hadits didudukkan sebagai sumber nilai penting yang melandasi tujuan pendidikan Islam. Kenyataan itu tegas dan berlaku hingga sekarang, namun penerapan hadits yang sudah dijadikan sumber nilai itu ,kadang masih disalah pahami. Hal itu misalnya tradisi suka mengutip hadits maudlu’ oleh dosen, kutipan hadits yang tidak searah dengan maksud paragraph, uraian yang dogmatis tidak empirik.Namun,kalau  persoalan diatas di tatap dengan kepala dingin dan dikembalikan kesejumlah rujukan standart hadits, jawabannya akan positif. Ini dapat di masukan  dikhazanah kontemporer.[4]
            Ketika berbicara tentang pendidikan dalam Islam maka pendidikan dikenal dengan istilah rabba, ‘allama dan addaba, pengertiannya sebagai berikut :
a.Kata kerja rabba yang masdarnya tarbiyyatan memilki beberapa arti ,antara lain mengasuh, mendidik dan pemelihara.Disamping kata rabba ada kata-kata yang serumpun dengannya yaitu rabba yang berarti memiliki, memperbaiki, menambah, rabba juga berarti tumbuh dan berkembang.
b.Kata kerja ‘allama yang masdarnya ta’liman berarti mengajar yang lebih bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan.
c.Kata kerja addaba yang masdarnya ta’diban dapat diartikan mendidik yang secara sempit mendidik budi pekerti dan secara luas meningkatkan peradaban.[5]
            Dalam pembahasan ini tidak ingin diperdebatkan karena sesungguhnya ketiga istilah tersebut (tarbiyah, ta’lim dan ta’dib) merupakan satu kesatuan yang saling terkait .Artinya bila pendidikan dinisbatkan pada ta’dib ia harus melalui pengajaran (ta’lim),sehingga dengannya dapat diperoleh ilmu. Agar ilmu dapat di pahami ,hayati dan selanjutnya diamalkan oleh peserta didik perlu bimbingan (tarbiyah).[6]
Ada tiga unsur utama yang harus terdapat dalam pendidikan ,yaitu :
a.Pendidik (orang tua,guru/ustadz/dosen/ulama/pembimbing)
b.Peserta didik (anak/santri/mahasiswa/mustami’)
c.Ilmu /pesan yang disampaikan (nasehat /materi/ pelajaran/ kuliah/ ceramah/ bimbingan)[7]
Bertolak dari pemaparan pendidikan di atas maka, menurut hemat penulis, apabila dikatakan hadits pendidikan ,pengertiannya adalah hadits-hadits yang mengandung arti pendidikan,baik berupa  pengajaran, bimbingan ,penyampaian, ilmu pengetahuan dan yang terkait dengannya. Selanjutnya  pada makalah proses menemukan data hadits pendidikan  yang kami sajikan ini, fokus pembahasannya adalah  hadits yang  menunjukan tentang  pendidikan, seperti tiga unsur utama  yang ada dalam proses pendidikan Islam di Negara kita.
B.Sekilas Tentang Kitab-Kitab Hadits Induk Dan Syarah
             Kalau al-Qur’an sudah dibukukan dalam sebuah kitab, maka hadits juga sudah dibukukan dalam kitab atau kitab-kitab hadits dalam masa yang tidak satu paket dengan pembukuan al-Qur’an. Hanya saja, yang terakhir ini terbukukan didalam versi kitab. Ada yang bervariasi induk atau standart karena muatan sanad dan matn-nya telah melalui tahap seleksi  oleh penulis kitab hadits (yang kemudian menjadi kitab hadits yang baku) sebelum di jadikan data dan informasi atau fakta suatu kitab hadits (takhrij) oleh penulisnya sehingga nanti  dapat di harap menjadi hujah yang menyangga nilai-nilai bagi kehidupan.
Ada pula yang berversi nukilan karena muatannya berisi nukilan hadits yang diambil dari kitab-kitab hadits yang telah di takhrij oleh penyusun sebelumnya menjadi fakta yang di muat dalam kitab nukilan haditsnya. Kitab-kitab hadits induk atau standar itu dalam perjalanan sejarahnya terbagi dalam tiga kategori, yaitu kitab induk yang lima(al-Kutub al-khamsah), Kitab Induk yang enam (al-Kutub al-Sittah), dan Kitab Induk yang tujuh (al-Kutub al-Sab’ah).[8]
             Kitab-kitab yang enam(al-Kutub al-Sittah)yang tergolong standar atau tempat merujuk kitab-kitab yang datang sesudahnya adalah sebagai berikut :
1.Al-Jami’ al-Shahih susunan Al-Bukhari (194-256 H)
2.Al-Jami’ al-Shahih susunan Muslim (204-261 H)
3.Sunan Abu Daud (202-275 H)
4.Sunan al-Turmudzi (209-279 H)
5.Sunan al-Nasa’i (215-303  H)
6.Sunan Ibn Majah (209-273 H).[9]
            Kitab-kitab hadits peringkat pertama sampai dengan kelima disepakati, sedang kitab yang berperingkat keenam tidak disepakati.[10] Penetapan status standar dan peringkat untuk kitab-kitab hadits di atas didasarkan pada kualifikasi umum.Maksudnya ,secara umum hadits-hadits yang termuat dalam Shahih al-Bukhari, misalnya memiliki kualitas kesahihan yang lebih tinggi dari pada hadits-hadits yang termuat di Shahih Muslim, demikian pula hadits-hadits yang termuat dalam Shahih Muslim pada umumnya kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang termuat dalam Sunan Abi Daud.
            Jadi penetapan status standar dan peringkat itu tidak dimaksudkan sebagai pengakuan atau penilaian untuk setiap hadits yang termuat dalam kitab yang bersangkutan .Tegasnya, tidaklah setiap hadits yang termuat dalam Sunan Abi Daud, misalnya selalu lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan hadits yang termuat dalam Shahih Muslim ataupun Shahih al-Bukhari.[11]
            Sedangkan Syarah dalam bahasa Arab diambil dari kata kerja syaraha ,yasyrahu yang masdarnya adalah syarhan artinya menjelaskan, menafsirkan,membuka.[12] Kalau kajian kamus hadits adalah membahas kaitan kitab kamus dengan usaha menemukan lafadz matn hadits dalam suatu kitab hadits, maka kajian syarah hadits membahas kaitan suatu kitab dengan kitab lain yang bersifat menjelaskan suatu hadits yang tengah dibicarakan, Jelasnya kitab syarah hadits itu adalah kitab yang memberi keterangan ,ulasan atau penjelasan tentang hadits dari suatu kitab tertentu, dan didalamnya memiliki informasi yang lebih lengkap tentang hadits : sanad,matn, mukharrij, penjelasannya , asbab al-wurudnya (jika memiliki asbab al-wurud), perbandingan dengan hadits lain dan semisalnya.[13] Selanjutnya pembahasan dalam makalah ini difokuskan pada kitab hadits induk yang enam diatas dan kitab syarahnya.
C.Proses Menemukan Data Hadits Pendidikan
             Kitab-kitab Shahih dan Sunan disusun dengan dasar membagi kitab-kitab itu kepada beberapa bab, umpamanya bab thaharah ,bab wudlu, bab sholat dan seterusnya, maka tiap-tiap hadits yang berpautan dengan thaharah dimasukkan ke dalam bab thaharah demikian selanjutnya.[14]Untuk menemukan data hadits yang menunjukan tentang pendidikan dalam kitab hadits induk yang enam dan syarahnya maka langkah yang dapat dilakukan adalah :
1.Mencari Pada Bab-Bab Atau Topik Tentang Ilmu (Bab al- ‘Ilmi).
            Menurut penulis, pada umumnya hadits-hadits yang menunjukan tentang pendidikan banyak dijumpai dalam kitab hadits pada bab-bab atau judul tentang ilmu. Dalam kitab Shahih Bukhari karya al-Imam Muhammad bin Isma’il al-Bukhari terdapat kitabul ‘ilmi setelah hadits-hadits tentang bad’ul wahyi (permulaan wahyu) dan kitab al-iman, demikian juga dalam Shahih Muslim, Sunan al-Turmudzi, Sunan Abi Daud, Sunan al-Nasa’i dan Sunan Ibn Majah, terdapat hadits tentang ilmu.
            Namun tidak menolak kemungkinan ,bahwa hadits-hadits yang menunjukan tentang pendidikan hanya terdapat pada bab-bab atau topik tentang ilmu, tetapi mungkin saja masih banyak hadits yang berkenaan dengan pendidikan yang diletakkan pada bab-bab atau topik yang lain.[15]    
2.Mengetahui Versi Kitab Hadits Berikut Syarahnya
Setelah menemukan data hadits yang berkenaan dengan pendidikan dalam kitab hadits induk,maka langkah berikutnya perlu didahului pegetahuan tentang nama  syarah suatu kitab tersebut, berikut ini adalah pengklasifikasinya :
a.Syarah Kitab Shahih Bukhari
-al-Kawakib al-Durari, oleh al-Kirmani (775 H).
-Syawahid al-Taudlih,oleh ‘Umar bin ‘Ali (804 H).
-‘Umdat al-Qori,oleh Muhammad bin Ahmad al-Aini (815 H).
-Fath al-Bari,oleh Ibnu Hajar al-Asqalani (852 H).
-Irsyad al-Sari, oleh Muhammad al-Qasthalani (923 H).
b.Syarah Kitab Shahih Muslim
-Shahih Muslim ‘Ala Syarh al-Nawawi, oleh Muhyiddin al-Nawawi.
-al-Minhaj, oleh al-Nawawi (676 H).
-al-Ikmal,oleh Qadhi ‘Iyadh.
-Ikmal al-Ikmal, oleh Az-Zawawi (743 H).
-Ikmal al-I’mal al-Mubin oleh Abu Abdillah Muhammad Khalaf  al-Abi al-Maliki   (827 H).
c.Syarah Kitab Sunan Abi Daud
-‘Awn al-Ma’bud, oleh Syamsul-Haq al-‘Adhim al-Abadi.
-Syarh Zawaid Abu Dawud,oleh Ibn al-Mulaqqin (804 H).
d.Syarh Kitab Sunan al-Turmudzi
-Tuhfat al-Akhawadzi bi Syarh Jami’ al-Turmudzi, oleh Imam Muhammad ‘Abdurrohim al-Barakafuri.
-Syarh Zawahid Jam’ al-Turmudzi, oleh Ibn Mulaqqin (804 H).
-al-Quthb al-Mughtadi, oleh as-Suyuthi (911 H).
-‘Aridhat al-Ahwadzi fi Syarh al-Turmudzi, oleh Ibn al-‘Arabi (596 H).
e.Syarah Kitab Sunan al-Nasa’i
-Syarh (Ta’liq),oleh as-Suyuthi (911 H).
-Syarh (Ta’liq),oleh al-Sindi.
f.Syarah Kitab Sunan Ibn Majah
-al-Dibajat, oleh Kamaluddin al-Damiri (808 H).
-al-Mishbah al-Zujajah,oleh as-Suyuthi (911 H).
-Syarh Zawaid Sunan Ibn Majah, oleh Ibn al-Mulaqqin 804 H).[16]
3.Mengetahui Letak Teks Hadits Versi Kitab Induk Dan Kitab Syarahnya
            Pengkajian Islam dengan benar memerlukan bantuan kitab-kitab bantu untuk memudahkan pencarian bahan dari sumber ajaran yang ingin ditemukan dan sekaligus memperoleh pemahaman luas dan lebih lengkap tentang kajian yang ditelusuri. Alat bantu dalam kajian Islam untuk memperoleh subtansi sumber ajaran itu diantaranya ,dapat berupa kitab al-Mu’jam , untuk menemukan hadits yang akan di cari dalam versi tertentu dapat pula berupa kitab syarah hadits untuk menemukan informasi tentang hadits secara lebih luas dan lebih lengkap.[17]
            Menurut penulis ,setelah mengetahui versi kitab hadits induk berikut nama kitab  syarahnya,maka pencarian dilanjutkan pada tempat atau letak teks  hadits versi kitab induk dengan menyesuaikan dalam kitab syarahnya, (saya ambil contoh ketika sudah menemukan hadits yang menunjukan tentang pendidikan ada pada bab-bab atau topik ilmu, maka carilah pada kitab syarahnya sesuai dengan bab-bab atau topik yang berkaitan).Dengan demikian pemahaman secara relatif mendalam dan lebih luas tentang hadits yang berkaitan akan didapatkan, sebagaimana fungsi kitab syarah hadits adalah memberi keterangan, ulasan dan informasi yang lebih lengkap dari hadits yang dimaksud.
            Akhirnya para pencari hadits pendidikan di tuntut kejeliannya dan ketekunannya. Tentu saja dengan pemahaman yang benar dan pengetahuan yang mumpuni akan membawa kemudahan dalam memahami suatu hadits tertentu, sehingga kekeliruan yang banyak di akibatkan kekurang jelian dapat dihindari.
4.Contoh Hadits Tentang Pendidikan Dalam Kitab Hadits Induk Dan Syarahnya
A. Hadits Tentang Pentingnya Ilmu (pendidikan) Dalam Kitab Shahih Bukhari[18]
حدثنا سعيد بن عفير قال حدثنا ابن وهب عن يونس عن ابن شهاب قال قال حميد بن عبد الرحمن سمعت معاوية   خطيبا يقول: سمعت النبي صلى الله عليه و سلم يقول ( من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين وإنما أنا قاسم والله يعطي ولن تزال هذه الأمة قائمة على أمر الله لا يضرهم من خالفهم حتى يأتي أمر الله )                                         

Menceritakan pada kami Sa’id bin Ufair berkata, menceritakan pada kami Ibn Wahb dari Yunus dari Ibn Syihab berkata, Humaid bin Abdurrahman berkata, “Saya mendengar Muawiyah berkhutbah, “Saya mendengar Rosululloh bersabda, “Jika Alloh menghendaki kebaikan kepada seseorang,maka Dia akan menjadikannya sebagai ahli agama. Saya hanya membagi-bagikan, sedangkan yang memberi adalah Alloh. Sebagian dari umat ini akan tetap berpegang teguh pada agama Alloh, tidak ada yang dapat mempengaruhinya sampai hari kiamat nanti.”

Perawi Dan Kebersambungan Sanad.

النبي صلى الله عليه و سلم

معاوية

حميد بن عبد الرحمن

ابن شهاب

يونس

ابن وهب


سعيد بن عفير

البخارى


Kandungan Makna Hadits

-                      Keutamaan mendalami agama.
-                      Pada hakikatnya yang memberi segala sesuatu adalah Alloh.
-                      Akan selalu ada sebagian orang yang tetap berpegang teguh kepada kebenaran
            (agama Islam)
  
Keterangan Makna Hadits Dalam Kitab Syarah Shahih Bukhari[19]

وهذا الحديث مشتمل على ثلاثة أحكام أحدها فضل التفقه في الدين وثانيها أن المعطي في الحقيقة هو الله وثالثها أن بعض هذه الأمة يبقى على الحق أبدا فالأول لائق بأبواب العلم والثاني لائق بقسم الصدقات ولهذا أورده مسلم في الزكاة والمؤلف في الخمس والثالث لائق بذكر أشراط الساعة وقد أورده المؤلف في الاعتصام لالتفاته إلى مسألة عدم خلو الزمان عن مجتهد وسيأتي بسط القول فيه هناك وأن المراد بأمر الله هنا الريح التي تقبض روح كل من في قلبه شيء من الإيمان ويبقى شرار الناس فعليهم تقوم الساعة وقد تتعلق الأحاديث الثلاثة بأبواب العلم بل بترجمة هذا الباب خاصة من جهة اثبات الخير لمن تفقه في دين الله وأن ذلك لا يكون بالاكتساب فقط بل لمن يفتح الله عليه به وأن من يفتح الله عليه بذلك لا يزال جنسه موجودا حتى يأتي أمر الله وقد جزم البخاري بأن المراد بهم أهل العلم     بالآثار وقال أحمد بن حنبل إن لم يكونوا أهل الحديث فلا أدري من هم وقال القاضي عياض أراد أحمد أهل السنة ومن يعتقد مذهب أهل الحديث وقال النووي يحتمل أن تكون هذه الطائفة فرقة من أنواع المؤمنين ممن يقيم أمر الله تعالى من مجاهد وفقيه ومحدث وزاهد وآمر بالمعروف وغير ذلك من أنواع الخير ولا يلزم اجتماعهم في مكان واحد بل يجوز أن يكونوا متفرقين قلت وسيأتي بسط ذلك في كتاب الاعتصام إن شاء الله تعالى قوله يفقهه أي يفهمه كما تقدم وهي ساكنة الهاء لأنها  جواب الشرط  يقال فقه بالضم إذا  صار  الفقه له سجية                                                                                                                      

            Hadits tersebut mengandung tiga hukum, pertama  keutamaan mendalami agama,
kedua, pada hakikatnya yang memberi segala sesuatu adalah Alloh,ketiga , akan selalu ada sebagian orang yang tetap berpegang teguh kepada kebenaran (agama Islam). Pelajaran pertama adalah berkaitan dengan bab Ilmu dan pelajaran ke dua berkaitan dengan permasalahan shadaqat (sedekah), oleh karena itu Imam Muslim meriwayatkan hadits tersebut dalam bab zakat yaitu bab Khumus (seperlima rampasan perang).Sedangkan pelajaran ketiga berkaitan dengan tanda-tanda hari kiamat, maka Imam Bukhari meletakkannya dalam bab I’tishom (berperang teguh pada agama), karena hal itu mengisyaratkan bahwa seorang mujtahid akan tetap ada sepanjang masa. Adapun yang dimaksud dengan أمر الله disini adalah angin yang mencabut jiwa setiap orang yang beriman dan membiarkan orang-orang jahat tetap hidup, sehingga mereka akan menyaksikan dahsyatnya hari kiamat.
          Ketiga hadits di atas sangat berkaitan dengan bab Ilmu ,karena hadits tersebut menjelaskan bahwa orang yang mendalami agama Alloh akan selalu mendapatkan kebaikan, dan hal ini tidak hanya dapat di capai oleh manusia dengan usaha saja, tetapi dapat di capai juga oleh orang yang hatinya telah di bukakan oleh Alloh, dan orang semacam ini akan tetap ada sampai hari kiamat nanti. Imam Bukhari berpendapat, bahwa orang-orang tersebut adalah para ulama hadits. Ahmad bin Hambal berkata :”jika bukan ulama hadits, maka saya tidak tahu siapa selain mereka.”
            Al-Qodli Iyadh berkata, “Yang dimaksud oleh Imam Ahmad adalah Ahli Sunnah wal Jama’ah dan orang-orang yang mengikuti jejak ulama hadits. Dalam hal ini , Imam Ahmad berpendapat bahwa kelompok tersebut adalah kelompok kaum mukminin yang terdiri dari orang-orang yang menjalankan perintah Alloh seperti para mujahid (orang-orang yang berjihad), ahli fiqh, ahli hadits,orang yang zuhud, orang yang melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan kebaikan-kebaikan lainnya.”
            Maksud يفقهه adalah , Alloh akan menjadikannya sebagai orang yang memahami agama seperti yang telah di jelaskan. Penggunaan kata خيرا (kebaikan) menggunakan bentuk nakiroh yang menunjukan arti yang lebih umum, yaitu mencakup kebaikan yang sedikit maupun yang banyak. Dari hadits ini dapat dipahami secara implisit, bahwa orang yang tidak mendalami agama atau tidak mempelajari dasar-dasar dan masalah-masalah furu’iyyah (cabang) dalam Islam, maka ia tidak akan mendapatkan kebaikan.[20]

B.Hadits Tentang Menyampaikan Ilmu Dalam Kitab Sunan Abi Daud[21]

٣٦٤٣_حدثنا مسدد أخبرنا يحيى عن شعبة حدثنى عمر بن سليمان من ولد عمر بن الخطاب عن عبد الرحمن بن ابان عن أبيه عن زيد بن ثابت قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول:نضر الله امرأ سمع منا حديثا فحفضه حتى يبلغه فرب حامل فقه الى من هو افقه منه ورب حامل فقه ليس بفقيه

              3643- Menceritakan pada kami Musaddad, menghabarkan pada kami Yahya dari Syu’bah menceritakan pada saya Umar bin Sulaiman dari putranya Umar bin Khattab dari Abdurrahman bin Abana dari Bapaknya dari Zaid bin Tsabit berkata,”Saya mendengar Rasululloh SAW, bersabda :”Alloh akan memberi kebaikan kepada orang yang mendengar hadits dari kami, maka menjaganya sampai menyampaikannya kepada orang lain, sebab banyak orang yang membawa (menyampaikan)ilmu kepada orang yang lebih mengerti, dan banyak orang yang membawa ilmu (sebenarnya) ia bukanlah orang yang benar-benar mengerti”.

Perawi Dan Kebersambungan Sanad


رسول الله صلى الله عليه وسلم

زيد بن ثابت

أبيه

عبد الرحمن بن ابان

ولد عمر بن الخطاب

عمر بن سليمان

شعبة

يحيى

مسدد

ابو داود

Kandungan Makna Hadits

-            Keutamaan menyampaikan ilmu.
-            Alloh memberikan kebaikan kepada orang yang menyampaikan.
-            Banyak orang yang menyampaikan ilmu tapi sebenarnya dia tidak mengerti
       Ilmu
                                                                                                                 
Keterangan Makna Hadits Dalam Kitab Syarah Sunan Abi Daud[22]

(نضر الله)   قال الخطابى : معناه الدعاء له بالنضاره وهى  النعمة والبهجة  يقال نضرالله  ونضره بالتحفيف والتثقيل واجود هما التحفيف انتهى                                                                                                                                                 
قال فى النهاية :نضره ونضره وانضره اى نعمه ويروى بالتحفيف والتشديدد من النضاره وهى الأصل حسن الوجه والبريق وانما اراد حسن خلقه وقدره انتهى                                                                                                                                  
قال  السيوطى : قال ابو عبد الله  محمد بن احمد بن جابر اى البسه الله نضرة وحسنا  وخلوص لون وزينة وجمالا او اوصله الله     لنضرة الجنة نعيما ونضارة                                                                                                                                 
قال المنذرى :والحديث أخرجه الترمذى والنسائى وقال الترمذى حديث حسن واخرحه ابن ماجه                                            
من حديث عباد الأنصارى من زيد بن ثابت                                                                                                              
(فرب) قال العينى رب للتقليل لكنه كثر فى الاستعمال للتكثير بحيث غلب حتى صارت كأنها حقيقة فيه (حامل فقيه) اى علم قد يكون فقيها ولا يكون افقه فيحفظه ويبلغه (الى من هو افقه منه) فيستنبط منه مالايفهمه الحامل (حامل فقه) اى علم (ليس بفقيه) لكن يحصل له الثواب لنفعه بالنقل.                                                                                                                              
                                       
C.Hadits Tentang Mu’allim (guru)  Dalam Kitab Sunan Ibn Majah[23]

 حَدَّثنَا بشر بْن هَلْال الصواف. حَدَّثنَا داود بْن الزبرقان، عَن بَكْر بْن خنيس، عَن عَبْد الرَّحْمَنبْن زياد، عَن عَبْد اللّه بْن يزيد، عَن عَبْد اللّه بْن عمرو.
- قَالَ: خرج رَسُول اللّه صَلى اللّه عَلَيْهِ وَسَلَّمْ ذات يَوْم من بعض حجره. فدخل المسجد. فإِذَا هُوَ بحلقتين. إحداهما يقرأون الْقُرْآن      ويدعون اللّه، والأخرى يتعلمون ويعلمون. فقَالَ الْنَّبِيّ صَلى اللّه عَلَيْهِ وَسَلَّمْ: ((كُلّ عَلَى خير. هؤلاء يقرأون الْقُرْآن ويدعون اللّه،     فإن شاء أعطاهم وإن شاء منعهم. وهؤلاء يتعلمون ويعلمون. وإنما بعثت معلما)) فجلس معهم.                                          
        
            229- Menceritakan kepada kami Bisyr bin Hilal As-Showwaf ,menceritakan kepada kami Dawud bin Az-Zabriqan, dari Bakr bin Khunais, dari Abdur-Rahman bin Ziyad, dari Abdulloh bin Yazid, dia bekata : Rasululloh SAW, keluar pada suatu hari, dari salah satu kamarnya kemudian masuk masjid,maka tiba-tiba terdapat dua kelompok pengajian, yang satunya mereka membaca Al-Qur’an dan berdoa kepada Alloh dan yang lainnya mereka belajar dan mengajarkan Al-Qur’an.
Maka Nabi Muhammad SAW bersabda : “Setiap mereka adalah kebajikan,mereka ini membaca Al-Qur’an dan berdoa kepada Alloh,maka jika menghendaki, Alloh akan memberikan mereka, dan bila menghendaki Alloh tidak memberikan mereka,sedangkan mereka ini adalah belajar dan mengajarkan Al-Qur’an.Dan hanya saja aku di utus sebagai orang yang mengajarkan”
Kemudian beliau duduk bersama mereka.

Perawi Dan Kebersambungan Sanad

رَسُول اللّه صَلى اللّه عَلَيْهِ وَسَلَّم

عَبْد اللّه بْن عمرو

عَبْد اللّه بْن يزيد

عَبْد الرَّحْمَن بن زياد

بَكْر بْن خنيس

داود بْن الزبرقان

بشر بْن هَلْال الصواف

ابن ماجه

Kandungan Makna Hadits
-            Keutamaan mendalami Al-Qu’an.
-            Pada hakikatnya yang memberi segala sesuatu adalah Alloh.
-            Rasululloh SAW di utus diantaranya sebagai mu’allim

Keterangan Hadits Dalam Syarah Kitab Sunan Ibnu Majah[24]

(بحلقين) الحلقة بفتح فسكون هو المشهور وقد جوز كسر اللام وفتحها وانكر بعضهم الفتح وقال اخرون هو لغة ضعيفة  قوله (فإن شاءاعطاهم) اى مطلوبهم إذ لا وجوب عليه تعالى لكن  هذا فيما بعد تنبيه على ان اعطاء اولئك مطلوبهم كالمتحققين ففيه اشارة الى لون بعيد بينهما وقد اخرج بعضهم حديث من يرد الله به خيرا على هذا المعنى فقال لايدرى احد أنه اريد له الخير فى الدنيا الا الفقهاء وكان مبنى على أن المراد من يرد الله خيرا يفقهه لاغيره بناء على اعتبار مفهوم الشرط لكن هذا المعنى بعيد وهذا الإطلاق لا ينبغى شرعا فليتأمل وفي قوله انما بعثت معلما اشار بأنهم منه وهو منهم ومن ثمة جلس فيهم وفى الزوائد     ضعيف داوود وبكر وعبد الرحمن ضعفاءكلهم                                                                                                      
                                           

BAB III
KESIMPULAN

Hadits pendidikan ,pengertiannya adalah hadits-hadits yang mengandung arti pendidikan,baik berupa pengajaran, bimbingan ,penyampaian,ilmu pengetahuan danyang terkait dengannya.
Dinamakan kitab hadits induk (standar) karena muatan sanad dan matn-nya telah melalui tahap seleksi  oleh penulis kitab hadits (yang kemudian menjadi kitab hadits yang baku)
kitab syarah hadits  adalah kitab yang memberi keterangan ,ulasan atau penjelasan tentang hadits dari suatu kitab tertentu, dan didalamnya memiliki informasi yang lebih lengkap tentang hadits : sanad,matn, mukharrij, penjelasannya , asbab al-wurudnya (jika memiliki asbab al-wurud), perbandingan dengan hadits lain dan semisalnya.
Langkah yang dapat dilakukan untuk menemukan data hadits pendidikan dalam kitab hadits induk dan syarahnya adalah :
1.Mencari pada bab-bab atau topik tentang ‘ilmu (bab al- ‘ilmi), karena pada umumnya hadits-hadits yang menunjukan tentang pendidikan banyak dijumpai dalam kitab hadits pada bab-bab atau judul tentang ilmu.
2.Mengetahui versi kitab hadits berikut syarahnya.
3.Mengetahui letak teks hadits versi kitab induk dan kitab syarahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy, Teungku  Muhammad Hasbi, Ilmu Hadits Sejarah dan  Pengantar, Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra,1999.
Achmadi,  Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Al-Bukhari , Abu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il, Shahih Bukhari, Semarang: Toha  Putera,[tth].
Al-Turmudzi, Abu ‘Isa Muhammad, Sunan al-Turmudzi, Beirut: Darul Fikri,1974 M/1394 H.
Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Fath al- Baari Syarh  Shahih Bukhari. Kairo:  Darul Hadits,
  2004 M/1424 H.
Al-Asqalani ,Ibnu Hajar, Fath al -Baari Syarh Shahih Bukhari.Penerjemah ,Gazirah
                Abdi Umamah, Jakarta: Pustaka Azam, 2008.
Al-Sijitsani, Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’as, Sunan Abi Dawud, Indonesia:  Maktabah Dakhlan, [tth].
Al-Abadi,Syamsul-Haq al-‘Adhim, Awn al-Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud, Beirut: Darul   Fikr, [tth].
Al-Sindi, Imam Abi Hasan al-Hanafi, Syarah Ibn Majah, Beirut: Darul Ma’rifah,   1996 M/1416 H.
Ismail, M. Syuhudi, Cara Praktis Mencari Hadits, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1991.
Idri. Studi Hadis, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Ibnu Majah, Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, Sunan ibn Majah, Kairo: Darul Hadits, [tth].
Muchtar, Heri Jauhari, Fikih Pendidikan, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005.
Munawir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Soebahar, M.Erfan, Aktualisasi Hadis Nabi Di Era Teknologi Informasi, Semarang:  Rasail Media Group,2010.
Solahudin, Agus,  Suyadi, Agus, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia,.2008.
Sahrani, Sohari, Ulumul Hadits, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Yaqub, Ali Mustafa, Kritik Hadis, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011.


             [1]Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, Pustaka Setia, Bandung,2008,hlm.199.
[2]M.Erfan Soebahar, Aktualisasi Hadis Nabi Di Era Teknologi Informasi,Rasail Media Group.Semarang,2010,hlm.56.
[3]Abu ‘Isa Muhammad al-Turmudzi, Sunan al-Tirmidzi, Darul Fikri,Beirut,1974 M/1394 H.
juz v,hlm.136.
[4]M.Erfan Soebahar,op.cit.,hlm.53.
[5]Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar,Yogyakarta,2008,hlm.25.
[6]Ibid.,hlm.26.
              [7]Heri Jauhari Muchtar. Fikih Pendidikan, PT.Remaja Rosdakarya,Bandung,2005,hlm.14.
[8]M.Erfan Soebahar, op.cit.,hlm.149-150.
[9]Sohari Sahrani,Ulumul Hadits, Ghalia Indonesia. Bogor,2010,hlm.69. Lihat juga Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy,Ilmu Hadits Sejarah dan Pengantar, PT.Pustaka Rizki  Putra,Semarang,1999, hlm.83. 
                [10]Sebagian ulama misalnya Abu Fadl Muhammad bin Tahir al-Maqdisi (wafat 507 H),menempatkan Sunan Ibnu Majah sebagai kitab hadits yang berstatus standar pada peringkat keenam. Sebagian ulama lainnya, misalnya Abu as-Sa’adat Ibnul Asir (wafat 1210 M) menyebut Kitab Muatta’ Malik sebagai peringkat keenam, sebagian ulama lagi misalnya, an-Nawawi (wafat 675 H = 1277 M) dan Ibnu Hajar al-Asqalani (wafat 852 H = 1449 M), menyebut Sunan ad-Darimi sebagai kitab hadits berstatus standar peringkat keenam. (Lihat M.Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadits, PT. Bulan Bintang, Jakarta,1991,hlm.10).
[11]Ibid.,hlm.11.
[12]Ahmad Warson Munawir,Kamus Al-Munawwir,Pustaka Progressif,Surabaya,1997.
[13]M.Erfan Soebahar, op.cit., hlm.164.
               [14]Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hlm.83.
                Penulis perlu menyampaikan bahwa ,penulisan kitab-kitab hadits ada berbagai macam tipe, misalnya saja tipe jami’ , secara bahasa jami’ berarti sesuatu yang mencakup mengumpulkan, dan menggabungkan. Menurut terminologi ahli hadits, jami’ adalah tipe penyusunan kitab-kitab hadits yang memuat hadits-hadits berbagai macam masalah keagamaan seperti akidah, hukum, perbudakan, tata cara makan dan minum, menbepergian dan tinggal dirumah, tafsir, sejarah, perilaku hidup,pekerti baik dan buruk dan sebagainya, dengan kata lain tipe jami’ ini mencakup segala aspek keagamaan tidak hanya mencakup terbatas pada bidang fiqih saja.(Lihat: Idri. Studi Hadis, Kencana Prenada Media Group,Jakarta,2010,hlm.120).
Sementara ,tipe sunan merupakan tipe penyusunan kitab hadits berdasar bab-bab fiqh, hanya memuat hadits-hadits marfu’ saja, agar kitab itu dijadikan sumber hukum bagi para fuqoha dalam mengambil kesimpulan hukum, atau tipe penyusunan kitab berdasar bab fiqh yang didalamnya tercampur antara hadits shahih, hasan dan dha’if dengan memberikan penjelasan tentang kualitas hadits yang bersangkutan.(Ibid, hlm.118)
                Tipe musnad disusun urut nama perawi pertama, perawi yang menerima dari rasul. Maka segala hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakr, umpamanya ,di letakkan di bawah nama Abu Bakr. Tegasnya nama perawi yang menjadi titel bab. Sehingga orang yang merujuk pada kitab Musnad ,dan ia akan mencari kitab yang berkaitan dengan bab shalat misalnya,  ia tidak akan  mendapatkan hasil apa-apa, sebab dalam kitab Musnad tidak akan ditemukan bab shalat ,bab zakat dan sebagainya. (Lihat Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy,loc.cit.  Lihat juga Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis, Pustaka Firdaus,Jakarta,2011, hlm.77).
[15]Hadits tentang Keutamaan ilmu pengetahuan (‘ilmu) terdapat pula dalam bab al- labni.yakni
Menceritakan pada kami Abdan mengkhabarkan pada kami Abdulloh mengkhabarkan pada kami Yunus dari Zuhri ,menceritakan kepadaku Hamzah bin Abdulloh bahwa Ibnu Umar berkata “Aku telah mendengar Rasululloh SAW bersabda :”Ketika aku sedang tidur,aku membawa segelas susu.Maka aku minum sehingga air memancur keluar dari kukuku,kemudian aku berikan pada Umar bin Khattab.Mereka bertanya bagaimana Engkau menafsirkan itu wahai Rasululloh ?beliau menjawab :”ilmu pengetahuan” (Lihat :Abu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari , Shahih Bukhari, Toha Putera,Semarang, [tth],juz.viiii. hlm.45)
[16]M.Erfan Soebahar, op.cit, hlm.165.
[17]Ibid.,hlm.168.
[18]Abu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari ,op.cit., hlm.27.
[19]Ibnu Hajar al-Asqalani , Fath al- Baari Syarh Shahih Bukhari. Darul Hadits, Kairo, 2004   M/1424 H. juz i,hlm.200.

[20]Ibnu Hajar al-Asqalani , Fath al -Baari Syarh Shahih Bukhari.Penerjemah, Gazirah Abdi Umamah,Pustaka Azam, Jakarta,2008,jilid 1,hlm.311.
[21]Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’as al-Sijitsani, Sunan Abi Daud, Maktabah Dakhlan Indonesia, [tth],juz iii,hlm.321.
[22]Syamsul-Haq al-‘Adhim al-Abadi, Awn al-Ma’bud  Syarh Sunan Abi Dawud, Darul Fikr,Beirut, [tth],juz x,hlm.94.
[23]Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid,al-Qazwini,Sunan ibn Majah,Darul Hadits, Kairo,[tth]
,juz i,hlm.81.
[24]Imam Abi Hasan al-Hanafi Al-Sindi,Syarah Ibn Majah, Darul Ma’rifah,Beirut,1996 M/1416 H.juz  i,hlm.150.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan