Isnin, 20 Mei 2013

Sisi Lain Sabilillah Dalam Bab Zaka

 Bismillah,

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ. التوبة: 60

Artinya :
Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan”. (QS. At-Taubah 60).

Dari ayat di atas,  bahwa pembagian zakat itu harus disalurkan kepada para mustahiq (orang yang berhak menerimanya) yang jumlahnya ada delapan golongan. Sedangkan golongan yang lain tidak berhak menerimanya.

Pengertian Sabilillah pada dasarnya adalah orang yang berperang di jalan Alloh, walaupun ia seorang yang kaya, dan tidak mendapat gaji.
Sabilillah diberikan zakat sesuai dengan kebutuhannya dan kebutuhan keluarganya, selama berangkat.

Namun jika tidak jadi berperang maka harus mengembalikan semua yang telah ia terima, demikian juga harus mengembalikan kelebihannya setelah berperang.
[I'anatut Thalibin juz 2 hal: 219]

Perbedaan pandangan tentang Sabilillah dalam zakat yang menjadi pro kontra di kalangan masyarakat,
Seperti dalam permasalahan mentasyarufkan zakat kepada masjid, madrasah, pondok pesantren, panti asuhan,guru ngaji atau (kyai), yayasan sosial atau keagamaan dan lainnya, Sebagaimana banyak terjadi di kalangan masyarakat kita.

Sabilillah dalam pengertian lain :
Imam Qostholani Assyafi'i berpendapat bahwa Ahli Sabilillah adalah mereka yang berperang yang bersuka rela dalam berjihad walaupun mereka itu kaya, karena untuk membantu mereka dalam berjihad.

Termasuk ahli sabilillah adalah  para pelajar atau santri yang mempelajari ilmu syara' , orang-orang yang mencari kebenaran, menuntut keadilan, menegakkan kejujuran, orang-orang yang ahli memberi nasehat, memberi bimbingan dan orang yang membela agama yang lurus,
sebagaimana di jelaskan  dalam kitab Jawahirul Bukhari hal. 173 ,

أَهْلُ سَبِيْلِ اللهِ الْغُزَاةُ الْمُتَطَوِّعُوْنَ بِالْجِهَادِ وَإِنْ كَانُوْا أَغْنِيَاءَ، إِعَانَةً عَلَى الْجِهَادِ. وَيَدْخُلُ فِيْ ذَلِكَ طَلَبَةُ الْعِلْمِ الشَّرْعِيِّ وَرُوَّادُ الْحَقِّ وَطُلاَّبُ الْعَدْلِ وَمُقِيْمُوا اْلإِنْصَافِ وَالْوَعْظِ وَاْلإِرْشَادِ وَنَاصِرُوا الدِّيْنِ الْحَنِيْفِ.


Imam Kasalani mentafsiri Sabililah yakni semua jalan ibadah, termasuk pula orang-orang yang berjuang dalam taat kepada Alloh, dan menegakan kebaikan dengan catatan apabila memang membutuhkan pembagian zakat, karena makna Sabilillah mencakup semua sektor kebaikan

Sebagian ulama hanafiyah mentafsiri Sabilillah yakni orang-orang yang mencari ilmu walaupun kaya,
Sebagaimana di jelaskan dalam Kitab fiqih Islam juz 2 hal 876,

   الفقه الإسلامى الجزء الثانى ص: 876
أتفق جماهير فقهاء المذاهب على أنه لا يجوز صرف الزكاة إلى غير من ذكر الله تعالى من بناء المساجد ونحو ذلك من القرب التى لم يذكرها الله تعالى مما لا تمليك فيه: لأن الله سبحانه وتعالى قال (إنما الصدقات للفقرء) وكلمة إنما للحصر والإثبات. ثبت المذكور وتنقضى ما عداه فلا يجوز صرف الزكاة إلى هذه الوجه: لأنه لم يوجد التمليك اصلا، لكن فسر الكسانى فى البدائع سبيل الله بجميع القرب فيدخل فيه كل من سعى فى طاعة الله وسبيل الخيرات إذا كان محتاجا لأن فى سبيل الله عام فى الملك اى يشمل عمارة المسجد ونحوها مما ذكر وفسر بعض الحنيفية "فى سبيل الله" بطلب العلم ولو كان الطلب عنيا.

Imam Al-Qofal menukil dari sebagian ahli fiqih, bahwa mereka memperbolehkan mentasarufkan sodaqoh (zakat) kepada segala sektor kebaikan, seperti  mengkafani mayat, membangun pertahanan, membangun masjid dan sebagainya, Karena kata-kata sabilillah (dalam Al-Qur'an) itu mencakup umum (semuanya)
Sebagaimana di jelaskan dalam Kitab Tafsir Munir juz 1 hal 244,

    تفسير المنير الجزء الأول ص: 244
(فى سبيل الله) ويجوز للغازى ان يأخذ من مال الزكاة وإن كان غنيا كما هو مذهب الشافعية ومالك واسحق وقال أبو حنيفة وصاحباه لا يعطى إلا إذا كان محتاجا ونقل القفال عن بعض الفقهاء أنهم اجازوا صرف الصدقات إلى جميع وجوه الخير من تكفين الموتى وبناء الحصون وعمارة المسجد لان قوله تعالى فى سبيل الله عام فى الكل

Imam Al-Qoffal biasa di sebut " Al-Qoffal Ash-Syash" atau lebih di kenal dengan gelar "Al-Qoffal Al-Kabir" [291-369].
Di kalangan Ash-Habus Syafi'i , Al-Qoffal setingkat dengan Al-Muzani,

Mereka itu termasuk Ash-Habul Wujuh, yakni para ulama yang punya otoritas menggali hukum sendiri dari dalil-dalil Nash, dengan menggunakan qoidah-qoidah yang di rumuskan oleh Asy-syafi'i.

Kembali ke pokok permasalahan ^_^
Nah.....!! dari pemaparan tersebut, tanpa mengeyampingkan pendapat-pendapat ulama lain, selain Imam Al-Qoffal, maka sebagaimana hasil-hasil keputusan  Bahtsul Masa'il yang banyak kita temui,

Yakni diantara pertanyaan yang menyangkut Sabilillah atau yang senada dengan itu...
Bagaimanakah hukum memberikan zakat kepada masjid, madrasah, pondok pesantren, panti asuhan, guru ngaji atau (kyai), yayasan sosial atau keagamaan dan lain-lain..?

Maka jawabannya adalah Menurut Jumhurul Fuqoha Madzhab(imam-imam madzhab) , memberikan zakat kepada selain ashnaf  delapan (yang disebutkan dalam Al-Qur'an) ,  itu tidak diperbolehkan

Akan tetapi ada pendapat imam Al-Qoffal menukil dari sebagian ahli fiqih, bahwasannya zakat boleh ditasarufkan kepada sektor-sektor kebaikan  atas nama sabilillah.

Dan ternyata pendapat Imam Al-Qoffal ini di kuatkan oleh fatwa Moh. Syaikh Ali al- Maliki dan pernah di fatwahkan oleh Imam Hasanain Makhluf dan ulama Mu'ashirin Mesir (selengkapnya  baca Hasil Bahtsul Masail PWNU Jatim 9 Oktober 2010 di PP.al Hikam Bangkalan)

Pengambilan ibarot :

Bughyatul Musytarsyidin hal 106

  بغية المسترشدين 106
(مسئلة) لا يستحق المسجد شيئا من الزكاة مطلقا لا يجزء صرفها إلا لحر المسلم ليست الزكاة كالوصية.

Tafsir Munir juz 1 hal 244,

.   تفسير المنير الجزء الأول ص:244
(فى سبيل الله) ويجوز للغازى ان يأخذ من مال الزكاة وإن كان غنيا كما هو مذهب الشافعية ومالك واسحق وقال أبو حنيفة وصاحباه لا يعطى إلا إذا كان محتاجا ونقل القفال عن بعض الفقهاء أنهم اجازوا صرف الصدقات إلى جميع وجوه الخير من تكفين الموتى وبناء الحصون وعمارة المسجد لان قوله تعالى فى سبيل الله عام فى الكل

Fiqih Islam juz 2 hal 876,

 الفقه الإسلامى الجزء الثانى ص: 876
 أتفق جماهير فقهاء المذاهب على أنه لا يجوز صرف الزكاة إلى غير من ذكر الله تعالى من بناء المساجد ونحو ذلك من القرب التى لم يذكرها الله تعالى مما لا تمليك فيه: لأن الله سبحانه وتعالى قال (إنما الصدقات للفقرء) وكلمة إنما للحصر والإثبات. ثبت المذكور وتنقضى ما عداه فلا يجوز صرف الزكاة إلى هذه الوجه: لأنه لم يوجد التمليك اصلا، لكن فسر الكسانى فى البدائع سبيل الله بجميع القرب فيدخل فيه كل من سعى فى طاعة الله وسبيل الخيرات إذا كان محتاجا لأن فى سبيل الله عام فى الملك اى يشمل عمارة المسجد ونحوها مما ذكر وفسر بعض الحنيفية "فى سبيل الله" بطلب العلم ولو كان الطلب عنيا.


ekhem ^_^......
[HASIL BAHTSUL MASA'IL PWNU JATIM 9 OKTOBER 2010 DI PP. AL-HIKAM BANGKALAN]

Deskripsi Masalah:

Beberapa tahun belakangan ini, kian terlihat bertambah kencang polemik dan perselisihan dikalangan warga NU dibeberapa daerah dalam hal penerapan golongan sabilillah dalam asnaf mustahiq zakat. Hal ini dipicu karena ketidakseragaman dasar mereka dari hasil keputusan hukum yang disosialisasikan oleh jam’iyah NU secara kelembagaan.

Sebagaimana diketahui dari penuturan ulama’ salaf (madzhab al-arba’ah) bahwa yang dimaksud “sabilillah” dalam asnaf mustahiq zakat adalah “ghuzzat” (para tentara perang sabil),

terkecuali wacana pendapat yang telah dinuqil oleh imam Qoffal dari sebagian ulama yang menyatakan bahwa kata sabilillah itu bisa bermakna luas mencakup seluruh jalur sektor kebaikan (wujuh/jihah khair).

Sejak awal berdiri, NU sudah mengambil langkah tegas dan antisipasi melalui keputusan no.5 dalam Muktamar NU pertama di Surabaya tanggal 21 oktober 1926, bahwa

“Tidak diperbolehkan mentasharufkan zakat untuk pendirian masjid, madrasah atau pondok-pondok dengan mengatasnamakan sabilillah dengan berdasar pada kutipan imam Qoffal, sebab pendapat yang dikutip imam Qoffal tersebut adalah dlo’if”. (lihat Ahkamul Fuqoha’: 1/09 – CV. Toha Putra Semarang 1960)

Namun, hasil keputusan masalah serupa diambil oleh PWNU jatim di era-era berikutnya ternyata berbicara lain. Dalam data hasil keputusan Bahtsul Masail PWNU yang dilaksanakan di PP. An-Nur Tegalrejo Nganjuk tahun 1981, di PPAI Ketapang Malang tahun 1987 dan di PP. Langitan Tuban tahun 1988,

semuanya menyimpulkan bahwa : “Hukumnya ada dua alternatif, yakni tidak boleh dengan merujuk keputusan Muktamar 1926 dimaksud. Dan yang kedua diperbolehkan dengan dasar mengikuti pendapat kutipan imam Qoffal dan fatwa Syekh Moh. Ali Al-Maliki dan ulama-ulama yang lain”. (lihat CD hasil keputusan Bahtsul Masail PWNU Jatim 1979-1994, 1996 dan 2002)

Pertanyaan:

Pendapat siapakah sebenarnya yang dikutip oleh Imam Qoffal tersebut? Dan seberapa mu’tabar pendapatnya dalam takaran madzhab?
(PCNU SIDOARJO)

Jawaban:

Belum diketahui secara pasti siapa yang dimaksud oleh Imam Qoffal tersebut, namun ada kemungkinan besar mengarah pada Imam Hasan dan Imam Anas bin Malik. Sedangkan pendapat tersebut menurut Jumhur ulama tidak mu'tabar.

Pendapat ini didukung oleh mufti Hadramaut karena pendapat tersebut di luar lingkup madzhab empat. Namun ada juga yang sependapat dengan pendapat kutipan Imam Qaffal, seperti Syeikh Hasanain Makhluf dan ulama mu'ashirin Mesir yang memfatwakan dan memilih pendapat tersebut.

Dasar Pengambilan Hukum:

Fatawi Syar'iyyah Wa Buhuts Islamiyah Hasanain Muhammad Makhluf hal : 255

فتاوى شرعية وبحوث إسلامية حسنين محمد مخلوف ص 255

(الجواب) إن من مصارف الزكاة الثمانية المذكورة فى قوله تعالى: {إنما الصدقات للفقراء} إلى آخر الآية إنفاقها {فى سبيل الله} وسبيل الله عام يشمل جميع وجوه الخير للمسلمين من تكفين الموتى وبناء الحصون وعمارة المساجد وتجهيز الغزاة فى سبيل الله، وما أشبه ذلك مما فيه مصلحة عامة للمسلمين كما درج عليه بعض الفقهاء واعتمده الإمام القفال من الشافعية ونقله عنه الرازى فى تفسيره وهو الذى نختاره للفتوى. وبناء عليه لا مانع من صرف زكاة النقدين والحبوب والماشية وكذا زكاة الفطر فى الأغراض المشار إليها فى السؤال لما فيها من المصلحة الظاهرة للمسلمين خصوصا فى هذه الديار. وأما جلود الأضاحى فلا وجه للتوقف فى صرفها فى هذه المشروعات التى تعود بالخير على المسلمين إذا تصدق بها المضحون فى ذلك، والله تعالى أعلم

Fatawa Al-Azhar Juz 1 Hal : 139

فتاوى الأزهر - (ج 1 /139)

جواز صرف الزكاة فى بناء المساجد اطلعنا على هذا السؤال ونفيد أنه يجوز صرف الزكاة لبناء المسجد ونحوه من وجوه البر التى ليس فيها تمليك أخذا برأى بعض فقهاء المسلمين الذى أجاز ذلك استدلالا بعموم قوله تعالى {وفى سبيل اله} من آية {إنما الصدقات للفقراء والمساكين} الآية وإن كان مذهب الأئمة الأربعة على غير ذلك وما ذكرناه مذكور فى تفسير هذه الآية للإمام فخر الدين الرازى ونص عبارته (واعلم أن ظاهر اللفظ فى قوله وفى سبيل اللّه لا يوجب القصر على كل الغزاة فلهذا المعنى نقل القفال فى تفسيره عن بعض الفقهاء أنهم أجازوا صرف الصدقات إلى جميع وجوه الخير من تكفين الموتى وبناء الحصون وعمارة المساجد لأن قوله وفى سبيل اللّه عام فى الكل) انتهت عبارة الفخر ولم يعقب رحمه اللّه على ذلك بشىء وقد جاء فى المغنى لابن قدامة بعد أن قال ولا يجوز صرف الزكاة إلى غير من ذكر اللّه تعالى من بناء المساجد والقناطر والجسور والطرق فهى صدقة ماضية والأول أصح لقوله سبحانه وتعالى إنما الصدقات للفقراء والمساكين وإنما للحصر والإثبات تثبت المذكور وتنفى ما عداه انتهى وظاهر أن أنسا والحسن يجيزان صرف الزكاة فى بناء المسجد لصرفها فى عمل الطرق والجسور وما قاله ابن قدامة فى الرد عليهما غير وجيه لأن ما أعطى فى الجسور والطرق مما أثبتته الآية لعموم قوله تعالى {وفى سبيل الله} وتناوله بكل وجه من وجوه البر كبناء مسجد وعمل جسر وطريق. ولذلك ارتضاه صاحب شرح كتاب الروض النضير إذ قال. وذهب من أجاز ذلك أى دفع الزكاة فى تكفين الموتى وبناء المسجد إلى الاستدلال بدخولهما فى صنف سبيل اللّه إذ هو أى سبيل اللّه طريق الخير على العموم وإن كثر استعماله فى فرد من مدلولاته وهو الجهاد لكثرة عروضه فى أول الإسلام كما فى نظائره ولكن لا إلى حد الحقيقة العرفية فهو باق على الوضع الأول فيدخل فيه جميع أنواع القرب على ما يقتضيه النظر فى المصالح العامة والخاصة إلا ما خصه الدليل وهو ظاهر عبارة البحر فى قوله قلنا ظاهر سبيل اللّه العموم إلا ما خصه الدليل انتهت عبارة الشرح المذكور. والخلاصة أن الذى يظهر لنا هو ما ذهب إليه بعض فقهاء المسلمين من جواز صرف الزكاة فى بناء المسجد ونحوه فإذا صرف المزكى الزكاة الواجبة عليه فى بناء المسجد سقط عنه الفرض وأثيب على ذلك واللّه أعلم

Fatawa Abu Bakar Hal : 70-76

فتاوى أبو بكر باغيثان 76- 70

سئل (س او الإنفاق عليها او اى شيئ من المرافق العامة والنافعة للمسلمين الى ان قال ......... (فاجاب بقوله ) الحمد لله وصلى الله على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه الجواب لايجوز صرف الزكاة فى شيئ مما ذكره السائل من بناء المساجد وعمارتها او بناء المدارس او الإنفاق عليها او غير ذلك من المشارع الخيرية الى ان قال ........ ولا رحمه الله ) هل تخرج شيئ من زكاة المال اى النقد فى المشارع الخيرية كبناء مساجد أوعمارتها او بناء مدار نعلم خلافا بين أهل العلم فى انه لايجوز دفع هذه الزكاة الى غير هذه الأصناف الا ماروى عن انس والحسن انهما قالا ما أعطيت فى الجسور والطرقات فهى صدقة ماضية الى ان قال ....... رايت عن السيد محمد رشيد رضا على قول الشرح المذكور لأن سبيل الله عند الإطلاق هو الغزو ما لفظه هذا غير صحيح بل سبيل الله هو الطريق الموصل الى مرضاته وجنته وهو الإسلام فى جملته وايات الإنفاق فى سبيل الله تشمل جميع أنواع النفقة المشروعة وماذا يقول فى ايات الصد والإضلال عن سبيل الله والهجرة فى سبيل الله بل لا يصح ان يفسر سبيل الله فى أيات القتال نفسها بالغزو وإنما يكون فى سبيل الله اذا اريد به ان نكون كلمة الله هى العليا ودينه المتبع فسبيل الله فى الأية يعم الغزو الشرعي وغيره من مصالح الإسلام بحسب لفظه العربى ويحتاج التخصيص الى دليل صحيح انتهى فلعل من قال بجواز دفع الزكاة الى من ذكر السائل من علماء الأزهر وغيرهم أخذ بقول السيد رشيد رضا هذا ولكن هذا مخالف لما قاله أهل المذاهب المعمول بها كما رأيته فيما نقلناه عن الشرح المذكور ثم كثر استعماله فى الجهاد لإنه سبب للشهادة الموصلة الى الله تعالى ثم وضع على هؤلاء لانهم جاهدوا لا فى مقابل فكانوا افضل من غيرهم وتفسير أحمد وغيره المخالف لما عليه أكثر العلماء له بالحجج لحديث فيه أجابوا عنه اى بعد تسليم صحته التى زعمها الحاكم


Wallahu A'lam.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan