Rabu, 29 Mei 2013

Meng-Qurbani dan Meng-Aqiqohi Orang Yang Sudah Meninggal

Bismillahirrahmanirrahim

Meng-Qurbani dan Meng-Aqiqohi Orang Yang Sudah Meninggal

Permasalahan ini banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat
kita, setujuh kah anda ?
kayaknya harus setuju dech...^_*

Qurban dan Aqiqoh adalah sunnah rosul dan merupakan ibadah yang sangat di anjurkan dalam Islam, dan keduanya mempunyai banyak persamaan baik dalam praktek serta pembagiannya,

Yang membedakan adalah niat, waktu, tujuan dan hikmahnya.
Qurban waktunya adalah Tanggal 10 sampai 13 Dzulhijah, yakni di mulai dari terbitnya matahari pada hari raya 'idul adlha (yaumunnahar) atau setelah melaksanakan sholat dua rokaat dan dua khutbah (sholat 'idul adlha) ,
Sampai tiga hari sesudahnya yakni waktunya berakhir pada saat tenggelamnya matahari di akhir hari tasyriq.

Apabila dilaksanakan keluar dari waktu tersebut maka :

- Bila Qurban sunnah maka statusnya bukan dinamakan Qurban , sehingga menyebabkan tidak mendapat pahala Qurban.

- Bila Qurban wajib, maka statusnya menjadi Qurban Qodlo, sehingga menyebabkan berkurangnya pahala, tidak seperti yang dilakukan pada waktunya.

Kemudian Hikmah Qurban ialah :

Penebus dirinya dari dosa-dosa yang di lakukan di dunia,bahkan kelak di hari kiamat, hewan yang di Qurbankan akan di rubah menjadi tunggangan atau kendaraan yang akan di naiki oleh orang yang berqurban.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW,

"Perbesarlah hewan Qurban kalian, karena akan menjadi tunggangan kalian di atas shirot (jembatan di Akhirat )"

Sedangkan waktu di sunnahkan Aqiqoh adalah sejak kelahiran, sampai anak menginjak baligh, dan yang paling utama dilaksanakan pada hari ke tujuh setelah kelahiran.

Dan apabila si anak sudah menginjak baligh dan belum di Aqiqohi maka kesunnahan Aqiqoh sudah menjadi tanggungan anak, karena ketika manusia menginjak baligh, maka seluruh ibadah akan dibebankan padanya , bukan pada orang lain.

Sebagaimana Firman Allah SWT,
"Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah di usahakannya ".
[Q.S. Al-Najm :39]

Selanjutnya hikmah Aqiqoh adalah :
Penyembelihan hewan sebagai penebus seorang anak, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :

" Seorang anak tergadaikan dengan tebusan Aqiqoh yang di sembelih untuknya di hari yang ke tujuh, di cukur rambut kepalanya dan di berikan nama "
[H.R. Atturmudzi]

Naaaah...
menurut Imam Ibnu Hanbal bahwa anak yang tidak di Aqiqohi oleh orang tuanya , padahal ia mampu, maka kelak di Akhirat tidak akan mampu memberikan syafaat atau pertolongan kepadanya.

Ini ada kabar gembira......
Kabar gembira bagi yang tidak mampu melaksanakan Qurban atau Aqiqoh,

Tapi diriku yaqin...dan yakin seyaqinnya bahwa anda pastilah orang yang mampu, benarkan..??

Dijelaskan dalam kitab Tausyih Ibnu Qosim hal 270 :
bahwa :

Di riwayatkan dari Ibnu Abbas R.A, sesunggunya berqurban itu di cukupkan dengan mengalirkan darah meskipun hanya berupa ayam atau angsa.

Syeikh Muhammad Al-Fadholi memerintahkan orang-orang faqir untuk taqlid kepada Ibnu Abbas,

Dan Aqiqoh itu bisa juga di samakan dengan masalah berqurban, dengan demikian bagi orang yang tidak mampu membeli kambing di persilahkan meng-Aqiqohi anaknya dengan menyembelih ayam jago, Dengan berpegang pada madzhabnya Ibnu Abbas, sebagaimana di katakan oleh Syeikh Muhammad Al-Fadloli.

Demikian juga keterangannya dapat di lihat di Kitab Al-Bajuri juz 2 hal 295.

Ini dia broow !!!!
Bagaimanakah Hukum Meng-Qurbani dan Meng-Aqiqohi orang yang sudah meninggal ??

Penjelasannya :
Di jelaskan dalam kitab Mughni al- Muhtaj juz 4 halaman 638 dan dalam kitab Majmu' Syarah Al-Muhaddzab juz 8 halaman 406, dan juga bisa di lihat dalam kitab Al-Idloh halaman 334, demikan juga dalam kitab fiqih lainnya,

Yang intinya , begini :
Sayyidina 'Ali Rodliyallohu 'Anhu berkata :

"Nabi Muhammad SAW, pernah memerintahkanku untuk melakukan Qurban untuknya dan aku melaksanakan Qurban untuknya.."
(Hadits ini di riwayatkan oleh Abu Dawud, Atturmudzi, Al-Baihaqi).

Dari hadits tersebut Ulama memberikan ulasannya :

Bahwa melaksanakan ibadah penyembelihan Qurban untuk orang lain itu di perbolehkan apabila, sekali lagi saya ulang "DI PERBOLEHKAN" apabila mendapat izin atau wasiyat darinya ,

Atau tidak ada wasiyat , namun Qurban tersebut adalah Qurban Nadzar,
Jadi........

Apabila tidak ada izin atau wasiyat maka tidak di perbolehkan,
Sedangkan menurut Imam Abul Hasan Al-Ubadi memutlakannya,
maksudnya adalah melaksanakan Qurban (meng-qurbani) untuk mayit di perbolehkan baik mendapat wasiyat atau tidak.

Beliau menyatakan bahwa Qurban adalah termasuk shodaqoh, dan shodaqoh atau mengirimkan pahala Qurban pada orang lain itu pastilah bermanfaat dan sampai padanya dan tidak harus mendapatkan izin atau wasiyat darinya.

Refrensi :

توشيح على ابن القاسم ص 273

والعقيقة عن المولود مستحبة وفسر المصنف العقيقة بقوله وهي الذبيحة عن المولود يوم سابعه أي يوم سابع ولادته بحسب يوم الولادة من السبع ولو مات المولود قبل الأسابع ولا تفوت بالتأخير بعده فإن أخرت للبلوغ سقط حكمها في حق العاق عن المولود أما هو فمخير في العاق عن نفسه والترك فإن أخرت أي الذبيحة للبلوغ سقط حكمها في حق العاق عن المولود أي فلا يخاطب بها بعده لانقطاع تعلقه بالمولود حينئذ للاستقلاله

أما هو أي المولود بعد بلوغه فمخير في العاق عن نفسه والترك فاما أن يعق عن نفسه أو يترك العقيقة لكن الأحسن أن يعق عن نفسه تداركا لما فات

توشيح على ابن القاسم ص 270

وعن ابن عباس يكفى اراقة الدم ولو من دجاج او اوز وكان الشيخ محمد الفضالي يأمر الفقير بتقليده ويقاس على الأضحية العقيقة فيجوز لمن لم يقدر على ثمن الشاة ان يعق ولده بالديكة على مذهب ابن عباس كما قاله الشيخ الفضالى.

مغني المحتاج ج 4 ص 638

( وَلَا ) تَضْحِيَةَ ( عَنْ مَيِّتٍ لَمْ يُوصِ بِهَا ) لقوله تعالى : { وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إلَّا مَا سَعَى } فَإِنْ أَوْصَى بِهَا جَازَ , فَفِي سُنَنِ أَبِي دَاوُد وَالْبَيْهَقِيِّ وَالْحَاكِمِ { أَنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ كَانَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ عَنْ نَفْسِهِ وَكَبْشَيْنِ عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَقَالَ : إنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَمَرَنِي أَنْ أُضَحِّيَ عَنْهُ , فَأَنَا أُضَحِّي عَنْهُ أَبَدًا } , لَكِنَّهُ مِنْ رِوَايَةِ شَرِيكٍ الْقَاضِي وَهُوَ ضَعِيفٌ . وَقَدَّمْنَا أَنَّهُ إذَا ضَحَّى عَنْ غَيْرِهِ يَجِبُ عَلَيْهِ التَّصَدُّقُ بِجَمِيعِهَا , وَقِيلَ تَصِحُّ التَّضْحِيَةُ عَنْ الْمَيِّتِ وَإِنْ لَمْ يُوصِ بِهَا ; لِأَنَّهَا ضَرْبٌ مِنْ الصَّدَقَةِ , وَهِيَ تَصِحُّ عَنْ الْمَيِّتِ وَتَنْفَعُهُ ,

الإيضاح ص 334

فرع لو ضحى عن غيره بغير إذنه أو عن ميت(2) لا يقع عنه إلا أن يكون قد أوصاه
الميت(3) ولا يقع عن المباشر لأنه لم ينوها عن نفسه إلا أن يكون جعلها منذورة.
(2) أي بلا وصية منه

أي لحديث علي رضي الله عنه ....الى ان قال : وأطلق أبو الحسن العبادي من الشافعية جواز تضحية عن الميت لأنها ضرب من الصدقة والصدقة تصح عن الميت وتنفعه وتصل اليه بالإجماع.

المجموع شرح المهذب ج 8 ص 406

(فرع) لو ضحى عن غيره بغير اذنه لم يقع عنه (وأما) التضحية عن الميت فقد أطلق أبو الحسن العبادي جوازها لانها ضرب من الصدقة والصدقة تصح عن الميت وتنفعه وتصل إليه بالاجماع وقال صاحب العدة والبغوي لا تصح التضحية عن الميت إلا ان يوصي بها وبه قطع الرافعي في المجرد والله أعلم ... الى ان قال : واحتج العبادي وغيره في التضحية عن الميت بحديث على بن أبي طالب رضى الله عنه أنه كان (يضحى بكبشين عن النبي صلى الله عليه وسلم وبكبشين عن نفسه وقال ان رسول الله صلى الله عليه وسلم أمرني أن أضحى عنه أبدا فأنا أضحى عنه أبدا) رواه أبو داود والترمذي والبيهقي قال البيهقي ان ثبت هذا كان فيه دلالة على صحة التضحية عن الميت والله أعلم
 

Wallahu A'lam.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan