BIDADARI
حورالعين
Dalam
sebuah khabar ,dari Nabi Muhammad Saw,
beliau bersabda:
“Allah
Swt menciptakan wajah bidadari dari empat warna, yaitu putih, hijau, kuning,
merah. Allah menciptakan tubuhnya dari za’faran, misik, anbar dan kafur.
Rambutnya dari sutra yang halus mulai dari jari-jari kakinya sampai ke lututnya
dari za’faran dan wewangian. Dari kedua lutut sampai dadanya dari misik. Dari dada
sampai lehernya dari anbar. Dan dari leher sampai kepalanya terbuat dari kafur.
Seandainya bidadari meludah sekali di dunia, maka jadilah (semua air dunia) ini misik. Didadanya tertulis nama suaminya dan nama-nama
Allah Swt.pada setiap tangan dari kedua tangannya terdapat sepuluh gelang dari
emas, sedangkan pada jari-jarinya terdapat sepuluh cincin, dan pada kedua
kakinya terdapat sepuluh binggal (gelang kaki) dari jauhar (permata) dan
mutiara”.
Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra,
beliau berkata :Sesungguhnya Nabi Saw bersabda:
“Sesungguhnya
di dalam surga terdapat bidadari-bidadari. Dikatakan kepadanya namanya “‘Aina”
ia diciptakan dari empat unsur, yaitu dari misik (kasturi), kafur, anbar dan
za’faran, diadoni tanahnya dengan air kehidupan. Seluruh bidadari-bidadri itu
sangat merindukan suami-suami mereka. Andaika bidadari-bidadari itu meludah
sekali saja pada lautan, maka jadi tawarlah lautan tersebut lantaran air ludahnya.
Dan tertulis pada tengkuk (leher sebelah bawah)nya:
“Barangsiapa
yang suka agar dirinya seperti aku, maka beramal dengan ketaatan kepada
Tuhannya.”
Diriwayatkan dari Ibn Mas’ud ra,
beliau berkata: Sesungguhnya Nabi Saw bersabda:
“Sesungguhnya
ketika Allah Swt menciptakan surga ‘Adn. Dia memanggil Malaikat Jibril seraya
berfirman kepadanya:
“Wahai
Jibril, berangkatlah engkau ke surga ‘Adn dan lihatlah apa yang telah aku
ciptakan untuk hamba-hamba-Ku dan wali-wali (kekasih)-Ku.”
Maka berangkatlah Jibril ke surga
‘Adn, dan mengelilingi surga tersebut. Maka salah seorang bidadari dari
penghuni istana surga yang masih perawan dan matanya bersinar memuliakannya,
lalu bidadari itu tersenyum pada Malaikat Jibril, maka jadi teranglah surga
‘Adn karena gigi-giginya. Lalu Malaikat Jibril bersujud, ia menyangka cahaya
itu berasal dari nur Tuhan Yang Mulia, maka bidadari itu memanggil Malaikat
Jibril,
“Wahai
makhluk yang dipercaya Allah, angkatlah kepalamu”.
Maka
ia mengangkat kepalanya seraya seraya memandang kepala bidadri itu lalu
mengucapkan :
“Maha
Suci Dzat yang telah menciptakan engkau.”
Lalu
bidadari itu berkata:
“Wahai
Makhluk yang dipercaya Allah, tahukan engkau untuk siapa aku diciptakan ?”
Malaikat
Jibril menjawab :
“Tidak
tau”
Kemudian
bidadari berkata:
“Sesungguhnya
aku ini diciptakan oleh Allah Swt untuk orang yang memilih ridha Allah Swt,
daripada mengumbar hawa nafsunya.”
Berdasarkan keterangan tersebut,
telah datang suatu khabar, sesungguhnya Nabi Muhammad bersabda :
“Telah
aku lihat di dalam surga, Malaikat-Malaikat yang sedang membangun istana-istana
yang bahan batu batanya dariperak dan emas, mereka terus membangun bangunan
itu. Ketika meraka berhenti membangun, aku bertanya:
“Kenapa
kalian berhenti membangun?”
Lalu
mereka menjawab:
“”Benar-benar
telah habis berbekalan kami.”
Aku
bertanya:
“Apa
perbekalan kalian semua ?”
Para
Malaikat menjawab:
“Berdzikir
kepada Allah Swt, karena sesungguhnya yang mempunyai istana-istana adalah
orang-orang yang berdzikir kepada Allah Swt, ketika orang itu berhenti
berdzikir kepada Allah, maka kami berhenti dari membangun istana.”
Allah
Swt Berfirman :
حُورٌ
مَّقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ
Bidadari-bidadari
cantik jelita, putih bersih yang dipingit di dalam rumah.(QS.Ar-rahman:72)
Dan setiap bidadari itu memakai 70
pakaian. Setiap seorang laiki-laki disediakan 70 ranjang yang terbuat dari
yaqut merah, pada setiap ranjang terdapat kasur dan setiap kasur terdapat
seorang bidadari. Setiap bidadari mempunyai pelayan 1000 pelayan, setiap pelayan
membawa piring-piring dari emas, lalu makanlah bidadari itu bersama
suaminya.semua ini diperuntukan bagi orang-orang yang berpuasa pada bulan
Ramadhan,selain amalan yang telah dilakukan pada bulan Ramadhan dari kebaikan.
Wallahu A’lam.
Imam
Abdurrahim bin Ahmad al-Qadhi, Daqaiq al-Akhbar, (Semarang:Toha
Putra,t.t),hlm.43.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan