Rabu, 5 Mac 2014

Sang Bidadari



BIDADARI
حورالعين
Dalam sebuah khabar ,dari Nabi  Muhammad Saw, beliau bersabda:
“Allah Swt menciptakan wajah bidadari dari empat warna, yaitu putih, hijau, kuning, merah. Allah menciptakan tubuhnya dari za’faran, misik, anbar dan kafur. Rambutnya dari sutra yang halus mulai dari jari-jari kakinya sampai ke lututnya dari za’faran dan wewangian. Dari kedua lutut sampai dadanya dari misik. Dari dada sampai lehernya dari anbar. Dan dari leher sampai kepalanya terbuat dari kafur. Seandainya bidadari meludah sekali di dunia, maka jadilah (semua air dunia) ini misik.  Didadanya tertulis nama suaminya dan nama-nama Allah Swt.pada setiap tangan dari kedua tangannya terdapat sepuluh gelang dari emas, sedangkan pada jari-jarinya terdapat sepuluh cincin, dan pada kedua kakinya terdapat sepuluh binggal (gelang kaki) dari jauhar (permata) dan mutiara”.
            Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra, beliau berkata :Sesungguhnya Nabi Saw bersabda:
“Sesungguhnya di dalam surga terdapat bidadari-bidadari. Dikatakan kepadanya namanya “‘Aina” ia diciptakan dari empat unsur, yaitu dari misik (kasturi), kafur, anbar dan za’faran, diadoni tanahnya dengan air kehidupan. Seluruh bidadari-bidadri itu sangat merindukan suami-suami mereka. Andaika bidadari-bidadari itu meludah sekali saja pada lautan, maka jadi tawarlah lautan tersebut lantaran air ludahnya. Dan tertulis pada tengkuk (leher sebelah bawah)nya:
Barangsiapa yang suka agar dirinya seperti aku, maka beramal dengan ketaatan kepada Tuhannya.”
            Diriwayatkan dari Ibn Mas’ud ra, beliau berkata: Sesungguhnya Nabi Saw bersabda:
“Sesungguhnya ketika Allah Swt menciptakan surga ‘Adn. Dia memanggil Malaikat Jibril seraya berfirman kepadanya:
“Wahai Jibril, berangkatlah engkau ke surga ‘Adn dan lihatlah apa yang telah aku ciptakan untuk hamba-hamba-Ku dan wali-wali (kekasih)-Ku.”
            Maka berangkatlah Jibril ke surga ‘Adn, dan mengelilingi surga tersebut. Maka salah seorang bidadari dari penghuni istana surga yang masih perawan dan matanya bersinar memuliakannya, lalu bidadari itu tersenyum pada Malaikat Jibril, maka jadi teranglah surga ‘Adn karena gigi-giginya. Lalu Malaikat Jibril bersujud, ia menyangka cahaya itu berasal dari nur Tuhan Yang Mulia, maka bidadari itu memanggil Malaikat Jibril,
“Wahai makhluk yang dipercaya Allah, angkatlah kepalamu”.
Maka ia mengangkat kepalanya seraya seraya memandang kepala bidadri itu lalu mengucapkan :
“Maha Suci Dzat yang telah menciptakan engkau.”
Lalu bidadari itu berkata:
“Wahai Makhluk yang dipercaya Allah, tahukan engkau untuk siapa aku diciptakan ?”
Malaikat Jibril menjawab :
“Tidak tau”
Kemudian bidadari berkata:
“Sesungguhnya aku ini diciptakan oleh Allah Swt untuk orang yang memilih ridha Allah Swt, daripada mengumbar hawa nafsunya.”
            Berdasarkan keterangan tersebut, telah datang suatu khabar, sesungguhnya Nabi Muhammad bersabda :
“Telah aku lihat di dalam surga, Malaikat-Malaikat yang sedang membangun istana-istana yang bahan batu batanya dariperak dan emas, mereka terus membangun bangunan itu. Ketika meraka berhenti membangun, aku bertanya:
“Kenapa kalian berhenti membangun?”
Lalu mereka menjawab:
“”Benar-benar telah habis berbekalan kami.”
Aku bertanya:
“Apa perbekalan kalian semua ?”
Para Malaikat menjawab:
“Berdzikir kepada Allah Swt, karena sesungguhnya yang mempunyai istana-istana adalah orang-orang yang berdzikir kepada Allah Swt, ketika orang itu berhenti berdzikir kepada Allah, maka kami berhenti dari membangun istana.”
Allah Swt Berfirman :
حُورٌ مَّقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ
Bidadari-bidadari cantik jelita, putih bersih yang dipingit di dalam rumah.(QS.Ar-rahman:72)
            Dan setiap bidadari itu memakai 70 pakaian. Setiap seorang laiki-laki disediakan 70 ranjang yang terbuat dari yaqut merah, pada setiap ranjang terdapat kasur dan setiap kasur terdapat seorang bidadari. Setiap bidadari mempunyai pelayan 1000 pelayan, setiap pelayan membawa piring-piring dari emas, lalu makanlah bidadari itu bersama suaminya.semua ini diperuntukan bagi orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan,selain amalan yang telah dilakukan pada bulan Ramadhan dari kebaikan.

Wallahu A’lam.
Imam Abdurrahim bin Ahmad al-Qadhi, Daqaiq al-Akhbar, (Semarang:Toha Putra,t.t),hlm.43.



Tiada ulasan:

Catat Ulasan