Selasa, 17 Mac 2015

Buraq dan Mirqah dalam Peristiwa Isra' Mi'raj



ISRA’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW
Sebagian besar tulisan ini, penulis ringkas dari Kitab Syarah Bainama Qishshatul Mi’raj, karangan Sayyid Ahmad Dardiri[1]

Muqaddimah
Perintah untuk melaksanakan shalat lima waktu dimulai sejak kembalinya Nabi Muhammad Saw dari perjalanan Isra dan Miraj. Menurut riwayat yang shahih Isra’ dan Mi’raj terjadi pada bulan Rajab (malam 27) tahun kesebelas dari kenabian.
            Dengan mengendarai Buraq, ditemani Malaikat Jibri dan Mikail, Nabi Saw berangkat dari Masjid al-Haram (Makkah)  menuju Masjid al-Aqsha (baitul maqdis Palestina). Kemudian melanjutkan perjalanannya dengan mirqah menuju Sidratul Muntaha. Sesaat setelah Nabi menginjakan kakinya di bumi, kemudian menceritakan kejadian yang dialaminya tersebut, maka terpecahlah pengkutnya, sebagian dari mereka ada yang beriman dan sebagian lagi menentang dan memusuhinya.
Hal ini dapat dimengerti, karena Isra’ dan Mi’raj adalah peristiwa yang maha dahsyat di luar nalar manusia, hanya keimananlah yang bicara.
Isra
            Makna Isra’ dari sudut pandang bahasa (lughat) adalah diambil dari kata madhi saraa-sirayah-sarayanan.  Arinya adalah berjalan dimalam hari.[2] Peristiwa Isra’ di dokumentasikan dalam al-Qur’an.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير                                                                      
Maha Suci (Allah), yang telah Memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami Berkahi sekelilingnya agar Kami Perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.(Q.S. al-Isra’:1).
            Suatu malam, sebelum Nabi Saw di Isra’kan oleh Allah Swt. Nabi Saw sedang berbaring di hatim[3] bersama Hamzah dan Ja’far bin Abu Thalib. Kemudian didatangi oleh Malaikat Jibril, Mikail dan lainnya, dan membawanya ke sumur zamzam, lalu dibedah tubuh Nabi dari bawah leher sampai kebawah pusarnya, dan dikeluarkan hatinya, kemudian disucikan dengan air zamzam (tiga kali), setelah itu diisi dengan keimanan dan keislaman. Kemudian dikembalikan lagi seperti semula.
            Barulah Nabi Saw, berangkat dari Masjid al-Haram (Makkah) dengan mengendarai Buraq[4] di sertai Malaikat Jibril dan Mikail. Di tengah perjalanan Nabi dan kedua Malaikat tersebut berhenti di Madinah (menjalankan shalat 2 rakaat), lalu melanjutkan perjalanan dan berhenti lagi di Madyan[5] (menjalankan shalat 2 rakaat). Setelah itu melanjutkan perjalanan kembali dan berhenti lagi di gunung Turisina[6]. Kemudian meneruskan perjalanannya lagi dan berhenti di Betlehem (menjalankan shalat 2 rakaat). Setelah itu melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai di Masjid al-Aqsha (baitul maqdis/Palestina). Sementara itu Buraq di tambatkan di depan Masjid, untuk di gunakan saat kembali ke Makkah.
            Di Masjid al-Aqsha sudah berkumpul para Nabi-nabi terdahulu, dan Nabi Saw di daulat menjadi Imam untuk melaksanakan shalat 2 rakaat. Setelah selesai shalat, sebelum melanjutkan perjalanan (mi’raj), nabi merasa haus, dan ditawari oleh Malaikat Jibril untuk memilih minuman antara arak dan susu. Dan minuman susulah yang dipilih Nabi.[7]
Mi’raj
Allah Swt berfirman:
أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَايَرَى -١٢- وَلَقَدْرَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى -١٣- عِندَسِدْرَةِ الْمُنْتَهَى -١٤- عِندَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى -١٥
Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,(yaitu) di Sidratul Muntaha, di dekatnya ada surga tempat tinggal .......(Q.S. an-Najm:13-15).
Mi’raj adalah naiknya Nabi Muhammad Saw dari Masjid al-Aqsha (baitul maqdis) ke langit ke tujuh sampai ke tempat yang ditentukan.
Bersama Malaikat Jibril, Nabi Saw dari Masjid al-Aqsha naik menggunakan mirqah (tangga)[8] menuju pintu langit  yang 1 (pertama) atau langit dunia. Sampai di langit 1 (pertama), beliau berjumpa dengan Nabi Adam as, kemudian naik lagi sampai di langit yang ke 2 (dua), dan berjumpa dengan Nabi Isa as, dan Nabi Yahya. lalu naik ke langit ke 3 (tiga), bertemu dengan Nabi Yusuf as.
Saat sampai di langit yang ke 4 (empat), beliau berjumpa dengan Nabi Idris, kemudian naik ke langit yang ke 5 (lima) dan berjumpa dengan Nabi Harun as. Sesampainya di langit ke 5 (lima), beliau naik lagi hingga sampai ke langit ke 6 (enam), disana bertemu dengan Nabi Musa as. Pada langit yang ke 7 (tujuh), Nabi Saw bertemu dengan Nabi Ibrahim as.
Setelah ada di langit ke 7 (tujuh),Nabi Muhammad Saw dan Malaikat Jibril kemudian naik ke Sidratul Muntaha.
Di Sidratul Muntaha, Nabi Saw, diperlihatkan kondisi telaga kautsar, surga dan neraka. di surga Nabi Saw, melihat beragam kesenangan yang ada di surga. Demikian halnya dengan siksaan yang ada di neraka.
Setelah dari Sidratul Muntaha, kemudian naik ke Mustawa, disana beliau mendengar suara qalam yang digunakan untuk menulis qadha’(keputusan) dan hukum-hukum Allah di lauhil mahfudz. Saat di mustawa, Malaikat Jibril berkata kepada Nabi Saw :
“Saya tidak bisa mengantarkan engkau ke atas lagi untuk menghadap Allah, karena saya nanti  bisa terbakar oleh nurullah”.
Kemudian Nabi Saw, naik ke atas lagi dengan di angkat oleh mega sampai ke nurul arsy, menghadap Allah Swt, beliau mendapatkan perintah untuk melaksanakan shalat 50 waktu dalam sehari semalam.
Setelah itu, Nabi Saw turun sampai ke langit ke 7 (tujuh) bertemu dengan Nabi Ibrahim, namun beliau tidak memberikan pesan. Lalu Nabi Saw turun ke langit ke 6 (enam), bertemu dengan Nabi Musa as, atas saran Nabi Musa, Nabi Saw, menghadap Allah Swt kembali, memohon keringanan. Hal ini dilakukan sebanyak sembilan kali. Sehingga menjadi lima waktu.
Dari langit ke 6 (enam), Nabi Saw dan Malaikat Jibril kemudian turun sampai ke langit yang ke-1 (pertama), hingga ke Masjid al-Aqsha (baitul maqdis). Lalu melanjutkan perjalanan menaiki Buraq menuju Makkah.[9]
Setelah shubuh, Nabi Saw menceritakan pengalaman Isra’ dan Mi’raj kepada pengikutnya dan masyarakat Makkah.
Sebagian mereka ada yang beriman, ada pula yang mencibir dan menentang, bahkan menduduh Nabi membuat cerita-cerita palsu. Termasuk diantara mereka yang menentang adalah Abu Lahab. Dan orang yang pertama kali percaya dan iman adalah sahabat Abu Bakar, dari sinilah kemudian julukan ash-Shidiq melekat padanya.
Di dalam al-Qur’an Allah swt berfirman:

وَمَاجَعَلْنَا الرُّؤيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلاَّفِتْنَةً لِّلنَّاسِ
Dan Kami tidak menjadikan (penglihatan yang dialami Rasulullah Saw. pada waktu malam Isra dan Mi’raj) yang telah Kami Perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia penglihatan yang maksudnya. (Q.S al-Isra:60).
Wallahu A’lam.

Daftar Pustaka
Dardiri, Sayyid Ahmad Syarah Bainama Qishshatul Mi’raj, Semarang: Toha Putera,t.t.
Munawir, Ahmad Warson al-Munawir Kamus bahasa Arab –Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif,1997.
Abdurrahim Ahmad al-Qadhi, Daqaiq al-Akhbar, Semarang: Toha Putera,t.t.   

Khadim al-‘ilmi
Saeful Bahri.


[1] Lihat, Sayyid Ahmad Dardiri, Syarah Bainama Qishshatul Mi’raj, (Semarang: Toha Putera,t.t).
[2]Ahmad Warson Munawir, al-Munawir Kamus bahasa Arab –Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif,1997),hlm.629.
[3]Hatim ialah hijr ka’bah atau dindingnya,letaknya menurut qaul yang shahih antara rukun dan zamzam dan maqam Ibrahim. Sebagian riwayat menyatakan, pada malam itu Nabi Saw berada di rumahnya Umi Hani (puteri pamannya)
[4] Buraq mempunyai 2 buah sayap yang digunakan untuk terbang, wajahnya seperti wajah manusia, lisannya seperti orang Arab, alisnya lebar, tanduknya besar,kedua telinganya tipis, diciptakan dari zabarjud hijau, kedua matanya hitam bagaikan bintang yang bersinar, ubun-ubunnya dari yaqut merah, dan ekornya seperti sapi dilapisi emas.(Lihat, Abdurrahim Ahmad al-Qadhi, Daqaiq al-Akhbar, (Semarang: Toha Putera,t.t),hlm.23.
[5] Tempat Nabi Musa saat keluar dari Mesir karena khawatir akan kekejaman fir’an dan sekutunya.
[6] Tempat Nabi Musa ketika ditetapkan menjadi Rasul.
[7]Malaikat Jibril menuturkan: minuman susu adalah perlambang agama Islam, jika engkau memilih arak, maka kelak umatnya akan menjadi manusia yang durhaka
[8] Terkait dengan Mi’raj menaiki Buraq, terdapat perbedaan pendapat (khilaf ulama). Al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan bahwa, setelah Nabi Saw berada di Masjid al-Aqsha (baitul madis), kemudian beliau meneruskan perjalanan (Mi’raj)dengan Malaikat Jibril naik menggunakan Mirqah (tangga, yang didatangkan dari sorga firdaus) menuju pintu langit yang pertama. Tidak seperti yang diasumsikan sebagian orang, bahwa Nabi Saw Mi’raj menaiki Buraq. dan menurut al-Hafidz as-Suyuthi, pendapat tersebut adalah yang shahih.
[9]Sampai di Makkah sebelum waktu shubuh.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan