ISRA’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW
Sebagian besar tulisan ini, penulis ringkas
dari Kitab Syarah Bainama Qishshatul Mi’raj, karangan Sayyid Ahmad
Dardiri[1]
Muqaddimah
Perintah
untuk melaksanakan shalat lima waktu dimulai sejak kembalinya Nabi Muhammad Saw
dari perjalanan Isra dan Miraj. Menurut riwayat yang shahih Isra’ dan Mi’raj
terjadi pada bulan Rajab (malam 27) tahun kesebelas dari kenabian.
Dengan mengendarai Buraq, ditemani
Malaikat Jibri dan Mikail, Nabi Saw berangkat dari Masjid al-Haram
(Makkah) menuju Masjid al-Aqsha (baitul
maqdis Palestina). Kemudian melanjutkan perjalanannya dengan mirqah menuju Sidratul Muntaha. Sesaat
setelah Nabi menginjakan kakinya di bumi, kemudian menceritakan kejadian yang
dialaminya tersebut, maka terpecahlah pengkutnya, sebagian dari mereka ada yang
beriman dan sebagian lagi menentang dan memusuhinya.
Hal
ini dapat dimengerti, karena Isra’ dan Mi’raj adalah peristiwa yang maha
dahsyat di luar nalar manusia, hanya keimananlah yang bicara.
Isra
Makna
Isra’ dari sudut pandang bahasa (lughat) adalah diambil dari kata madhi
saraa-sirayah-sarayanan. Arinya
adalah berjalan dimalam hari.[2]
Peristiwa Isra’ di dokumentasikan dalam al-Qur’an.
سُبْحَانَ
الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ
الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ
السَّمِيعُ الْبَصِير
Maha Suci
(Allah), yang telah Memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami Berkahi sekelilingnya agar Kami
Perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia
Maha Mendengar, Maha Melihat.(Q.S. al-Isra’:1).
Suatu malam, sebelum Nabi
Saw di Isra’kan oleh Allah Swt. Nabi Saw sedang berbaring di hatim[3]
bersama Hamzah dan Ja’far bin Abu Thalib.
Kemudian
didatangi oleh Malaikat Jibril, Mikail dan lainnya, dan membawanya ke sumur
zamzam, lalu dibedah tubuh Nabi dari bawah leher sampai kebawah
pusarnya, dan dikeluarkan hatinya, kemudian disucikan dengan air zamzam (tiga
kali), setelah itu diisi dengan keimanan dan keislaman. Kemudian dikembalikan
lagi seperti semula.
Barulah Nabi Saw, berangkat dari
Masjid al-Haram (Makkah) dengan mengendarai Buraq[4] di
sertai Malaikat Jibril dan Mikail. Di tengah perjalanan Nabi dan kedua Malaikat
tersebut berhenti di Madinah (menjalankan shalat 2 rakaat), lalu melanjutkan
perjalanan dan berhenti lagi di Madyan[5]
(menjalankan shalat 2 rakaat). Setelah itu melanjutkan perjalanan kembali dan
berhenti lagi di gunung Turisina[6].
Kemudian meneruskan perjalanannya lagi dan berhenti di Betlehem (menjalankan
shalat 2 rakaat). Setelah itu melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai di
Masjid al-Aqsha (baitul maqdis/Palestina). Sementara itu Buraq di tambatkan di
depan Masjid, untuk di gunakan saat kembali ke Makkah.
Di Masjid al-Aqsha sudah berkumpul
para Nabi-nabi terdahulu, dan Nabi Saw di daulat menjadi Imam untuk
melaksanakan shalat 2 rakaat. Setelah selesai shalat, sebelum melanjutkan
perjalanan (mi’raj), nabi merasa haus, dan ditawari oleh Malaikat Jibril untuk
memilih minuman antara arak dan susu. Dan minuman susulah yang dipilih Nabi.[7]
Mi’raj
Allah
Swt berfirman:
أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَايَرَى -١٢- وَلَقَدْرَآهُ
نَزْلَةً أُخْرَى -١٣- عِندَسِدْرَةِ الْمُنْتَهَى -١٤- عِندَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى
-١٥
Dan
sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu
yang lain,(yaitu) di Sidratul Muntaha, di dekatnya ada surga tempat tinggal .......(Q.S.
an-Najm:13-15).
Mi’raj
adalah naiknya Nabi Muhammad Saw dari Masjid al-Aqsha (baitul maqdis) ke langit
ke tujuh sampai ke tempat yang ditentukan.
Bersama
Malaikat Jibril, Nabi Saw dari Masjid al-Aqsha naik menggunakan mirqah
(tangga)[8]
menuju pintu langit yang 1 (pertama) atau
langit dunia. Sampai di langit 1 (pertama), beliau berjumpa dengan Nabi Adam
as, kemudian naik lagi sampai di langit yang ke 2 (dua), dan berjumpa dengan
Nabi Isa as, dan Nabi Yahya. lalu naik ke langit ke 3 (tiga), bertemu dengan Nabi Yusuf as.
Saat
sampai di langit yang ke 4 (empat), beliau berjumpa dengan Nabi Idris,
kemudian naik ke langit yang ke 5 (lima)
dan berjumpa dengan Nabi Harun as. Sesampainya di langit ke 5 (lima), beliau naik lagi hingga sampai ke
langit ke 6 (enam), disana bertemu dengan Nabi Musa
as. Pada langit yang ke 7 (tujuh), Nabi Saw bertemu dengan Nabi
Ibrahim as.
Setelah
ada di langit ke 7 (tujuh),Nabi Muhammad Saw dan Malaikat
Jibril kemudian naik ke Sidratul Muntaha.
Di
Sidratul Muntaha, Nabi Saw, diperlihatkan kondisi telaga kautsar, surga dan neraka.
di surga Nabi Saw, melihat beragam kesenangan yang ada di surga. Demikian
halnya dengan siksaan yang ada di neraka.
Setelah
dari Sidratul Muntaha, kemudian naik ke Mustawa, disana beliau
mendengar suara qalam yang digunakan untuk menulis qadha’(keputusan)
dan hukum-hukum Allah di lauhil mahfudz. Saat di mustawa, Malaikat
Jibril berkata kepada Nabi Saw :
“Saya tidak bisa mengantarkan engkau ke atas lagi untuk
menghadap Allah, karena saya nanti bisa
terbakar oleh nurullah”.
Kemudian
Nabi Saw, naik ke atas lagi dengan di angkat oleh mega sampai ke nurul arsy,
menghadap Allah Swt, beliau mendapatkan perintah untuk melaksanakan shalat
50 waktu dalam sehari semalam.
Setelah
itu, Nabi Saw turun sampai ke langit ke
7 (tujuh)
bertemu dengan Nabi Ibrahim, namun beliau tidak memberikan pesan. Lalu Nabi Saw
turun ke langit ke 6 (enam),
bertemu dengan Nabi Musa as, atas saran Nabi Musa, Nabi Saw, menghadap Allah
Swt kembali, memohon keringanan. Hal ini dilakukan sebanyak sembilan kali.
Sehingga menjadi lima waktu.
Dari
langit ke 6 (enam),
Nabi Saw dan Malaikat Jibril kemudian turun sampai ke langit yang ke-1 (pertama),
hingga ke Masjid al-Aqsha (baitul maqdis). Lalu melanjutkan perjalanan menaiki
Buraq menuju Makkah.[9]
Setelah
shubuh, Nabi Saw menceritakan pengalaman Isra’ dan Mi’raj kepada pengikutnya
dan masyarakat Makkah.
Sebagian
mereka ada yang beriman, ada pula yang mencibir dan menentang, bahkan menduduh
Nabi membuat cerita-cerita palsu. Termasuk diantara mereka yang menentang
adalah Abu Lahab. Dan orang yang pertama kali percaya dan iman adalah sahabat
Abu Bakar, dari sinilah kemudian julukan ash-Shidiq melekat padanya.
Di
dalam al-Qur’an Allah swt berfirman:
وَمَاجَعَلْنَا الرُّؤيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ
إِلاَّفِتْنَةً لِّلنَّاسِ
Dan
Kami tidak menjadikan (penglihatan yang dialami Rasulullah Saw. pada waktu
malam Isra dan Mi’raj) yang telah Kami Perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai
ujian bagi manusia penglihatan yang maksudnya.
(Q.S al-Isra:60).
Daftar Pustaka
Dardiri,
Sayyid Ahmad Syarah Bainama Qishshatul Mi’raj, Semarang: Toha Putera,t.t.
Munawir,
Ahmad Warson al-Munawir Kamus bahasa Arab –Indonesia, Surabaya: Pustaka
Progressif,1997.
Abdurrahim
Ahmad al-Qadhi, Daqaiq al-Akhbar, Semarang: Toha Putera,t.t.
Khadim al-‘ilmi
Saeful Bahri.
[1] Lihat, Sayyid Ahmad Dardiri,
Syarah Bainama Qishshatul Mi’raj, (Semarang: Toha Putera,t.t).
[2]Ahmad Warson Munawir, al-Munawir
Kamus bahasa Arab –Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif,1997),hlm.629.
[3]Hatim ialah
hijr ka’bah atau dindingnya,letaknya menurut qaul yang shahih
antara rukun dan zamzam dan maqam Ibrahim. Sebagian
riwayat menyatakan, pada malam itu Nabi Saw berada di rumahnya Umi Hani (puteri
pamannya)
[4] Buraq
mempunyai 2 buah sayap yang digunakan untuk terbang, wajahnya seperti wajah
manusia, lisannya seperti orang Arab, alisnya lebar, tanduknya besar,kedua
telinganya tipis, diciptakan dari zabarjud hijau, kedua matanya hitam bagaikan
bintang yang bersinar, ubun-ubunnya dari yaqut merah, dan ekornya seperti sapi
dilapisi emas.(Lihat, Abdurrahim Ahmad al-Qadhi, Daqaiq al-Akhbar,
(Semarang: Toha Putera,t.t),hlm.23.
[5]
Tempat Nabi Musa saat keluar dari Mesir karena khawatir akan kekejaman fir’an
dan sekutunya.
[6]
Tempat Nabi Musa ketika ditetapkan menjadi Rasul.
[7]Malaikat
Jibril menuturkan: minuman susu adalah perlambang agama Islam, jika engkau
memilih arak, maka kelak umatnya akan menjadi manusia yang durhaka
[8] Terkait dengan Mi’raj menaiki Buraq,
terdapat perbedaan pendapat (khilaf ulama). Al-Hafidz Ibnu Katsir
mengatakan bahwa, setelah Nabi Saw berada di Masjid al-Aqsha (baitul madis),
kemudian beliau meneruskan perjalanan (Mi’raj)dengan Malaikat Jibril naik
menggunakan Mirqah (tangga, yang didatangkan dari sorga firdaus) menuju
pintu langit yang pertama. Tidak seperti yang diasumsikan sebagian orang, bahwa
Nabi Saw Mi’raj menaiki Buraq. dan menurut al-Hafidz as-Suyuthi,
pendapat tersebut adalah yang shahih.
[9]Sampai di Makkah sebelum waktu shubuh.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan