Makna Hari Raya
Imam az-Zabidi dalam kitab al-Ithaf
nya berkata sebagaimana di kutip Abu Bakar Syatha’ bahwa : disebut hari raya (Idul Fitri) setelah bulan
Ramadhan bagi umat Islam itu memberikan isyarat akan banyaknya pembebasan pada
hari sebelumnya, sebagaimana hari raya Idul Adha.[1]
Setiap tahun sekali , Allah
Swt memberikan 2 hari raya kepada orang-orang mukmin di dunia, yakni Idul Adha
setelah sempurnanya pelaksanaan ibadah haji dan Idul Fitri setelah sempurnanya
pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan.
عيد di ambil dari kata عود
maknanya adalah kembali karena berulang
kembali pada setiap tahun atau dapat di artikan Allah Swt mengembalikan kembali
kebahagiaan pada hambanya di setiap tahunnya, apalagi bagi orang-orang yang mendapatkan
ampunan-Nya.
Sejenak
kita renungkan maqalah dari ulama tentang hakikat ‘Idul Fitri :
ليس العيد لمن لبس الجديد إنما العيد لمن
طاعته تزيد, وليس العيد لمن تجمل باللباس والمركوب ,إنما العيد لمن غفرت له الذنوب
“Bukanlah hari raya itu untuk orang yang
berpakaian baru .akan tetapi hari raya itu bagi orang yang bertambah ketaatannya. Dan bukanlah hari raya itu untuk orang yang berlomba-lomba dalam pakaian dan kendaraan
yang bagus-bagus, akan tetapi hari raya itu bagi orang yang mendapatkan ampunan
(maghfirah) atas semua dosa”. [2]
Jadi,
ketika kita bicara hari raya Idul Fitri maka hari raya merupakan hari
kebahagiaan atau hari kemenangan yang di berikan Allah Swt pada hamba-hamba-Nya
di setiap tahun, tentu kita bertanya siapakah yang mendapat kebahagiaan dan
kemenangan ? dan jawabannya adalah bukan
mereka yang pakaiannya bagus dan kendaraannya baru ,mahal dan mewah. Tetapi hari raya di peruntukan bagi mereka yang telah
lulus menjalankan puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan,dan mendapatkan
maghfirah dari Allah Swt.
Dengan
kata lain, ialah apabila seorang muslim telah melaksanakan puasanya secara baik
dan benar semata-mata hanya mengaharap ridha Allah Swt, maka berarti keimanan
dan ketaqwaannya kepada Allah telah mantap dan benar, oleh karenanya
kebahagiaan dan rasa gembira yang nampak pada hari raya Idul Fitri adalah
merupakan pancaran atau cermin cahaya kesucian iman yang di perolehnya karena
menjalankan puasa Ramadhan dan ibadah yang lainnya.
Al-Baijuri
dalam kitabnya[3]
mengatakan : menurut qaul mu’tamad sunnat hukumnya mengucapkan ucapan
selamat hari raya di sertai pula mushafahah
(salaman).bagi yang sesama jenis. Dan sunnat pula untuk menjawab ucapan tersebut semisal :
تقبل الله منكم احياكم الله لآمثاله
كل عام وانتم بخير
Dirikupun tak lupa mengucapakan selamat hari raya Idul
Fitri 1 Syawal 1434 H.
من العائدين والفائزين
“Mohon di maafkan lahir dan batin kesalahan dan
kekhilafan baik yang sengaja maupun yang tidak di sengaja”
DAFTAR PUSTAKA
Al-Baijuri, Ibrahim, Hasyiyah al-Bajuri
‘ala Ibni Qasim al-Ghazi, Baerut: Dar al-Fikr, 1994.
Syatha,
Abu Bakar, I’anah
at-Thalibin, Beirut: Dar al-Fikr,1993.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan