Selasa, 7 Januari 2014

Fatwa dan Pandangan Ulama Tentang Peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam



Fatwa dan Pandangan Ulama Tentang Peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Disadur dari Abu Bakar Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, dalam kitab I’anah at-Thalibin Syarah Fathul Mu’in*

(Faidah) Di tuturkan oleh al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi[1] (849 H - 911 H) dalam karyanya al-Hawi lil Fatawi, pada pembahasan walimah, yakni :
“Suatu ketika beliau ditanya tentang peringatan Maulid Nabi yang dilaksanakan pada bula Rabiul awwal. Bagaimana hukumnya dalam perspektif syara’, dan apakah termasuk kebaikan atau keburukan, serta apakah orang yang memperingatinya akan mendapatkan pahala? Jawabannya, menurutku (as-Suyuthi)  pada dasarnya amal Maulid itu adalah berkumpulnya manusia, membaca apa yang dirasa mudah dari al-Qur’an, riwayat hadis-hadis tentang permulaan perintah Nabi serta hal-hal yang terjadi dalam kelahiran Nabi, kemudian disajikan beberapa hidangan bagi mereka selanjutnya mereka pulang setelah menikmatinya tanpa ada tambahan-tambahan lain, hal tersebut  termasuk  bid’ah yang baik (bid’ah hasanah) yang diberi pahala bagi orang yang merayakannya. Karena bertujuan untuk mengagungkan kedudukan Nabi dan menampakkan rasa suka cita atas kelahiran yang mulia Nabi Muhammad Saw.
Syaikh al-Islam di tanah haram, beliau adalah junjungan dan Guru kami al-Arif bi rabbihi al-Mannan, Sayyid Ahmad ibn Zaini Dahlan[2] (1232-1304 H) dalam kitab al-Sirah an-Nabawiyyah wa al-Atsar an-Nabawiyyah berbicara panjang lebar tentang memperingati hari kelahiran Nabi saw, dan tidak ada yang salah dalam melaksanakannya. Mudah-mudahan Allah swt senantiasa meridhainya dan memberikan kenyamanan bagi kami dan kaum muslimin sepanjang hidupnya. Berikut ini adalah penjelasannya :
(Faidah) Telah berlaku kebiasaan, bahwa orang apabila mendengar kisah Nabi dilahirkan, mereka berdiri bersama-sama untuk menghormat dan mengagungkan beliau Saw. Berdiri adalah suatu hal yang baik (mustahsan), karena dasarnya ialah mengagungkan (ta’dhim) kepada Nabi Muhammad Saw dan sesungguhnya hal tersebut telah di amalkan oleh mayoritas ulama yang menjadi panutan ummat.
Berkata Burhanuddin al-Halabi dalam kitab As-Sirah al-Halabiyah, telah dikabarkan, bahwa dihadapan Imam Subki[3] (683-756 H) pada suatu kesempatan berkumpul banyak ulama pada zaman itu. kemudian salah seorang dari mereka membaca sajak Sharshari dalam memuji Nabi Saw.
قليل لمدح المصطفى الخط بالذهب  *   على ورق من خط أحسن من كتب
وأن  تنهض  الأشراف  عند  سماعه   *   قياما صفوفا  أو جثيا  على  الركب
           Ku goreskan tinta emas tuk memuji Mushtafa
           Dengan tulisan terindah dari tulisan yang lain
           Semoga dapat menggugah para pendengarnya
                 Semua berdiri untuk Nabi yang mulia

Pada saat itu Imam as-Subki dan semua ulama serta orang-orang yang terkemuka yang hadir serempak semuanya berdiri untuk menghormati Nabi. Memperingati Maulid Nabi dengan peremuan-pertemuan seperti itu adalah sesuatu yang baik.
Imam Abu Syamah (599-665 H) gurunya Imam an-Nawawi ketika mengomentari peringatan Maulid Nabi berkata :
Diantara kegiatan terbaik yang diada-adakan (bid’ah) pada masa kita sekarang ini adalah kegiatan yang dilakukan setiap tahun bertepatan dengan kelahiran Nabi kita Muhammad Saw. yakni memperbanyak shadaqoh, mengerjakan hal-hal yang baik serta menampakkan kegembiraan. Karena demikian itu selain didalamnya terkandung perbuatan yang baik terhadap fakir miskin juga mengesankan suatu kecintaan dan pengagungan kepada Nabi Saw, serta juga rasa syukur kepada Allah Swt atas karunia-Nya yang telah menciptakan beliau saw. dan mengutusnya sebagai rahmat bagi sekalian alam.  
Imam as-Syakhawi[4] (831-902 H ) dalam kitab Fatawanya telah menuturkan bahwa peringatan Maulid Nabi telah dilakukan semenjak tiga abad Hijriyah. Kemudian umat Islam dari seluruh pelosok di kota-kota besar senantiasa merayakan Maulid, bershodaqah pada malam Maulid dengan berbagai macam shodaqoh , dan mereka membaca riwayat hidup Nabi Muhammad Saw yang mulia. Keberkahan Maulid nampak pada mereka yang merayakannya.
Ibnu al-Jauzi al-Hanbali[5] (510-592 H) mengatakan : Sebagian dari keistimewaan Maulid Nabi yang diselenggarkan pada tahun itu, ummat dalam keadaan aman dan mereka bergembira karena akan tercapainya cita-cita. Kemudian al--Jauzi melanjutkan perkataannya bahwa  dari kalangan muluk (raja-raja), yang pertama kali merayakan Maulid Nabi adalah raja al-Muzhaffar Abu Sa’id[6] yang saat itu menjadi raja negeri “Irbil” Diceritakan al-Hafidz Abu al-Khattab ibn Dihyah al-Kalbi (w. 633 H) yang datang dari Maroco menuju Syam dan seterusnya ke Iraq, ketika melintasi daerah Irbil pada tahun 604 Hijrah, beliau mendapati Malik al-Muzhaffar, raja Irbil tersebut sangat besar perhatiannya terhadap perayaan Maulid Nabi. Lantas beliau menulis kitab yang berjudul “at-Tanwir fi Maulid al-Basyir an-Nadzir”, sebagai legitimasi terhadap al-Muzhaffar, kitab tersebut diajukan kepadanya, kemudian sang raja menghargainya dengan memberikan hadiah uang sebesar seribu dinar. Pemimpin “Irbil” yang cendikian, pemberani, pahlawan, cerdik, berilmu dan adil ini merayakan Maulid Nabi dengan sangat meriah pada bulan Rabiul Awwal. Beliau menjabat sebagai raja hingga wafat. Al-Muzhaffar juga punya jasa besar dalam perang eropa yang dahsyat di kota ‘Aka pada tahun 630 H. Sungguh seorang raja yang mulia dunia dan akhirat.
Cucu Ibnu al-jauzi dalam kitab Mira-atu az-Zaman menceritakan dari salah seorang yang pernah menghadiri perayaan Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh Malik al-Muzhaffar bahwa dalam perayaan tersebut disediakan lima ribu kepala kambing panggang, dan sepuluh ribu ayam, juga tersedia seratus ribu mangkuk makanan, dan kue-kue (snack) sebanyak tiga puluh ribu piring. Acara tersebut dihadiri ole para pemuka-pemuka alim ulama dan ulama-ulama sufi serta orang-orang besar lainnya. Kemudian beliau memberikan hadiah kepada mereka. Setiap tahunnya Malik al-Muzhaffar mengeluarkan dana kurang lebih tiga ratus dinar untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw.
            Berkaitan dengan peringatan Maulid Nabi Saw,al-Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani[7] telah ber-istinbath dengan dalil dasar dari nas yang bisa dipercaya yakni hadis shahih yang dimuat dalam kumpulan Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim.
أن النبي صلى الله عليه وسلم قدم المدينة فوجد اليهود يصومون يوم عاشوراء فسألهم فقالوا هو يوم أغرق الله فيه فرعون ونجى موسى ونحن نصومه شكرا فقال نحن أولى بموسى منكم
Artinya :
“Bahwasannya Nabi Saw. datang ke Madinah dan bertemu dengan orang-orang Yahudi yang berpuasa pada tanggal sepuluh Muharam (Asyura), maka beliau bertanya kepada mereka tentang hari itu dan mereka menjawab: Hari ini adalah hari Allah swt menenggelamkan Fir’aun dan menyelamatkan Musa as, maka kami pun berpuasa sebagai bentuk pernyataan rasa syukur”. Maka Nabi bersabda: “Kamilah yang berhak atas Musa as, daripada kalian semua”.
Dalam hal ini pula, orang kafir pun dapat memperoleh manfaat dari sikapnya yang menyambut gembira atas kelahiran Nabi Muhammad Saw, seperti Abu Lahab, Sebuah hadis dalam Shahih al-Bukhari menerangkan bahwa tiap hari Senin Abu Lahab diringankan siksanya, karena ia memerdekakan budak perempuannya (Tsuwaibah), sebagai tanda kegembiraannya menyambut kelahiran putera saudaranya Abdullah bin Abdul Mutthalib, yaitu Muhammad Saw. Sebagaimana yang di ceritakan Abbas ibn Abdil Muthallib bermimpi bertemu Abu Lahab setelah ia mati dan bertanya mengenai kondisinya.
“Saya belum pernah merasakan kenyamanan setelah meninggalkan kalian. Hanya saja di neraka ini saya diberi minum (air yang keluar dari jari Nabi Muhammad Saw) sebab memerdekakan Tsuwaibah. Dan setiap hari Senin saya mendapat keringanan siksa” jawab Abu Lahab.
Jadi, jika orang kafir saja memperoleh manfaat dari kegembiraannya dalam menyambut kelahiran Rasulallah Saw, apalagi orang yang beriman.
Begitu juga al-Hafidz Syamsuddin Muhammad bin Nashiruddin al-Dimasyqi (w. 842 H) berkata:
إذا  كان  هذا   كافرا  جاء  ذمه     *  وتبت يداه في الجحيم مخلدا
أتى  أنه  في  يوم  الإثنين  دائما   *   يخفف عنه للسرور بأحمد
فما الظن بالعبد الذي كان عمره  *  بأحمد مسرورا ومات موحدا.
Apabila kafir ini telah nyata celaka,
Tangannya dibelenggu dalam neraka
Namun pada hari senin diringankan azabnya,
Karena atas kelahiran Ahmad ia bergembira
Lalu bagaimana dengan hamba yang mulia,
 Yang sepanjang umurnya bergembira
Atas kedatangan Ahmad ke jagad raya,
Kemudian Ia mati dengan tauhid di dada
Selanjutnya al-Imam Hasan Al-Bashri[8] (w.116 H) qaddasallahu Sirrah berkata: “Seandainya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, niscaya aku akan menafkahkan semuanya kepada orang yang membacakan Maulid ar-Rasul”.
Imam Junaid al-Baghdadi[9] (w. 298 H) rahimahullah berkata :  “Barangsiapa yang menghadiri maulid ar-Rasul dan mengagungkannya maka dia beruntung dengan keimanannya”.
Al-Imam Ma’ruf al-Kurkhi[10] (w.200 H) qaddasallahu sirrah mengatakan: Barangsiapa menyajikan makanan untuk pembacaan Maulid ar-Rasul, mengumpulkan saudara-saudaranya, menghidupkan pelita dan memakai pakaian yang baru dan wangi-wangian dan menjadikannya untuk mengagungkan kelahirannya (Maulid Nabi), maka Allah Swt akan membangkitkan pada hari qiyamat beserta golongan yang utama dari Nabi-Nabi , dan ditempatkan pada derajat yang tinggi. Dan barangsiapa yang membaca dzikir maulid diatas koin mata uang perak atau emas, kemudian mencampurkannya dengan koin-koin (mata uang) yang lainnya, maka koin-koin tersebut akan diberkahi oleh Allah Swt, dan pemiliknya atas kehendak da izin Allah akan selalu berkecukupan, tangannya tidak akan kosong dari rizqi dengan bekahnya Maulid Rasulullah Saw.
Dan al-Imam al-Yafi’i al-Yamani (w.768 H) berkata: “Barangsiapa yang mengumpulkan saudara-saudaranya untuk merayakan Maulid Nabi, menyajikan makanan, beramal yang baik dan menjadikannya untuk pembacaan Maulid ar-Rasul, maka Allah Swt akan membangkitkan pada hari qiyamat bersama para Shadiqin, Syuhada, Shalihin dan menempatkannya pada sorga yang penuh kenikmatan”.
Imam as-Sirri as-Saqathi[11] (w.257 H) mengatakan: Barangsiapa yang menyediakan tempat untuk dibacakan Maulid Nabi Saw, maka sungguh dia menghendaki taman (raudlah) dari taman-taman surga, karena sesungguhnya tiada dia menghendaki tempat itu melainkan karena cintanya kepada Rasul. Dan Sungguh Rasulullah Saw bersabda :
من أحبني كان معي في الجنة
Barangsiapa mencintaiku, maka dia akan bersamaku di dalam surga”.
Dan Sulthan al-‘Arifin Jalaluddin as-Suyuthi (849 H - 911 H) berkata  di dalam kitabnya “al-Wasail fii Syarhi asy-Syamil” : “Tidak ada sebuah rumah atau masjid atau tempat yang dibacakan padanya maulid Nabi Saw melainkan dikerumuni para malaikat di tempat tersebut. Dan Allah akan menebarkan rahmat-Nya kepada mereka. Para malaikat yang berkalungkan cahaya yaitu Jibril, Mikail, Israfil, Qarbail, ‘Aynail, ash-Shaafun, al-Haafun dan al-Karubiyyun, maka bahwasanya mereka berdoa bagi orang yang menjadi sebab untuk pembacaan Maulid Nabi Saw. Tidak ada seseorang muslim yang dibacakan dalam rumahnya maulid Nabi Saw melainkan Allah Swt selamatkan penghuni rumah tersebut daripada kemarau, wabah, kebakaran, malapetaka, bala bencana, kesengsaraan, permusuhan, dengki, kejahatan ‘ain (sihir pandangan) dan kecurian. Apabila ia mati, maka Allah Swt akan memudahkan atasnya dalam menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir dan ia akan ditempatkan pada kedudukan yang tepat di sisi Allah Raja yang Maha Berkuasa”.
Hikayah Maulid Nabi
Diceritakan pada masa  Khalifah Harun ar-Rasyid[12] ada seorang pemuda di kota Bashrah yang sangat boros dan mempunyai kelakuan buruk,  penduduk kota tersebut  memandang rendah padanya, karena perilakunya itu. Hanya saja, pemuda ini mempunyai kebiasaan yang unik, yakni setiap bulan Rabi’ul Awal (bulan maulid) tiba, ia  menyambutnya dengan suka cita, ia selalu membersihkan bajunya, memakai pakaian yang rapi dan berpenampilan indah,  mengadakan walimah, mengadakan acara Maulid Nabi serta membaca kisah maulid. Kebiasaan itu ia lakukan berlangsung dalam waktu yang lama. Pada saat pemuda itu wafat penduduk kota mendengar suara dari angkasa ;
Wahai penduduk kota Bashrah datanglah, dan layatlah wali Allah Swt. Sebab dia memiliki kududukan terhormat disisi-Ku”.  Kemudian penduduk kota tersebut melayat, dan menghadiri pemakaman pemuda itu. Pada saat penduduk Bashrah lelap tertidur, mereka bermimpi melihat pemuda itu berjalan dengan gagahnya diatas hamparan kain sutra. Pemuda itu ditanya, : “Dengan apa engkau mendapat keutamaan ini? Kemudian ia  menjawab : “Dengan mengagungkan dan mengistimewakan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw”.
Diceritakan pula pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan[13] ada seorang pemuda yang berwajah tampan dan berperawakan menawan di kota Syam (syiria). ia mempunyai kebiasaan menunggang kuda. Suatu ketika ia berada di punggung kudanya dan tiba-tiba kuda yang di tungganginya lari dengan kencang, Kuda tersebut berlari melewati jalan-jalan sempit di kota Syam,  ia tidak mampu menghentikan kudanya itu, dan terus berlari menuju kearah rumah Khalifah, dan menabrak putra sang Khalifah, hingga akhirnya wafat. Dan berita kejadian itupun telah sampai ke telinga khalifah. Lalu sang Khalifah menyuruh si pemuda itu ditangkap dan di datangkan kehadapannya. Ketika pemuda itu hampir tiba di hadapan khalifah, dia berkata dalam hati :
Seandainya Allah Swt menyelamatkanku dari kasus ini, aku akan menyelenggarakan walimah yang meriah dan aku akan membaca maulid Nabi Saw. pada acara itu”.
            Setelah pemuda itu telah sampai di hadapan Khalifah, sang Khalifah memandanginya, lalu khalifah tersenyum padahal sebelumnya dia terbakar api amarah. Kemudian sang Khalifah bertanya;
Wahai pemuda apakah kau pandai ilmu sihir ya?” Tanya khalifah sambil tersenyum.
Tidak, demi Allah duhai Amirul mukminin’, jawab si pemuda.
Khalifah berkata: “Aku telah memafkanmu, tapi katakan padaku apa yang kau ucapkan?” (agar Allah Swt melepaskanmu dari bahaya ini). Lanjut sang Khalifah.
Aku berkata dalam hati : “Seandainya Allah Swt menyelamatkanku dari kejadian yang menakutkan ini, aku akan mengadakan walimah Maulid Nabi Saw dengan sangat meriah”. jawab si pemuda.
Sang Khalifah pun kemudian berkata : “Baiklah aku lepaskan kamu dari hukuman ini dan ini seribu dinar untuk mengadakan acara Maulid Nabi saw dengan meriah, Engkau telah terbebas dari darah anakku”. Kemudian si pemuda itu beranjak pergi dari hadapan sang Khalifah. Ia dimaafkan dari hukuman dan malah ia mendapatkan seribu dinar untuk mengadakan acara perayaan Maulid Nabi dan ini merupakan keberkahan Maulid Nabi Saw.
Diuraikannya cerita tersebut ,tidak lain adalah bertujuan agar dapat mengajak kepada ikhwan muslimin untuk lebih mencintai pembacaan Maulid Nabi Mudah-mudahan Allah Swt memberikan taufiknya bagi kami dan kalian semua karena senantiasa membaca Maulid Nabi, dan menginfak-kan hartanya demi Maulid di sepanjang waktu dan masa. Aamiin.
  
( فائدة ) في فتاوى الحافظ السيوطي في باب الوليمة ( سئل ) عن عمل المولد النبوي في شهر ربيع الأول ما حكمه من حيث الشرع وهل هو محمود أو مذموم وهل يثاب فاعله أو لا قال ( والجواب ) عندي أن أصل عمل المولد الذي هو اجتماع الناس وقراءة ما تيسر من القرآن ورواية الأخبار الواردة في مبدأ أمر النبي صلى الله عليه وسلم وما وقع في مولده من الآيات ثم يمد لهم سماط يأكلونه وينصرفون من غير زيادة على ذلك من البدع الحسنة التي عليها صاحبها لما فيه من تعظيم قدر النبي صلى الله عليه وسلم وإظهار الفرح والاستبشار بمولده الشريف اه
وقد بسط الكلام على ذلك شيخ الإسلام ببلد الله الحرام مولانا وأستاذنا العارف بربه المنان سيدنا أحمد بن زيني دحلان في سيرته النبوية ولا بأس بإيراده هنا فأقول قال رضي الله عنه ومتعنا والمسلمين بحياته
( فائدة ) جرت العادة أن الناس إذا سمعوا ذكر وضعه صلى الله عليه وسلم يقومون تعظيما له صلى الله عليه وسلم وهذا القيام مستحسن لما فيه من تعظيم النبي صلى الله عليه وسلم وقد فعل ذلك كثير من علماء الأمة الذين يقتدى بهم   
قال الحلبي في السيرة فقد حكى بعضهم أن الإمام السبكي اجتمع عنده كثير من علماء عصره فأنشد منشده قول الصرصري في مدحه صلى الله عليه وسلم :
 قليل لمدح المصطفى الخط بالذهب  *   على ورق من خط أحسن من كتب
 وأن  تنهض  الأشراف  عند  سماعه   *   قياما صفوفا  أو جثيا  على  الركب
فعند ذلك قام الإمام السبكي وجميع من بالمجلس فحصل أنس كبير في ذلك المجلس وعمل المولد
واجتماع الناس له كذلك مستحسن
قال الإمام أبو شامة شيخ النووي ومن أحسن ما ابتدع في زماننا ما يفعل كل عام في اليوم الموافق ليوم مولده صلى الله عليه وسلم من الصدقات والمعروف وإظهار الزينة والسرور فإن ذلك مع ما فيه من الإحسان للفقراء مشعر بمحبة النبي صلى الله عليه وسلم وتعظيمه في قلب فاعل ذلك وشكر الله تعالى على ما من به من إيجاد رسول الله صلى الله عليه وسلم الذي أرسله رحمة للعالمين.
قال السخاوي إن عمل المولد حدث بعد القرون الثلاثة ثم لا زال أهل الإسلام من سائر الأقطار والمدن الكبار يعملون المولد ويتصدقون في لياليه بأنواع الصدقات ويعتنون بقراءة مولده الكريم ويظهر عليهم من بركاته كل فضل عميم
وقال ابن الجوزي من خواصه أنه أمان في ذلك العام وبشرى عاجلة بنيل البغية والمرام وأول من أحدثه من الملوك الملك المظفر أبو سعيد صاحب أربل وألف له الحافظ ابن دحية تأليفا سماه التنوير في مولد البشير النذير فأجازه الملك المظفر بألف دينار وصنع الملك المظفر المولد وكان يعمله في ربيع الأول ويحتفل به احتفالا هائلا وكان شهما شجاعا بطلا عاقلا عالما عادلا وطالت مدته في ملك إلى أن مات وهو محاصر الفرنج بمدينة عكا سنة ثلاثين وستمائة محمود السيرة والسريرة
قال سبط ابن الجوزي في مرآة الزمان ( حكى ) لي بعض من حضر سماط المظفر في بعض المواليد فذكر أنه عد فيه خمسة آلاف رأس غنم شواء وعشرة آلاف دجاجة ومائة ألف زبدية وثلاثين ألف صحن حلوى وكان يحضر عنده في الموالد أعيان العلماء والصوفية فيخلع عليهم ويطلق لهم البخور وكان يصرف على الموالد ثلاثمائة ألف دينار
واستنبط الحافظ ابن حجر تخريج عمل المولد على أصل ثابت في السنة وهو ما في الصحيحين أن النبي صلى الله عليه وسلم قدم المدينة فوجد اليهود يصومون يوم عاشوراء فسألهم فقالوا هو يوم أغرق الله فيه فرعون ونجى موسى ونحن نصومه شكرا فقال نحن أولى بموسى منكم وقد جوزي أبو لهب بتخفيف العذاب عنه يوم الإثنين بسبب إعتاقه ثويبة لما بشرته بولادته صلى الله عليه وسلم وأنه يخرج له من بين إصبعيه ماء يشربه كما أخبر بذلك العباس في منام رأى فيه أبا لهب ورحم الله القائل وهو حافظ الشام شمس الدين محمد بن ناصر حيث قال:
إذا  كان  هذا  كافرا  جاء ذمه   *    وتبت يداه في الجحيم مخلدا
أتى  أنه  في  يوم  الإثنين  دائما  *   يخفف عنه للسرور بأحمد
 فما الظن بالعبد الذي كان عمره  *   بأحمد مسرورا ومات موحدا.
قال الحسن البصري قدس الله سره وددت لو كان لي مثل جبل أحد ذهبا لأنفقته على قراءة مولد الرسول.
قال الجنيدي البغدادي رحمه الله من حضر مولد الرسول وعظم قدره فقد فاز بالإيمان
قال معروف الكرخي قدس الله سره من هيأ لأجل قراءة مولد الرسول طعاما وجمع إخوانا وأوقد سراجا ولبس جديدا وتعطر وتجمل تعظيما لمولده حشره الله تعالى يوم القيامة مع الفرقة الأولى من النبيين وكان في أعلى عليين ومن قرأ مولد الرسول صلى الله عليه وسلم على دراهم مسكوكة فضة كانت أو ذهبا وخلط تلك الدراهم مع دراهم أخر وقعت فيها البركة ولا يفتقر صاحبها ولا تفرغ يده ببركة مولد الرسول صلى الله عليه وسلم
وقال الإمام اليافعي اليمنى من جمع لمولد النبي صلى الله عليه وسلم إخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل إحسانا وصار سببا لقراءة مولد الرسول بعثه الله يوم القيامة مع الصديقين والشهداء والصالحين ويكون في جنات النعيم
وقال السري السقطي من قصد موضعا يقرأ فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد قصد روضة من رياض الجنة لأنه ما قصد ذلك الموضع إلا لمحبة الرسول وقد قال عليه السلام من أحبني كان معي في الجنة قال سلطان العارفين جلال الدين السيوطي في كتابه الوسائل في شرح الشمائل ما من بيت أو مسجد أو محلة قرىء فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم هلا حفت الملائكة بأهل ذلك المكان وعمهم الله بالرحمة والمطوقون بالنور يعني جبريل وميكائل وإسرافيل وقربائيل وعينائيل والصافون والحافون والكروبيون فإنهم يصلون على ما كان سببا لقراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم قال وما من مسلم قرىء في بيته مولد النبي صلى الله عليه وسلم إلا رفع الله تعالى القحط والوباء والحرق
والآفات والبليات والنكبات والبغض والحسد وعين السوء واللصوص عن أهل ذلك البيت فإذا مات هون الله تعالى عليه جواب منكر ونكير وكان في مقعد صدق عند مليك مقتدر
( وحكي ) أنه كان في زمان أمير المؤمنين هارون الرشيد شاب في البصرة مسرف على نفسه وكان أهل البلد ينظرون إليه بعين التحقير لأجل أفعاله الخبيثة غير أنه كان إذا قدم شهر ربيع الأول غسل ثيابه وتعطر وتجمل وعمل وليمة واستقرأ فيها مولد النبي صلى الله عليه وسلم ودام على هذا الحال زمانا طويلا ثم لما مات سمع أهل البلد هاتفا يقول احضروا يا أهل البصرة واشهدوا جنازة ولي من أولياء الله فإنه عزيز عندي فحضر أهل البلد جنازته ودفنوه فرأوه في المنام وهو يرفل في حلل سندس واستبرق فقيل له بم نلت هذه الفضيلة قال بتعظيم مولد النبي صلى الله عليه وسلم
( وحكي ) أنه كان في زمان الخليفة عبد الملك بن مروان شاب حسن الصورة في الشام وكان يلهو بركوب الخيل فبينما هو ذات يوم على ظهر حصانه إذ أجفل الحصان وحمله في سكك الشام ولم يكن له قدرة على منعه فوقع طريقه على باب الخليفة فصادف ولده ولم يقدر الولد على رد الحصان فصدمه بالفرس وقتله فوصل الخبر إلى الخليفة فأمر بإحضاره فلما أن أشرف إليه خطر على باله أن قال إن خلصني الله تعالى من هذه الواقعة أعمل وليمة عظيمة وأستقرىء فيها مولد النبي صلى الله عليه وسلم فلما حضر قدامه ونظر إليه ضحك بعدما كان يخنقه الغضب فقال يا هذا أتحسن السحر قال لا والله يا أمير المؤمنين, فقال عفوت عنك ولكن قل لي ماذا قلت قال قلت إن خلصني الله تعالى من هذه الواقعة الجسيمة أعمل له وليمة لأجل مولد النبي صلى الله عليه وسلم
فقال الخليفة قد عفوت عنك وهذه ألف دينار لأجل مولد النبي صلى الله عليه وسلم وأنت في حل من دم ولدي ,فخرج الشاب وعفى عن القصاص وأخذ ألف دينار ببركة مولد النبي صلى الله عليه وسلم
وإنما أطلت الكلام في ذلك لأجل أن يعتني ويرغب جميع الإخوان في قراءة مولد سيد ولد عدنان لأن من لأجله خلقت الأرواح والأجسام بحق أن يهدى له الروح والمال والطعام
وفقنا الله وإياكم لقراءة مولد نبيه الكريم على الدوام وإنفاق المال لأجله في سائر الأوقات والأيام آمين.



* Lihat, Abu Bakar Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I’anah Thalibin, (Beirut: Dar al-Fikr,1993),Juz. iii hlm. 413-415.

[1] Al-Hafidz as-Suyuthi, nama lengkapnya adalah Abu al-Fadl Jalaluddin Abdurrahman ibn Kamaluddin Abi Bakar ibn Muhammad as-Suyuthi. Dilahirkan di Kairo bulan Rajab tahun 849 H. Ibunya telah wafat ketika beliau berumur 6 tahun. Karya tulisnya sangat banyak sekitar 600 kitab, di antaranya adalah al-Itqan fi ‘Ulum al-qur’an, al-Asybah wa an-Nadzair fi al-‘Arabiyah, al-Asybah wa an-Nadzair fi Furu’ asy-Syafi’iyyah, al-Alfiyah fi Mushthalah al-Hadis, al-Fiyah fi an-Nahwi, Ta arikh al-Khulafa, Tadrib ar-Rawi fi Syarh Taqrib al-Hawalik fi Syarh al-Muwaththa’ al-Imam Malik, al-Jami’ as-Shaghir fi al-Hadis. Wafat pada malam jum’at tanggal 16 Jumadil Ula tahun 911 H.

[2] Ahmad Zain Dahlan, nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Zaini Dahlan ibn Ahmad Dahlan ibn ‘Utsman Dahlan ibn Ni’matullah ibn Abdurrahman ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Zaini ibn Qadir ibn Abdul Wahhab ibn Muhammad ibn Abdurrazaq ibn ‘Ali ibn Ahmad ibn Ahmad (mutsanna) ibn Muhammad ibn Zakariyya ibn Yahya ibn Muhammad ibn Abi Abdillah ibn Hasan ibn Sayyidina Abdul Qadir al-Jailani, Sulthanul Awliya ibn Shaleh Musa ibn Janki Dausat Haq ibn Yahya az-Zahid Ibn Muhammad ibn Dawud ibn Musa al-Juun ibn Abdullah al-Mahdi ibn al-Hasan al-Mutsanna ibn Hasan as-Sibth ibn Sayyidina al-Imam Ali & Fatimah az-Zahra al-Batul. Lahir di Makkah pada tahun 1232 H/1816 M, pernah menjadi mufti Madzhab asy-Syafi’i merangkap “Syaikh al-Haram” suatu pangkat ulama tertinggi saat itu yang mengajar di Masjid al-Haram yang di angkat oleh Syaikh al-Islam yang berkedudukan di Istanbul, Turki. Wafat di Madinah tahun 1304 H/1886 M.

[3] As-Subki, nama lengkapnya adalah Ali ibn Badul Kafi ibn Lai Ibn Tamam ibn Yusuf ibn Musa ibn Tamam ibn Hamid ibn Yahya ibn Umar ibn Utsman ibn Ali ibn Siwar ibn Salim as-Subki Taqiyuddin Abu Hasan asy-Syafi’i. Dilahirkan pada bulan Shafar tahun 683 H.diantara gurunya adalah Ibn ar-Rif’ah, al-Baji, Abu Hayyan, al-‘Iraqi, ad-Dimyathi dan lainnya. Di Mesir beliau mengajar di al-Manshuriyah da Jami’ al-Hakim dan lainnya, ketika al-Qadhi Jalaluddin al-Qazwini wafat, beliau dipilih untuk menggantikannya.wafat tahun 756 H.
[4]As-Sakhawi, nama lengkapnya adalah Syamsuddin Abu al-Kahir Muhammad ibn Abdurrahman ibn Muhammad ibn Abu Bakar ibn Utsman ibn Muhammad as-Sakhawi asy-Syafi’i. Dilahirkan pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 831 H/1428 M di Kairo dekat dengan Madrasah al-Bulqini, kemudian pindah dekat kediaman Ibn Hajar al-Asqalani. Beliau adalah seorang ahli sejarah besar, ulama ahli Hadis, tafsir, sastra.guru utama beliau adalah al-Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani.

[5] Ibn al-Jauzi al-Hanbali, nama ,engkapnya adalah Abu al-Faraj Abdurrahman ibn Abil Hasan Ali ibn Muhammad al-Qurasyi at-Taimi al-Bakri nasabnya sampai pada Muhammad ibn Abi Bakar as-Shidiq. Lahir di Baghdad pada tahun 510 H/1116 M. Beliau adalah seorang faqih (ahli fiqh), muhaddis (ahli Hadis), mu’arrikh (ahli sejarah) ,mutakallim (ahli kalam), karya tulisnya mencapai 300 kitab. Wafat di Baghdad pada tahun 592 H.

[6] Beliau adalah raja negeri “Irbil” (wilayah Iraq sekarang)pada awal abad ke 7 Hijriyah, yakni al-Malik al-Muzhaffar Abu Sa’id al-Kaukabri bin Zainuddin Abu Hasan Ali Kujak bin Buktikin bin Muhammad. Lahir pada tahun 549 Hijriyah, dan wafat pada tahun 630 H.
[7]Ibn Hajar al-Asqalani, nama lengkapnya adalah Shihabuddin Abdul Fadhl Ahmad bin Ali ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Ali ibn Ahmad al-Asqalani. Lahir di Mesir 12 Sya’ban, tahun 773 H, ayahnya telah wafat pada tahun 777 H dan ibunya juga telah wafat sebelumnya, sehingga sejak kecil beliau telah hidup dalam keadaan yatim. Telah hafal al-Qur’an pada umur 8 th, kemudian menghafal kitab al-Umdah ,al-Hawi as-shaghir, Mukhtasar ibn Hajib dan Mulhatul I’rab dan lainnya. Bbeliau adalah seorang Hafidz pada masanya.Di antara karya-karyanya adalah Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari, ad-Durar al-Kaminah fi ‘A’yan al-Miah as-Tsaminah, Lisan al-Mizan, al-Ishabah fi Tamyiz Asma as-Shahabah, Tahdzib at-Tahdzib fi Rrijal al-Hadis, Bulughul Maram fi adillatil ahkam, at-Talkhis al-Habir fi Takhrij Ahadid ar-Rafi’i al-Kabir. Wafat 8 Rabi’ as-Tsani, tahun 852 H.
[8] Beliau dilahirkan pada tahun 21 H atau tahun terakhir pada masa kekhalifahan Umar bin Al-Khathab Namanya adalah Al-Hasan bin Abil Hasan Abu Sa’id al-Bashri, atau juga dikatakan al-Hasan ibn Yasar , ayahnya adalah pelayan Sahabat Zaid bin Tsabit beliau pernah berjumpa sekitar 100 sahabat Nabi dan orang yang paling pandai dan fasih dimasanya dan pendapatnya menjadi rujukan dalam setiap orang yang bertanya.wafat pada tahun 116 H.
[9] Al-Junaidi, namanya adalah Abul Qasim al-Junaidi ibn Muhammad ibn al-Junaid an-Nahawandi al-Baghdadi al-Qawariri. Beliau adalah pemimpin para ulama sufi yang memiliki banyak karomah. Sanad semua tarekat kebanyakan lewat beliau. Beliau mengatakan: “Tarekat kita diikat dengan al-Kitab dan as-Sunnah”. Para penulis datang ke majlisnya karena lafadznya, para filosof datang karena ketelitian ucapannya, para penyair datang karena kefasihanya, ahli alam datang karena makna ucapannya. Sejak kecil perkataan beliau penuh dengan hikmah. Beliau wafat pada tahun 298 H.

[10] Namanya adalah Ma’ruf al-Kurkhi Abu Mahfudz al-Baghdadi, seorang ulama besar yang alim, zuhud, beliau terkenal seorang yang faqih (ahli fiqh). Beliau wafat pada tahun 200 H.

[11] Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan as-Sirri ibn Mughlas as-Saqati, beliau seorang waliyullah yang sangat terkenal pada masanya. Wafat di Baghdad pada tahun 257 H
[12] Harun Ar-Rasyid lahir di Rayy pada tahun 766 dan wafat pada tanggal 24 Maret 809, di Thus, Khurasan. Harun Ar-Rasyid adalah kalifah kelima dari kekalifahan Abbasiyah dan memerintah antara tahun 786 hingga 803. Ayahnya bernama Muhammad Al-Mahdi, Khalifah yang ketiga dan kakaknya, Musa Al-Hadi adalah Khalifah yang keempat.Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran berasal dari Yaman.Meski berasal dari dinasti Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid dikenal dekat dengan keluarga Barmaki dari Persia (Iran). Di masa mudanya, Harun banyak belajar dari Yahya ibn Khalid Al-Barmak. Khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal dunia di Khurasan pada 3 atau 4 Jumadil Tsani 193 H/809 M setelah menjadi Khalifah selama lebih kurang 23 tahun 6 bulan.
[13] Beliau adalah Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abil Ash bin Umayyah.Dia lahir dari seorang ibu yang bernama Aisyah binti Muawiyah bin al Mugirah bin Abdul Ash.Abdul Malik lahir pada masa Khalifah Usman bin Affan. Abdul Malik bin Marwan menjadi Khalifah setelah ayahnya Marwan bin Hakam meninggal pada tahun 65 H/684 M.Pada saat itu Khalifah yang legal adalah Abdullah ibnuz-Zubair.Kemudian dia berhasil mengambil Irak dari tangan Abdullah ibnuz-Zubair dan menaklukkan Hijaz secara keseluruhan.Setelah Abdullah ibnuz-Zubair terbunuh,maka ia di baiat oleh seluruh umat muslim.Dia di angkat menjadi Khalifah sejak tahun 73 H/692 M.Abdul Malik berkuasa kurang lebih 20 tahun yaitu sejak 685-705M/66-86H.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan