Khamis, 26 September 2013

Berbagi Pahala Kurban Kambing



BERBAGI PAHALA KURBAN KAMBING

            Seorang muslim yang melaksanakan kurban dengan menyembelih seekor kambing, maka sudah dianggap memadai untuk dirinya dan keluarganya. Artinya jika dalam satu rumah keluarga (ahlu al-bait) sudah ada yang melakukan kurban, maka ia sudah memenuhi syi’ar Allah dan gugurlah kesunnahan bagi yang lainnya.
            Dahulu, juga para sahabat Nabi Muhammad Saw berkurban dengan seekor kambing untuknya dan keluarganya. Di antara hadis yang menjelaskan hal ini adalah :
            Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah, dari Atha’ bin Yasar, ia bertanya kepada Abu Ayyub al-Anshari ra,“Bagaimana kurban kamu semua semasa Rasulullah Saw ?” Kemudian Abu Ayyub berkata,
كان الرجل يضحي بالشاة عنه وعن أهل بيته فيأكلون ويطعمون حتى تباهى الناس فصارت كما ترى                                                                                            
Pada zaman Rasulullah Saw, orang-orang berkurban dengan seekor kambing untuknya dan untuk keluarga seisi rumahnya. Mereka memakan dan memberikan kepada orang lain agar manusia merasa senang sehingga mereka menjadi sebagaimana yang engkau lihat.
           Menyikapi hadis tersebut mungkin secara dzahir (teks hadis) seakan memberikan pemahaman bahwa berkurban seekor kambing boleh berserikat untuk dirinya dan keluarganya, seperti halnya sapi dan unta untuk tujuh orang. Namun bukanlah seperti maknanya, karena tidak ada penjelasan dari Rasulullah Saw, dan para sahabat, yang menerangkan bahwa kambing boleh untuk berserikat seperti halnya dengan unta atau sapi.
            Perlu di fahami bahwa pengertian hadis tersebut pada hakikatnya menjelaskan, bahwa jika seorang dalam satu rumah tangga telah berkurban, dengan menyembelih seekor kambing, maka sudah di anggap cukup bagi yang lainnya.(baca hukum berkurban).
            Ibrahim al-Baijuri dalam kitabnya menyatakan :
            وتجزئ الشاة عن شخص واحد اى لا عن اكثر منه فلو إشترك مع غيره فيها لم تكف
Seekor kambing hanya mencukupi untuk satu orang (tidak boleh lebih), jika berserikat (bergabung) dengan orang lain, maka tidak dibolehkan.
            Lantas bagaimana dengan hadis yang diriwayatkan oleh Muslim , dari Aisyah ra, ia berkata,
أن النبي صلى الله عليه وسلم ذبح كبشا وقال : بسم الله اللهم تقبل من محمد وآل محمد ، ومن أمة محمد ، ثم ضحى به
Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw, menyembelih kambing, dan bersabda,”Dengan nama Allah, Ya Allah, terimalah kurban dari Muhammad dan dari keluarga Muhammad, dan dari umat Muhammad”, kemudian beliau meyembelihnya kurbannya.
         Para fuqaha memberikan penilaian dan pertimbangan bahwa hadis yang menyatakan bahwa “Nabi Muhammad Saw, berkurban dengan menyembelih seekor kambing dari Muhammad, keluarga, dan umatnya”, adalah merupakan إشتراك فى الثواب  (berserikat dalam pahala). Artinya, tidaklah lantas seorang yang berkurban tidak dapat berperan dalam pendapatan pahala bagi orang lain.
           Oleh sebab itu para fuqaha berkomentar, bahwa bagi seorang yang berkurban diberikan kewenangan niat berserikat dalam pahala kurban bagi keluarganya atau orang lain, baik ia (yang berkurban) mendapat izin, wasiat ataupun tidak.
            Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa (berserikat dalam pahala kurban) untuk dirinya , keluarga maupun orang lain, ini dibolehkan, tentunya dengan berpijak dan berdalil hadis tersebut.[1]


DAFTAR PUSTAKA
Al-Nawawi, Yahya bin Syaraf al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab , Beirut: Dar al-Fikr,1997.
Al-Baijuri, Ibrahim, Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Ibni Qasim al-Ghazi, Beirut:Dar al-Fikr,1994.
Al-Naisapuri, Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim,  [Maktabah Syamilah].
Al-Shan’ani, Subul as-Salam,  Mesir :Maktabah Mushtafa al-Babi al-Halabi, 1960.
Al-Tirmidzi, Abu ‘Isa Muhammad Sunan al-Tirmidzi, [Maktabah Syamilah].
Ibn Majah, Abu Abdillah bin Yazid Sunan Ibn Majah,  Riyadh: Maktabah al-Ma’arif  li al-Nasyr wa al-Tauzi’ 1997.



[1]Al-Shan’ani, Subul as-Salam,  (Mesir :Maktabah Mushtafa al-Babi al-Halabi, 1960.juz iv,hlm..90. lihat pula, Al-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab ,(Beirut: Dar al-Fikr,1997),juz viii,hlm..299-300. Ibrahim al-Baijuri, Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Ibni Qasim al-Ghazi,(Beirut:Dar al-Fikr,1994),juz ii,hlm.445..
Sunan Ibnu Majah, hadis no:3147.
3147- حدّثنا عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ. حدّثنا ابْنُ أَبِي فُدَيْكٍ. حَدَّثَنِي الضَّحَّاكُ بْنُ عُثْمَانَ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ صَيَّادٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ؛ قَالَ: سَأَلْتُ أَبَا أَيُّوبَ الأَنْصَارِيَّ: كَيْفَ كَانَتِ الضَّحَايَا فِيكُمْ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم؟ قَالَ: كَانَ الرَّجُلُ، فِي عَهْدِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، يُضَحِّى بِالشَّاةِ عَنْهُ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ. فَيَأْكُلُونَ وَيُطْعِمُونَ. ثُمَّ تَبَاهَى النَّاسُ، فَصَارَ كَمَا تَرَى.
Sunan Tirmidzi, hadis no :1505.
[ 1505 ] حدثني يحيى بن موسى حدثنا أبو بكر الحنفي حدثنا الضحاك بن عثمان حدثني عمارة بن عبد الله قال  سمعت عطاء بن يسار يقول سألت أبا أيوب الأنصاري كيف كانت الضحايا على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال كان الرجل يضحي  بالشاة عنه وعن أهل بيته فيأكلون ويطعمون حتى تباهى الناس فصارت كما ترى                                                           
 Shahih Muslim, hadis no: 1907
(1967) حدثنا هارون بن معروف. حدثنا عبدالله بن وهب. قال: قال حيوة: أخبرني أبو صخر عن يزيد بن قسيط، عن عروة بن الزبير، عن عائشة؛ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أمر بكبش أقرن، يطأ في سواد، ويبرك في سواد، وينظر في سواد. فأتي به. فقال لها (يا عائشة! هلمي المدية). ثم قال: (اشحذيها بحجر) ففعلت. ثم أخذها، وأخذ الكبش فأضجعه. ثم ذبحه. ثم قال (باسم الله. اللهم! تقبل من محمد وآل محمد. ومن أمة محمد) ثم ضحى به.